Senin, 17 Februari 2020

Sejarah Menjadi Indonesia (40): Sejarah Awal Penerbangan di Indonesia 1913-1954; Hilgers, Hussni, van der Hoop, Adisoetjipto


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah penerbangan di Indonesia tentu saja sudah banyak ditulis. Namun isinya tentu saja masih jauh dari lengkap. Penggalian data dan analisis akan terus berlangsung sepanjang data yang selama ini tersimpan di laci dan rak dapat diakses diinternet. Selama ini hanya menyebutkan nama-nama van der Hoop dan Adisoetjipto, tetapi fakta kini tidak hanya itu saja. Nama-nama yang lebih awal seperti Jan Hilgers dan D. Hussni kurang terinformasikan.

De Preanger-bode, 17-02-1913/ De Telegraaf, 23-12-1924
Sejarah Indonesia adalah sejarah yang panjang. Demikian juga sejarah penerbangan di Indonesia. Sepanjang apa sejarah Indonesia dan sepanjang apa sejarah penerbangan di Indonesia tergantung si penulis sejarah. Seperti biasanya dalam penulisan sejarah Indonesia selalu ada pilih kasih, membesarkan yang mana dan mengerdilkan yang mana. Cara-cara serupa itu bukan sejarah Indonesia, tetapi sejarah para penulis sejarah Indonesia. Sejarah Menjadi Indonesia adalah penulisan sejarah yang ditulis secara proporsional, apakah sejak VOC atau sejak era Portugis, yang penting sejauh data dan fakta yang dapat diperoleh. Ibarat manusia, sejarahnya harus dimulai dari kelahirannya, bila perlu sejak masih dalam kandungan. Dalam hal ini, sejarah penerbangan Indonesia tidak hanya dibatasi ketika kali pertama terselenggaran penerbangan jarak jauh dari Amsterdam ke Batavia pada tahun 1924.  

Siapa Jan Hilgers dan D. Hussni mungkin sepintas tidak penting, tetapi kenyataannya pada tempo doeloe merekalah yang memulainya sebelum yang lain mengikutinya. Pada masa ini Haerul dari Pinrang boleh jadi tidak dianggap penting, tetapi kenyataannya Haerul telah memulainya. Sejarah di satu sisi memang bermula tetapi di sisi yang lain sejarah tidak pernah berakhir. Untuk menambah pengetahuan sejarah awal penerbangan di Indonesia (1913-1954), mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Haerul di Pinrang, Rabu 15 Januari 2020
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Jan Hilgers, 1913 dan Haerul, 2020

Haerul, pemuda Pinrang pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2020 berhasil menerbangkan pesawatnya di atas laut sekitar pantai. Sukses ini setelah dilakukan beberapa kali percobaan sebelumnya. Naiknya pesawat ke udara itulah awal penerbangan. Apa yang dilakukan Haerul pada masa ini mirip yang dilakukan Jan Hilgers di Soerabaja pada satu abad yang lalu. Jan Hilgers adalah seorang pemuda Indo, kelahiran Probolinggo.

Sejarah pesawat terbang belumlah lama. Itu baru dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1903. Wright Bersaudara (Orville dan Wilbur) membuat pesawat rancangan sendiri, seperti halnya apa yang belum lama ini dilakukan oleh Haerul di Pinrang. Seperti pesawat Haerul, pesawat Wright Bersaudara dimulai dengan pesawat kapasitas satu orang. Jenis pesawat ini pula yang dilakukan oleh Jan Hilgers di Soerabaja pada tahun 1913 (sepuluh tahun sesudah Wright Bersaudara).   

Nama Jan Hilgers sudah cukup terkenal di Eropa/Belanda. Bahkan Jan Hilgers adalah orang pertama yang melakukan penerbangan di udara Belanda (yang dilakukan pada tanggal 29 Juli 1910). Jam terbang Jan Hilgers juga sudah teruji. Paling tidak pada bulan September dan Oktober 1912 tercatat jumlah jam terbang Jan Hilgers yang cukup mengenasankan (lihat De Sumatra post, 06-01-1913).

De Sumatra post, 06-01-1913
Pada bulan September 1912 untuk frekuensi lepas landas Fokker lebih tinggi, namun soal jam terbang Jan Hilgers lebih meyakinkan. Dari 8 kali lepas landas, Jan Hilgers membukukan catatan  2 jam 21 menit. Pada bulan Oktober, Jan Hilgers melakukan lepas landas sebanyak 22 kali dengan total jam terbang 2 jam 10 menit. Secara rata-rata Jan Hilgers lebih unggul dari semua pilot yang ada di Eropa (Jerman dan Belanda). Namun untuk urusan ketinggian Nona Galantschikof pemegang rekord yang mampu terbang di atas permukaan bumi 2.200 meter (sekitar 30 menit). Jan Hilgers datang ke Indonesia dengan pengalaman mumpuni. Oleh karena itu kedatangan Jan Hilgers ke Indonesia disambut antusias dan mendapat liputan media.      

