Rabu, 10 Maret 2021

Sejarah Papua (13): Namatota Lakahia dan Penyebaran Islam di Papua; Menurut Ahli Sejarah Lama, Semuanya Ada Permulaan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Menurut ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Sejarah tidak berlangsung seketika dan dan sejarah tidak terbentuk sekaligis. Perjalanan sejarah awal berlangsung sangat pelan, meski demikian fakta dan datanya terakumulasi sedemikian rupa sebagaima dapat dibaca pada masa kini. Seperti di tempat lain, idem dito di wilayah Papua. Distribusi penduduk di berbagai pulau diperkaya dengan penyebaran penduduk. Dalam konteks inilah terjadi penyebaran budaya dan juga penyebaran agama, termasuk di wilayah Papua.

Sejarah penyebaran manusia sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lampau. Sudah banyak teori dan bukti yang menjelaskan ini. Yang jelas bahwa fakta yang dapat dibaca dan diperhatikan masa kini, bahwa garis penyebaran manusia awalnya mebentuk tiga garis (path) distribusi manusia berdasarkan ras (warna kulit): warna putih di utara di Eropa, warna hitam di selatan di Afrika dan warna kuning timur di Asia. Ras manusia ini beriteraksi sehingga melahirkan ras baru. Menurut ahli Belanda tempo doeloe ada garis continuum di zaman kuno dari barat (Sumatra) hingga timur (Papua) yang kemudian diperkaya dari India dan Tiongkok yang juga membawa kebudayaan baru (era Hindoe Boedha). Kebudayaan lama ini diperkaya lagi yang disusul kebudayaan selanjutnya dari Afrika Utara-Arab (Islam) yang disusul kemudian kebudayaan Eropa (Kristen).

Lantas bagaimana sejarah Namatota dan Lakahia di Papua? Seperti disebutkan di atas bawah di masa lampau telah terjadi penyebaran penduduk dan penyebaran budaya yang berasal dari arah barat ke timur. Lalu apa pentingnya dua nama pulau ini? Dua pulau ini terbilang pengaruh terjauh pada masa awal dari kepulauan Maluku. Dalam konteks inilah terjadi penyebaran budaya pertama di pantai barat Papua (Islam)--yang kemudian disusul Kristen di pantai utara Papua (yang akan dibuat artikel tersendiri). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Namatota Lakahia dan Penyebaran Islam di Papua

Tunggu deskripsi lengkapnya

Manokwari dan Penyebaran Kriste di Papua

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar