Jumat, 31 Juli 2020

Sejarah Pulau Bali (20): Ekspedisi Militer Inggris ke Bali, 1814; Mengapa Raja Bali Tidak Senang dengan Kehadiran Inggris?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Kesenangan radja-(radja) Bali mulai terusik setelah kehadiran Inggris. Tampaknya Radja Bali sudah nyaman dengan orang Belanda sejak era VOC. Ketika Inggris menduduki Batavia 1811, Pemerintah Hindia Belanda yang belum lama dibentuk (setelah dibubarkannya VOC) tamat. Inggris dengan style yang berbeda (dengan Belanda) ketika menggantikan kekuasaan Belanda di Hindia datang dengan hukum yang berbeda. Letnan Jenderal Raffles juga memiliki gaya kepemimpinan tersendiri.

Radja Bali sudah sejak lama terikat hubungan baik dengan orang-orang Belanda, bahkan sejak ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1597). Awalnya dibentuk VOC (1619) tetapi kemudian harus dibubarkan pada tahun 1799. Lalu Kerajaan Belanda mengakuisisi eks wilayah dan properti VOC dan kemudian membentuk Pemerintah Hindia Belanda. Para pedagang-pedagang VOC masih banyak yang dilibatkan dalam pemerintahan yang baru ini, Namun (sistem) pemerintahan yang baru ini masih fokus di Jawa. Saat Gubernur Jenderal Daendels diangkat tahun 1808 memulai program pembangunan untuk mendukung perdagangan dengan membangun jalan pos trans-Java dari Batavia ke Anjer dan dari Batavia ke Panaroekan (Banjoewangi). Namun, situasi cepat berubah, Inggris menduduki Batavia tahun 1811, lalu pemerintah pendudukan Inggris mengambilalih kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda. Radja Bali terputus hubungan dengan penguasa lama (Belanda).

Ada satu hal yang menyebabkan Radja Bali tidak senang dengan kehadiran Inggris. Oleh karena itu radja Bali mencoba mengganggu otoritas Inggris di Banjoewangi. Akhirnya, pemerintah pendudukan Inggris merngambil langkah ofensif dengan mengirim ekspedisi militer ke Bali tahun 1814. Sebelumnya Inggris melakukan ekspedisi militer ke Djogjakarta. Lantas bagaimana sejarah keseluruhan Inggris di Bali? Yang jelas selama ini kurang terinformasikan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Militer Inggris Gantikan Pemerintah Hindia Belanda (1811)

Seseorang menulis dari Banjoewangi tanggal 31 Januari 1812 yang dimuat surat kabar berbahasa Inggris di Batavia, Java government gazette edisi 29-02-1812. Penulis ini tidak ke Bali, hanya di Banjoewangi untuk mendapatkan berbagai informasi tentang Bali, tentang penduduknya, kebiasaan, agama dan kepercayaan, situs-situs kuno yang ada di Bali, keberadaan orang Jawa di Bali. Satu yang penting menurut penulis bahwa agama dan kepercayaan orang Bali sedikit banyak berbeda dengan Hindoe. Tampaknya penulis ini sudah mengenal India (dimana Inggris berada seudah sejak lama).

Surat kabar Java government gazette adalah surat kabar yang diterbitkan di Batavia seiring dengan terbentuknya kekuasaan Inggris di Hindia untuk menggantikan Pemerintah Hindia Belanda. Surat kabar ini terbit perdana 29-02-1812 yang kebetulan berita tentang Bali dari Banjoewangi ini dimuat. Inggris sendiri menduduki Batavia sejak tanggal 26 Agustus 1811 yang kemudian dua minggu berikutnya Inggris membuat proklamasi pada tanggal 11 September 1811 lalu disusul tanggal 18 September 1811 membuat perjanjian dengan Belanda yang isinya (pulau) Jawa dan (pulau) Madura dikuasai Inggris. Surat kabar Java government gazette ini menggeser surat kabar berbahasa Belanda Bataviasche koloniale courant yang terbit pertama kali pada tanggal 5 Januari 1810.

Berita dari Banjoewangi ini besar dugaan adalah (pegawai atau militer) Inggris yang ditempatkan di Banjoewangi. Pegawai ini tampaknya adalah orang baru atau orang yang baru pertama kali ke Jawa. Sejak itu tidak ada lagi berita-berita tentang (pulau) Bali. Yang ada justru di Batavia sebagaimana Java government gazette memberitakan yang mana terdapat pemindahan-pemindahan hak kepemilikan budak.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ekspedisi Militer Inggris ke Bali (1814)

Perasaan permusuhan muncul dari Radja Bali terhadap otoritas Inggris. Ini terjadi saat dimana Letnan Davis ditempatkan di Banjoewangi sebagai Residen. Pasukan Bali datang menyerang, namun pasukan militer di Banjoewangi berhasil menahan serangan dan memukul balik pasukan Bali. Tiga pemimpin Bali tewas dan tiga perempat anggota pasukan tewas. Tidak disebutkan berapa banyak pasukan Bali ini. Semua kapal pasukan Bali berhasil disita diamankan kecuali satu buah yang melarikan diri.


Disebutkan bahwa beberapa waktu sebelumnya, kapal asal Bali yang mengangkut komoditi dan budak ditangkap dan ditahan di Soerabaja. Setelah barang-barangnya dijual kru kapal dibebaskan untuk kembali ke Bali, sementara kapal ditahan.Berkurangnya pendapatan radja dari perdagangan budak, karena pelarangan perdagangan budak menjadi satu alasan penting mengapa Bali menyerang otoritas Inggris di Banjoewangi.

Pemerintah pendudukan Inggris segera mengirim ekspedisi militer ke Bali (lihat Java government gazette, 09-04-1814). Disebutkan bahwa pada hari Selasa yang lalu, Mayor Jenderal Nightingall dan kepala staf telah menyiapkan pasukan dengan tujuan untuk berlayar ke timur untuk menghukum radja Bali. Ekspedisi ini dimaksudkan untuk memberi efek yang baik ke depan terhadap kehadiran Inggris di Jawa dan wilayah tetangga serta untuk mencegah pelanggaran terhadap hukum Inggris yang berlaku.


Ekspedisi militer ini dipimpin oleh kapal HC Transport James Drummond yang dikomandoi oleh Kapten Gardner yang di dalamnya terdapat komandan ekspedisi dan para staf. Sementara pasukan ditempatkan di kapal brig Minerva dikomandoi oleh Kapten Thomson dengan pasukan dibawah Major Griffit; kapal Fleetwood yang dikomandoi oleh Kapten Green dengan pasukan dipimpin oleh Colonel McGregor; Brig Mary Anne dikomandoi oleh Bredley yang dipimpin oleh Major Campbeel termasuk petugas kesehatan. Ekspedisi ini juga didukung pasukan dari Soerabaja dengan kapal HC Crizer Nautilus dan didukung tiga kapal dan beberapa boat bersenjata yang akan langsung bertemu di Bali.

Ekspedisi ini berhasil dengan mulus menduduki kota dan kraton. Operasi melawan Boeleleng dapat diakhir karena Radja Karangasem segera menyerahkan diri (lihat  Java government gazette, 04-06-1814). Disebutkan Mayor Jenderal sangat puas dengan hasil tanpa banyak pengorbanan. Rajah telah mengakui semua kejahatannya dan telah menyerahkan diri sepenuhnya dan meminta pengampunan dari Inggris. Untuk memastikan itu, dua sandera diambil Pemerintah sebagai jaminan bagi kelakuan baik radja ke depan.

Setelah penyerahan radja, sebagian pasukan dikembalikan ke Jawa dan sebagian yang lain melanjutkan ekspedisi ke Makassar. Sementara sisa pasukan yang berada di Bali akan dibentuk menjadi satu Brigade di bawah komando Letnan Kolonel McLeod yang dibantu Brigade Major Hanson.

Tunggu deskripsi lengkapnya



*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


*

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar