Minggu, 25 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (38): Sejarah Sabah dan Selangor, Kerajaan Sulu di Sabah (Borneo), Migran Angkola Mandailing di Selangor

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Utara di blog ini Klik Disini

Wilayah yang berdekatan di masa lampau kerapa terjadi perpindahan penduduk. Tiongkok begitu dekat dengan pantai barat Borneo, menjadi sebab banyak orang Cina bermigrasi kepantai barat Kalimantan. Demikian juga orang Boegis begitu dekat dengan pantai timur Borneo yang di masa lampau juga orang Jawa bermigrasi ke pantai selatan Borneo. Namun yang khas adalah migrasi Orang Sulu (Filipina) ke pantai utara Borneo di Sabah (Malaysia). Tentu saja ada migrasi dari pulau Sumatra (Mandailing en Angkola) ke Selangor.

Orang Mandailing dan Angkola (kini Tapanuli Bagian Selatan) bukanlah pendatang baru di dalam sejarah migrasi. Seperti halnya orang Tiongkok yang sudah sampai ke pantai timur Sumatra, orang Angkola Mandailing (yang saat itu disebut Kerajaan/ Kesultanan Aroe) juga sudah pula sampai ke laut Tiongkok di pulau Paragoa (yang kini bernama pulau Palawan). Hal itulah mengapa terdapat etnik Batak di Filipina yang terkonsentrasi di pulau Palawan. Pulau-pulau di tenggara pulau Paragoa terbentuk mix population yang kini menjadi etnik Soeloe. Orang-orang (Kerajaan/ Kesultanan) Soeloe inilah sebagian yang kemudian melakukan migrasi ke pulau Borneo (Sabah). Pada tahun 1870an orang-orang Inggris menyewa Sabah kepada (kerajaan) Soeloe. Pada waktu yang relatif bersamaan orang-orang Inggris di di Penang dan Singapoera melakukan aneksasi ke Selangor. Di Selangor sendiri sudah sejak lama orang-orang Angkola en Mandailing (Tapanoeli) bermukim. Kota Kuala Lumpur (ibu kota) Malaysia dibangun oleh orang-orang Mandailing en Angkola yang dipimpin oleh Sutan Puasa (Lubis). Sheila Majid, penyanyi legendaris Malaysia adalah salah satu keturunan (kerabat) Soetan Poeasa.

Bagaimana sejarah Orang Sulu di Sabah? Yang jelas relatif waktunya bersamaan dengan sejarah orang Angkola Mandailing (Tapanoeli) migrasi ke Malaya di Selangor. Bagaimana bisa? Sejarah masa lampau adakalanya tidak terduga pada masa kini. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Orang Sulu di Sabah dan Orang Angkola Mandailing di Selangor

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang Cina di Sabah dan di Selangor

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar