*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Ekspedisi pada tempo doeloe ke suatu wilayah baru di satu sisi bertujuan untuk membuka ruang wilayah dan di sisi lain (pada masa kini) menjadi sumber sejarah yang penting. Setiap ekspedisi selalu dicatat tetapi tidak semua dokumennya tersedia pada masa kini (karena hilang atau rusak). Namun sejumlah catatan ekspedisi sudah ada yang diekstrak dalam bentuk tulisan sekunder. Catatan ekspedisi Jacob Cornelis Mattheus Radermacher ke hulu sungai Tjiliwong masih ditemukan secara utuh. Ekspedisi ini dilakukan pada tahun 1777. Yang menarik dari catatan ini kita mendapatkan gambaran ruang wilayah seputar gunung Gede-Pangrango dari Buitenzorg, Tjisaroea, Tjiandjoer, Goenoeng Parang (kini Soekaboemi), Tjitjoeroek (dan kembali ke Buitenzorg).
Ekspedisi pada tempo doeloe ke suatu wilayah baru di satu sisi bertujuan untuk membuka ruang wilayah dan di sisi lain (pada masa kini) menjadi sumber sejarah yang penting. Setiap ekspedisi selalu dicatat tetapi tidak semua dokumennya tersedia pada masa kini (karena hilang atau rusak). Namun sejumlah catatan ekspedisi sudah ada yang diekstrak dalam bentuk tulisan sekunder. Catatan ekspedisi Jacob Cornelis Mattheus Radermacher ke hulu sungai Tjiliwong masih ditemukan secara utuh. Ekspedisi ini dilakukan pada tahun 1777. Yang menarik dari catatan ini kita mendapatkan gambaran ruang wilayah seputar gunung Gede-Pangrango dari Buitenzorg, Tjisaroea, Tjiandjoer, Goenoeng Parang (kini Soekaboemi), Tjitjoeroek (dan kembali ke Buitenzorg).
Ekspedisi-ekspedisi ke hulu sungai Tjiliwong |
Selain itu, apa keutamaan ekspedisi Jacob Cornelis
Mattheus Radermacher? Pertama, Jacob
Cornelis Mattheus Radermacher adalah seorang ilmuwan (bergelar Ph.D) yang
menjadi pendiri Lembaga Ilmiah VOC (Bataviasche Genootschap van Kusten en
Westenscappen). Kedua, sebagai seorang sarjana, yang sangat berminat pada ilmu
dan pengetahuan, membuat catatan yang terbilang lengkap (detail tentang yang
diperlukan). Sungguh beruntung kita masih menemukan catatan perjalanan
ekspedisi Jacob Cornelis Mattheus Radermacher. Catatan ini masih dalam bentuk
primer. Dalam artikel ini kita sarikan untuk mendapatkan gambaran ruang wilayah
seputar gunung Gede-Pangrango pada tahun 1777.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Riwayat Jacob Cornelis Mattheus
Radermacher (1741-1783)
Jacob Cornelis
Mattheus Radermacher datang ke Hindia tahun 1757 pada usia yang masih belia enam
belas tahun. Bekerja sebagai pedagang junior (onder-koopman). Karirnya sebagai
pedagang VOC naik hingga menjadi pedagang senior (opper-koopman) pada tahun
1762. Posisi ini didapatkan setelah menikah tahun sebelumnya dengan putri
seorang pejabat VOC yang berpengaruh. Karir yang terbuka tidak dimanfaatkannya,
tetapi lebih memilih untuk kembali ke Eropa untuk meningkatkan pengetahuannya,
yang tertunda karena kepergian ke Hindia. Setelah selesai studi kembali ke
Hindia.
Jacob Cornelis Mattheus Radermacher meninggalkan
Hindia pada 1763. Dalam tiga tahun Radermacher kemudian dipromosikan menjadi
doktor (Ph.D) di bidang hukum di Harderwijk pada tahun 1766. Setelah studinya
selesai Radermacher kembali ke Hindia pada bulan Januari 1767. Segala jambatan
semakin terbuka baginya.
Jacob Cornelis
Mattheus Radermacher di Batavia pengabdian yang semakin berkembang dicurahkan
untuk perluasan peradaban dan sains di Hindia. Sebagai ilmuwan, Radermacher
mulai merintis lembaga ilmiah dan mempelopori pendirian Bataviasche Genootschap van Kusten en Westenscappen
pada tahun 1778.
Pendirian lembaga ilmiah di Hindia (Bataviasche Genootschap van Kusten en
Westenscappen) adalah salah satu tonggak penting dunia ilmu pengetahuan pada
pada masa ini di Indonesia. Lembaga ini telah banyak menerbitkan karya tentang
Indonesia (baca: Hindia), Karya-karya tersebut kini menjadi sumber sejarah yang
penting di Indonesia. Dalam hal ini,
Radermacher ingin melanjutkan tradisi yang sudah dimulai oleh para pendahulu
mereka satu abad sebelumnya. Beberapa orang yang dapat disebut adalah Georg
Eberhard Rumphius (di Ambon), Isaac Saint Martin (di Kemajooran, Tjinere dan
Pondok Terong-Tjitajam), Cornelis Chastelein (di Seringsing dan Depok) dan
Francois Valentjn (di Ambon).
Pada awal
pendirian lembaga ilmiah, Radermacher menulis serangkaian risalah yang
diterbitkan oleh lembaga tersebut. Esai-sainya menghiasi setiap edisi. Namun Jacob
Cornelis Mattheus Radermacher tidak berumur panjang. Pada sebuah kapal tahun 1783 terjadi kericuhan yang menyebabkan
dirinya terluka parah dan meninggal di laut pada tanggal 24 Desember 1783, Jacob
Cornelis Mattheus Radermacher meninggal dalam usia masih muda, 42 tahun.
Salah satu warisannnya yang juga
penting, diantara kertas-kertas yang ditinggalkan oleh Mr. Redermacher adalah
ditemukan sebuah notebook yang beriasi catatan-catatan perjalanan yang pernah
dilakukannya ke hulu sungai Tjiliwong (Buitenzorg dan bagian barat Priangan).
Catatan ini dibuat tidak lama setelah diangkat sebagai dewan luar biasa Hindia
di era Gubernur Jenderal Jeremias Riemsdijk pada bulan Mei 1776, Pada bulan
Agustus tahun yang sama, Radermacher melakukan perjalanan ke Buitenzorg. Pada bulan
Oktober 1777 Radermacher melakukan perjalanan kedua ke tempat yang lebih jauh,
Catatan inilah yang akan disarikan dalam artikel ini.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sari Catatan Ekspedisi Jacob Cornelis
Mattheus Radermacher, 1777
Kami
meninggalkan Batavia dengan kereta kuda pada hari Rabu tanggal 5 November pukul
5 lewat 15 menit, tetapi baru tiba di Buitenzorg pada siang hari karena hal-hal
buruk di tengah jalan. Kami menempuh perjalanan selama 45 menit dari Batavia ke
Meester Cornelis pada paal 9, ke Tandjong paal 18, ke Sigoenoeg paal 25. Sejauh
ini, antara sungai besar [Tjiliwong] dan Slokhaan (kanal) yang dilewati berkendara
ke Tjimangies di paal 28. Di pos Tjibinong pada paal 36 bisa melihat Goenong
Putri jalan menuju Tjitrap. Perjalanan berkendara ke Tjiloar di paal 44.
Sungai yang dilewati sungai Tjiloar
pada paal 44 lalu Tjibolo (Tjiboeloeh) pada paal 45 dan [Kali] Bata pada paal 46.
Ketiga sungai ini semuanya jatuh di sungai Tjiiiwong. Goedong Badak ada di paal
47. Kami melewati sungai besar lalu mengikuti kanal baru yang digali dari
Sidanie (Tjisadane) ke Goedong-Badak belum buka. Dari sana kami berkendara ke
Buitenzorg di paal 50. Kami disambut oleh Sergeant komandan militer setempat, Tommegong
Buitenzorg, Aria Sukkaradja dan Aria dari Tangerang dan Grinding.
Setiba di
Buitenzorg, kami semua terbakar oleh panas dan tidak akan menyarankan siapa pun
untuk melakukan cara kami yang sekaligus apalagi jika hujan hanya sedikit saja
itu menjadi sangat buruk. Anda cukup sampai di Tandjong atau Timangies, 3 atau
4 etape kuda sudah cukup.
Pada sore harinya kami mengalami guntur
dan hujan. Kami memeriksa berbagai peralatan seperti teleskop, barometer dan
termometer dan menyesuaikannya dan menggunakannya. Pada malam hari, angin
selatan yang kencang bertiup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar