Kamis, 10 Desember 2020

Sejarah Singapura (26): Sejarah Antara Manila dan Singapoera; Peran Pedagang Moor dalam Perdagangan Internasional

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini

Semasa kota (pelabuhan) Singapoera masih berada di daratan Semenanjung Malaya, dua pelabuhan penting adalah Malaka (Belanda) dan (kesultanan) Djohor. Jalur navigasi perdagangan masih melalui selat Singapoera lama (Staat Out Singapoera). Salah satu jalur perdagangan internasional di kawasan dari dan ke Manila (Spanyol). Yang berperan penting dalam menghubungkan Manila dengan Djohor dan Malaka adalah pedagang-pedagang Moor. Mengapa?

Pada awal era VOC (Belanda) kawasan Semenanjung Malaya terbilang ramai. Untuk perdagangan internasional dari kawasan ke Eropa diperankan oleh pedagang-pedagang Portugis, Spanyol dan Belanda serta Inggris. Namun untuk perdagangan internasional secara regional (termasuk antara Djohor dan Manila) juga termasuk pedagang-pedagang Banten dan Ternate serta pedagang-pedagang Moor. Lantas mengapa pedagang-pedagang Moor fokus di perdagangan regional tidak terlibat dalam perdagangan ke Eropa? Orang-orang Moor adalah pedagang-pedagang beragama Islam yang berasal dari Afrika Utara di laut Mediterania (sekitar Tunisia dan Morocco yang sekarang). Mereka adalah pedagang-pedagang yang sudah sejak lama eksis jauh sebelum kedatangan orang-orang Portugis dan Spanyol. Mereka tidak kembali lagi ke Afrika Utara dan sudah menjadikan nusantara sebagai basis baru mereka.

Lantas bagaimana sejarah orang-orang Moor dalam berperan dalam perdagangan internasional antara Manila dan Singapoera? Lalu apakah pedagang-pedagang Moor masih eksis setelah orang-orang Inggris terkonsentrasi di Semenanjung Malaya? Yang jelas orang-orang Moor semakin memusat di Manilan dan sekitarnya (terbentuknya bangsa Moro). Bagaimana hal itu terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Orang-Orang Moor di Semenanjung Malaya

Orang-orang Moor bukanlah pelaut biasa, tetapi pelaut-pelaut tangguh yang berdagang dari barat (Afrika Utara) hingga mencapai Hindia Timur. Orang-orang Moor awalnya membangun pusat-pusat perdagangan di Gujarat, Surate dan Goa. Dari tiga kota di pantai barat India inilah orang-orang Moor mengikuti jalur navigasi pelayaran hingga mencapai pantai barat Sumatra dan pantai barat Semenanjung Malaya.

Seperti halnya kota pelabuhan Baroes di pantai barat Sumatra, kota pelabuhan Malaya di timur pulau Sumatra didominasi oleh pedagang-pedagang India. Nama Malaya berasal dari nama Himalaya, nama gunung tinggi di India. Orang-orang Moor menyebut Malaya di muara sungai Melaya sebagai Malaka. Orang-orang Moor tidak bermukim di Malaya (Malaka) tetapi lebih memilih ke arah tenggara di suatu muara sungai yang lain. Seperti halnya Goa (di India Barat), pemukiman di Semenanjung Malaya ini kemudian disebut sebagai pemukiman orang-orang Moor. Nama tempat dan nama sungai Moor ini menjadi Moar, Moear dan terakhir Muar.

Pada tahun 1511 orang-orang Portugis menaklukkan Malaka dan mendudukinya. Sebelum kedatangan orang-orang Portugis di Malaka, orang-orang Moor sudah menyebar ke berbagai perjuru seperti ke pantai timur Sumatra (kerajaan Aroe di daerah aliran sungai Baroemoen), pantai utara Borneo, Mindanao, Celebes (Amoerang) dan Ternate Batachini del Moro (Morotai). Orang-orang Moor inilah yang mengirimkan produk rempah-rempah dari timur melalui Semenanjung Malaya terus ke India barat (Goa) hingga diteruskan ke Eropa. Jalur perdagangan orang-orang Moor inilah yang kemudian diikuti oleh orang-orang Portugis dan Spanyol.

Orang Moor adalah orang beragama Islam keturunan Arab di Afrika Utara (Mauritania, Morocco dan Tunisia) yang di era Dinasti Ummayyah menduduki Spanyol dan Portugal yang kemudian mendirikan kota Andalusia dan Cordoba. Dengan tingkat kosmolitan yang tinggi dan kemampuan navigasi yang mumpuni di lautan berhasil menemukan jalan laut mengelilingi Afrika hingga sampai ke pantai barat India. Ibnu Batutah seorang Morocco-Tunisia pada abad pertengahan melakukan perjalanan jauh melalui darat dan laut hingga ke India. Pada tahun 1345 Ibnu Batutah diketahui sampai ke pantai timur di Atjeh. Tentu saja bagi Ibnu Batutah tidak sulit karena orang-orang Moor sudah tersebar di berbagai tempat termasuk di kerajaan Samudra Pasay (Atjeh).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang-Orang Moor di Filipina

Kedatangan orang-orang Portugis, tidak hanya menduduki kota Melaka, tetapi juga sebelumnya telah menduduki kota Goa, pemukiman orang-orang Moor. Kerajaan Aroe di daerah liaran sungai Baroeoemoen di pantai timur Sumatra sudah sejak lama diperkuat oleh orang-orang Moor. Menurut laporan seorang penulis Portugis Mendes Pinto (1535) kerajaan Aroe pernah menyerang kerajaan Malaka sebelum kedatangan orang Portugis. Kerajaan Aroe sudah sejak lama memiliki hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Kerajaan Aroe menurut Mendes Pinto tentaranya sebagian berasal dari Indragiri, Djambi, Borneo dan Luzon (Manila) dan orang-orang Mandarin di sekitar muara sungai Baroemoen bermukim sebagai pedagang. Kerajaan-kerajaan di Atjeh juga diperkuat oleh orang-orang Moor. Penaklukkan Malaka oleh Portugis menjadi ancaman bagi orang-orang Moor.

Orang Portugis dan orang Moor sudah barang tentu tidak akur. Orang Portugis boleh jadi mengingat bahwa di masa lampau orang-orang Moor pernah menjajah Spanyol dan Portugal. Namun demikian, orang-orang Moor sangat percaya diri, meski orang-orang Portugis sudah mulai berdatangan ke Hindia Timur yang berpusat di Malaka. Orang-orang Moor sudah sejak lama menyatu (juga menyiarkan agama Islam) dengan penduduk pribumi baik dipantai timur Sumatra maupun di Semenanjung Malaya serta wilayah-wilayah yang jauh seperti di Indragiri, Djambi, Borneo, Manila (Luzon), Mindanao, Paragoa, Celebes dan Ternate. Akan tetapi, meski populasi orang Moor jauh lebih banyak, kemajuan sistem navgiasi dan persenjantaan Portugis membuat kekuatan orang-orang Moor tidak berdaya. Kedatangan orang-orang Spanyol yang menyusul orang-orang Portugis juga membuat orang-orang Moor di Manila (Luzon) bergeser ke pulau-pulau di selatan seperti Mindanao, Paragoa dan Solok (Soeloe).

Kemajuan perlengkapan navgiasi laut dan persenjataan Portugis (Eropa) membuat Portugis dan Spanyol menjadi radja di lautan, tidak hanya di laut Mediterania dan lautan Atlantik juga di di jalur perdagangan utama di timur mulau dari India hingga Hindia Timur. Jaman keemasan orang-orang Moor di Eropa sudah lama berlalu dan kini jaman keemasan orang-orang Moor di India dan Hindia Timur mulai diambil alih oleh orang-orang Portugis dan Spanyol. Namun demikian, pelaut-pelaut yang berasal dari Moor juga masih menjadi ancaman bagi pelaut-pelaut Portugis dan Spanyol.

Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 25-05-1624: ‘Venice tanggal 10. Dari Genoa tiba dari Corsica, melaporkan bahwa di Laut Galleyen of Algier menguntungkan Bajak Laut Tunis dan beberapa tempat mengalami kerusakan yang sangat besar, Hal ini tidak berlanjut di kota Goa yang menjadi pos perdagangan Belanda’.

Kedatangan orang-orang Belanda setelah hampir satu abad Portugis berjaya, mulai mengancam posisi Portugis. Orang-orang Moor mulai mendapat angin kembali, karena orang-orang Moor dan orang-orang Belanda lebib akrab di Hindia Timur. Pada tahun 1605 Belanda menaklukkan Portugis di Amboina dan tahun 1612 menaklukkan Portugis di Timor. Setelah Belanda (VOC) memindahkan pos perdagangan di Amboina ke Batavia, Belanda kemudia menaklukkan Portugis di Malaka. Musuh orang-orang Moor dapat diatasi oleh orang-orang Belanda. Kerajaan Johor yang juga diperkuat orang-orang Moor mulai menjalin kerjasama dengan VOC Belanda di Malaka. Kerajaan Djohor adalah suksesi kerajaan Malaka yang ditaklukkan oleh Portugis tahun 1511.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar