Selasa, 02 Juni 2020

Sejarah Yogyakarta (40): Dr Parlindoengan Loebis, Sahabat Setia Goesti Raden Mas Dorodjatoen; Bebas Kamp NAZI ke Djokja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini 

Keluarga Loebis terdapat dimana-mana. Tokoh-tokohnya tidak hanya terkenal dan pintar juga berani. Tokoh Loebis di Djokjakarta tidak hanya Kolonel Zoelkifli Loebis dan Kapten Karim Loebis ada juga yang bernama Parlindoengan. Ketika Goesti Raden Mas Dorodjatoen diterima di fakultas hukum di Universitei Leiden tahun 1934, Parlindoengan Loebis yang menyambutnya. Goesti Raden Mas Dorodjatoen lebih dikenal sebagai pangeran mahkota dari Djokjakarta sedangkan Parlindoengan Loebis mahasiswa di fakultas kedokteran Universiteit Leiden adalah Ketua Perhimpoenan Indonesia (PI) di Belanda.

Goesti Raden Mas Dorodjatoen, kelak pada tahun 1940 lebih dikenal sebagai Soeltan Hamengkoeboewono IX (menggantikan sang ayah). Parlindoengan Loebis lulus dan mendapat gelar dokter tahun 1940 (lihat De Standard, 26-10-1940). Dr Parlindoengan Loebis tidak segera pulang ke tanah air dan membuka dokter praktek di Amsterdam. Ketika terjadi invasi Jerman ke Belanda, Dr Parlindoengan Loebis ditangkap militer Jerman dan dimasukkan ke Kamp Konsentrasi NAZI (satu-satunya orang Indonesia yang pernah di kamp NAZI). Apa pasal, ketika PI dipimpin Parlindoengan Loebis adalah anti fasis. Sehubungan dengan pembebasan Belanda, Dr Parlindoengan Loebis juga dibebaskan. Namun sebaliknya Indonesia masih dikuasai Jepang. Dr Parlindoengan Loebis di Belanda memimpin orang-orang Indonesia melawan Jepang (fasis). Dr Parlindoengan Loebis didukung habis pemimpin Perhimpoenan Indonesia FKN Harahap (anak Depok, kelahiran Depok yang pernah mengalahkan juara catur Belanda). Setelah Indonesia merdeka (17 Agustus 1945) pulang ke tanah air, tidak ke kampong halamannya di Batangtoroe, Padang Sidempoen) tetapi langsung ke ibu kota RI yang baru di Djokjakarta (menjadi kepala dinas kesehatan kota). Dua sahabat lama kembali bersua: Goesti Raden Mas Dorodjatoen dan Parlindoengan Loebis.

Bagaimana kisah Dr Parlindoengan Loebis? Tentu saja sudah ditulis. Bagaimana pertemuan kembali Parlindoengan Loebis dengan Goesti Raden Mas Dorodjatoen di Djokjakarta belum pernah ditulis. Yang jelas keduanya sama-sama tidak punya hutang ke Jepang dan juga Republiken sejati. Tempat tinggal Dr Parlindoengan Loebis tidak jauh dari kraton Djokjakarta. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber sejaman tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.  

Parlindoengan Loebis Anak Padang Sidempoean, Goesti Raden Mas Dorodjatoen anak Djokja

Parlindoengan Loebis lahir di Batangtoru, Afdeeling Padang Sidempoean 30 Juni 1910. Setelah tamat sekolah dasar berbahasa Belanda, HIS Padang Sidempoean, 1924, Parlindoengan melanjutkan pendidikan sekolah menengah (MULO) ke Medan dan kemudian melanjutkan studi ke Batavia (AMS). Di Padang Sidempoean belum ada MULO dan di Medan belum ada AMS.

Parlindoengan Loebis bersama teman-temannya dari afdeeling Padang Sidempoean, Residentie Tapanoeli, Abdul Azis Harahap, Jawhara Loebis dan Casmir Harahap  sama-sama lulus MULO tahun 1927 (lihat De Sumatra Post, 17-05-1927). Selanjutnya, Parlindoengan Loebis dan Casmir Harahap melanjutkan pendidikan kelas 4--AMS Afdeeling B (bidang Matematika dan Fisika) ke Weltevreden, Batavia. Parlindoengan Loebis sendiri lulus dari AMS tahun 1930 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 14-05-1930).

Setelah lulus sekolah menengah (AMS) di Weltevreden, Batavia (kini Pasar Baru, Jakarta), Parlindoengan Loebis mendaftar ke sekolah tinggi kedokteran Geneeskundige Hoogeshool di Batavia. Pada tahun 1931 Parlindoengan Loebis lulus ujian kandidat bagian I sebagai asisten medis (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 18-12-1931). Namun karena dianggap memenuhi syarat, Parlindoengan Loebis direkomendasikan menjalani pendidikan yang lebih tinggi di bidang kedokteran di Belanda.

Setahun sebelumnya, Raden Mas Dorodjatoen berangkat studi ke Belanda dengan menumpang kapal ss Christiaan Huygens dari Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 04-03-1930). Raden Mas Dorodjatoen ke Belanda untuk menyelesaikan pendidikan sekolah menengah HBS di Haarlem. Langkah ini diminta sanga ayah agar Raden Mas Dorodjatoen lebih fokus studi dan memberi tantangan bagi anak jauh dari keluarga di lingkungan yang baru (di Eropa). Sangat jarang siswa pribumi yang masih belia melanjutkan sekolah menengah ke Belanda. Umumnya, siswa pribumi melanjutkan studi ke Belanda untuk perguruan tinggi, umur sudah cukup dewasa.

Amir Sjarifoeddin Harahap, salah satu diantara yang sangat jarang itu. Amir Sjarifoeddin setelah lulus ELS di Medan tahun 1921 pada usia 14 tahun berangkat studi (sekolah menengah setingkat SMP) ke Belanda di Haarlem. Pada tahun 1924 Egon Hakim menyusul ke Belanda untuk melanjutkan sekolah menengah (SMA) di Belanda (lihat De Gooi- en Eemlander: nieuws- en advertentieblad, 05-07-1924). Pada tahun 1926 setelah lulus setingkat SMA di Belanda, Amir Sjarifoeddin Harahap diterima di fakultas hukum Universiteit Leiden. Namun belum lama di perguruan tinggi, Amir Sjarifoeddin Harahap harus kembali ke kampong di Sibolga karena masalah keluarga. Amir Sjarifoeddin Harahap anak seorang jaksa di Sibolga tidak kembali ke Belanda, tetapi mendaftar di fakultas hukum yang baru dibuka di Batavia pada tahun 1927 (Rechthoogeschool). Amir Sjarifoeddin Harahap kelak tahun 1947 menjadi Perdana Menteri RI di Djokjakarta.

Pada tahun 1928 Egon Hakim melanjutkan ke Universiteit Leiden di bidang hukum. Egon Hakim lulus dan mendapat gelar Meester (MR) tahun 1933. Pada tahun 1934 Raden Mas Dorodjatoen mendaftar Universiteit Leiden di bidang hukum. Egon Hakim pulang ke tanah air dan lalu kemudian diangkat sebagai pengacara (advocaat en procureur) di kantor Raad van Justitie di Kota Padang (De Indische courant, 31-05-1935). Egon Onggara Hakim adalah anak Wakil Wali Kota (Burgemeester) Padang Dr. Abdoel Hakim Nasoetion. Dr, Abdul Hakim Nasoetion juga adalah anggota senior (Wethouder) dewan kota (gemeenteraad) Padang. Dr, Abdul Hakim Nasoetion alumni STOVIA Batavia, satu kelas dan sama-sama lulus tahun 1905 dengan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo. Dr, Abdul Hakim Nasoetion menyelesaikan pendidikan sekolah dasar Eropa (ELS) di Padang Sidempoean tahun 1898. Dr, Abdul Hakim Nasoetion adalah ketua NIP di Pantai Barat Sumatra. Nationale Indische Partjik didirikan oleh Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dkk di Bandoeng.

Parlindoengan Loebis, berangkat ke Belanda dari Tandjong Priok dengan menumpang kapal ss Ophir menuju Singapura tanggal 6 Agustus 1932. Di Singapura Parlindoengan Loebis ditransfer ke ss Trier yang akan berangkat dari Singapura menuju Rotterdam tanggal 8 Agustus 1932 (lihat, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 04-08-1932). Di Belanda, Parlindoengan Loebis diterima di fakultas kedokteran, Universiteit Leiden. 1932.

Foto pengurus Perhimpoenan Indonesia (1938)
Selama kuliah, waktunya banyak tersita untuk kegiatan organisasi kemahasiswaan (pernah dan menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, 1934. Seperti disebutkan di atas, Raden Mas Dorodjatoen diterima di Universiteit Leiden di bidang hukum. Parlindoengan Loebis lulus ujian kandidat dokter Januari, 1938 (lihat, De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 09-02-1938). Parlindoengan Loebis lulus ujian dokter gelar pertama (eerste gedeelte) September 1939 (lihat Nieuwsblad van het Noorden, 07-10-1939) dan setahun kemudian Parlindoengan Loebis dipromosikan menjadi dokter setelah lulus ujian akademik pada bulan Oktober 1940 (lihat De standard, 26-10-1940. Tidak lama kemudian saudara sepupu Parlindoengan Loebis yang bernama Daliloeddin Loebis juga lulus di universitas yang sama dalam bidang kedokteran. Keterangan foto (1938): duduk dari kiri ke kanan Sidartawan (sekretaris PI), Hartono, Maroeto Daroesman dan Parlindoengan Loebis (ketua PI); berdiri Soedarsono Sastro Soeparto, Rozai Koesoema Soebrata, Moerti Moerman, Mohamad Ilderem Siregar (bendahara PI), Soegeng Noto Hadinegoro, Bob Pane dan Soedjarwo Tjondro Negoro.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Republiken Sejati

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar