*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Balaraja tempo doeloe adalah salah satu distrik di Afdeeling Tangerang: Saat itu Afdeeling Tangerang yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen terdiri dari tiga empat distrik: Tangerang, Maoek, Tjoeroek dan Balaradja. Oleh karena itu, nama Balaraja sudah memiliki nama besar di masa lampau. Nama Balaradja paling tidak sudah muncul sebagai nama tanah partikelir (land) tahun 1924 (lihat Bataviasche courant, 11-12-1824).
Balaraja tempo doeloe adalah salah satu distrik di Afdeeling Tangerang: Saat itu Afdeeling Tangerang yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen terdiri dari tiga empat distrik: Tangerang, Maoek, Tjoeroek dan Balaradja. Oleh karena itu, nama Balaraja sudah memiliki nama besar di masa lampau. Nama Balaradja paling tidak sudah muncul sebagai nama tanah partikelir (land) tahun 1924 (lihat Bataviasche courant, 11-12-1824).
District Balaradja (Peta 1930) |
Apa yang menjadi keistimewaan Balaradja? Nah, itu
dia! Tentu saja menarik untuk diperhatikan. Balaradja tidak hanya batas antara
Residentie Batavia dengan Residentie Banten, tetapi juga banyak hal yang pernah
terjadi di Balaradja. Balaradja adalah salah satu area pertempuran selama
perang kemerdekaan. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Land Balaradja
HG Wittenrood melalui notaris memasang iklan di
surat kabar untuk menyewakan atau menjaul lahannya land Balaradja kepada yang
berminat (lihat Bataviasche courant, 11-12-1824). Informasi ini merupakan kali
pertama nama Balaradja muncul. Informasi ini juga mengindikasikan pemilik
pertama land Balaradja adalah HG Wittenrood. Land Balaradja termasuk salah satu
dari land yang dijual pemerintah kepada pihak swasta. Pembeli land Balaradja
adalah J Pollonis (lihat Bataviasche
courant, 08-11-1826).
Dalam
perkembangannya setelah kematian J Pollonis meninggal, land Balaradja dijual. Pemilik
baru land Balaradja telah menggabung land Balaradja dengan land Kresek. Land
Balaradja en Kresek diketahui menghasilkan beras (lihat Javasche courant, 03-12-1831).
Land Balaradja dan land Kresek telah dipisah
kembali. Hal ini karena pemiliknya telah menjual kepada yang lain. Pada tahun
1842 pemilik land Balaradja diketahui adalah Khouw Thiansek (lihat Javasche
courant, 21-09-1842). Seperti di berbagai tempat, land-land yang sebelumnya
dimiliki oleh orang Eropa/Belanda telah banyak yang jatuh ke tangan orang-orang
Tionghoa. Dalam hal ini, Khouw Thiansek selain memiliki land Balaradja juga
diketahui sebagi pemilik land Kadawoeng, land Salapadjang, land Kampong Liemoe
dan land Pekadjangan.
Pada
tahun 1863 di land Balaradja didirikan pasar. Ini sehubungan dengan keluarnya
beslit dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda (lihat Java-bode : nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-02-1863). Di dalam
beslit ini pendirian pasar Balaradja sesuai dengan yang diterapkan dalam
peraturan pendirian pasar di Tjikarang (Staatsblad 1854). Dalam beslit ini
pasar hanya dilakukan siang hari dan diadakan sekali dalam seminggu. Namun
dalam beslit ini tidak terdeteksi hari kapan buka. Siap pemilik pasar tidak
disebutkan. Pemilik pasar biasanya adalah pemilik land (dan kongsi).
Pada tahun 1869 seseorang menulis di surat kabar
setelah melakukan perjalanan ke sejumlah land di wilayah Tangerang seperti landen
Mauk, Kramat, Karang Serang, Kemienie, Kressek, Tjoerook, Bazaar Baroe, Tiga
Raksa, Parong Pandjang dan Blaradja (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-01-1869). Di land-land yang
dimiliki oleh orang Tionghoa setoran pribumi f9 per tahun yang nilainya lebih
tinggi jika dibandingkan land-land Eropa/Belanda yang hanya f5 atau f6.
Balaradja (Peta 1905) |
Di Onderdistrict Balaradja pada tahun 1914 ada
sebanyak empat land: land Kresek atau Tjakoeng, land Pasilian atau Djegati;
land Tjleles atau Karang Serang atau Kemiri; dan land Balaradja dan Boemiajoe/
Empat land ini semua dimiliki oleh keluarga-keluarga Tionghoa.
Bataviaasch nieuwsblad. 06-06-1914 |
Sampai berakhirnya era kolonial Belanda,
land-land yang terdapat di onderdistrict Balaradja tetap berada di bawah
kepemilikan orang-orang Tionghoa. Selain keterbatasan anggaran pemerintah untuk
mengakuisisi land, land-land yang tetap berada di tangan swasta bisa
diakibatkan oleh tingginya harga, kesulitan dalam negosisi (karena land tidak
ingin dijual oleh pemilik).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Saya mau bertanya, sumber foto petanya dari mana yah?
BalasHapus