Kedatangan Jan Hilgers, pilot pertama yang mengudara di Belanda ke Indonesia tidak karena kebetulan, tetapi karena Jan Hilgers ingin pulang kampong ke Indonesia. Kedatangan Jan Hilgers diberitakan oleh De Preanger-bode, 17-02-1913. Disebutkan Jan Hilgers tadi malam tiba di Soerabaja yang mana Jan Hilgers akan mendemonstrasikan pesawat udara (pesawat mengudara). Lebih lanjut disebutkan Jan Hilgers akan mencari lapangan yang sesuai di Soerabaja. Beberapa hari kemudian surat kabar De Preanger-bode yang terbit di Bandoeng menerbitkan berita yang dikirimkan dari Soerabaja via telegram.

De Preanger-bode, 22-02-1913
De Preanger-bode, 22-02-1913: ‘Soerabaja. Sebagai kelanjutan dari apa yang sudah dikatakan oleh telegram kepada kami (beberapa hari lalu) dan seorang saksi mata memberitahu kami, yang dimuat di surat kabar Soerabaijah Hbld: ‘’Dia berada di udara selama 19 menit dan kemudian meluncur dengan sensasional di sepanjang barat dan selatan ke daerah yang lebih rendah. Dia membuat satu tur lagi sekitar 100 meter di udara dan kemudian meluncur ke tikungan, bersiap untuk mendarat. Itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan karena ketika dia ingin mengambil ancang-ancang untuk sampai ke lapangan pendaratan, dia menyadari bahwa lapangan itu terlalu kecil untuk itu dan karena itu dia harus memulai mengudara lagi ke arah barat. Sekarang dia dihadapkan dengan pilihan mendarat tepat di depan hanggarnya sendiri dan kemudian menabrakkan oesawatnya atau terbang lagi dan mencoba mendarat lagi. Tetapi kemudian sesuatu yang mengerikan terjadi. Beberapa saat sebelumnya yang terlihat pesawat naik dan menuju ke arah timur, terlihat turun naik tetapi kemudian tiba-tiba menghilang ke bawah dan tidak terlihat naik lagi. Terdengar bunyi berderak pendek, lalu sunyi. Mata penonton yang sekarang mengikutinya merasakan kengerian. Lalu semua penonton berlari ke arah hilangnya pesawat, Semua panik. Sulit mencari dimana pesawat Hilgers. Para penonton yang mencari mulai kahwatir apa yang terjadi dengan pilot. Para penonton mulai terdiam dan berharap tidak ada bencana yang terjadi. Ketika kami sudah sampai di Boeboetan, apa yang terjadi, terlihat di kejauhan kami tiba-tiba melihat Hilgers mendatangi sebuah kampong. Dia masih hidup, bahkan tidak terluka dan terlihat tenang. Hilgers telah melakukannya dengan sangat baik. Saat dia ingin mendarat, dia melihat bahwa dia tidak bisa mendarat, dia memperhatikan bahwa baling-balingnya tidak lagi berputar. Satu-satunya yang tersisa baginya adalah pendaratan darurat di atap rumah penduduk. Hilgers tidak mengambil risiko itu. Namun tidak ada pilihan, dia telah menurunkan pesawat ke atap rumah kampung. Perangkat pesawat terus menyala, dia meyakinkan hati dengan tegas. Situasi menjadi lebih buruk. Pesawat terbangnya berakhir berada di rumah Tjiptosari di kampong Kawatan. Sekrup dan sasis benar-benar rusak. Lambung pesawat tetap utuh, tetapi sayapnya bengkok. [setelah kejadian itu] Demonstrasi akan dilanjutkan pada hari Sabtu. Pesawat yang mendarat di atap sudah dibongkar sebelum pukul 12 kemarin dan telah diangkut ke dalam gudang lagi. Pesawat sudah utuh kembali dan telah keluar dari gudang dengan konsisi sangat baik, meskipun sekrupnya pecah, motor (mesin) tidak tampak rusak secara signifikan. Radiator sedikit bocor dan juga tangki bensin. Sayapnya dipelintir, persis seperti sasis, tetapi semuanya tetap utuh. Bagian lambung dan ekor semuanya masih baik. Rencana pendaratan telah diperhitungkan dengan sangat baik’.

Penerbangan yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 18 Februari 1913 adalah yang pertama di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Ini seakan mengulangi prestasinya sebagai pilot yang pertama mengudara di langit Belanda pada tanggal 29 Juli 1910.

Tunggu deskripsi lengkanya

Hussni: Pemuda Arab di Maskapai Turki Pulang Kampong di Indonesia (1921)

Tunggu deskripsi lengkanya

Penerbangan Jarak Jauh Amsterdam-Batavia: van der Hoop (1924)

Tunggu deskripsi lengkanya

Adisoetjipto: Pilot RI Pertama (Oktober 1945)

Tunggu deskripsi lengkanya

Ir. Tarip Abdullah Harahap: Direktur Penerbangan Sipil Pertama Indonesia (1950)

Tunggu deskripsi lengkanya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar