Sabtu, 03 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia(72): Orang Moor Pendahulu Navigasi Pelayaran Eropa-Hindia Timur; Bangsa Moro Filipina, Koja Jakarta

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini  

Hingga ini hari, hampir semua orang tidak terlalu mengetahui sejarah bangsa Moor. Sejarah mereka tenggelam (sengaja atau tidak sengaja) ditindih sejarah Portugis dan sejarah Spanyol, tidak hanya di Eropa juga hingga bagian-bagian dunia terpencil seperti Hindia Timur dan Pasifik. Orang Eropa di abad pertengahan, yang masih rasail tentu menjadi atmosfir yang sesuai untuk menghilangkan jejak-jejak peradaban Moor yang tinggi di Eropa selatan seperti di Cordoba, Andalusia, Sevila, Madrid dan Malaga. Demikian juga sejarah orang (bangsa) Moor di Indonesia hanya ditulis samar-samar. Semua itu bisa jadi karena ketidaktahuan akibat sejarah Indonesia lebih merujuk pada sejarah terakhir (era kolonial Belanda). Faktanya sejarah orang Moor di Indonesia berada di depan mata. Mengapa begitu buta kita selama ini?

Jejak-jejak Orang Moor begitu banyak dan sangat luas. Mulai dari Eropa Selatan, Mafagaskar, India (Pakistan dan Bangladesh) hingga selata Malaka dan seterusnya ke Tiongkok, Filipina, Sulawesi dan Maluku bahkan ke selat Torres dan Maori (Selanjia Baru). Jejak orang Moor di Nusa Tenggara terutama di Bima. Orang Moor tidak dari utara (selat) Malak ke Jawa, tetapi dari timur (Sulawesi dan Nusa Tenggara) ke Madura dan Batavia. Orang-orang Moor adalah yang menidentifikasi nama tempat dengan awal Ma, seperti nama Malaga, Maroko, Mauritania, Malagasi (Madagaskar). Malaka dan Muar(Semenenajung), Manila, Makao, Mangindanao, Matan, Manado, Maluku, Mamuju, Makassar, Maros, Maori dan Ma[ng]garai dan Madura. Juga nama-nama yang merujuk pada nama Moor seperti pulau Moro di Riau, Morong di teluk Manila, [bangsa] Moro di Mangindanao, Amurang di Minahasa, pulau Morotai, Semenanjung Morowali dan sebagainya. Orang-orang Moor di Jawa disebut juga orang Koja (merujuk pada gelar mereka, Coija) yang menjadi asal-usul nama (kampong) Koja di Batavia (Jakarta) dan Pekojan di Semarang.

Lantas bagaimana sejarah orang Moor di Hindia Timur (Nusantara) khususnya di Indonesia yang sekarang? Seperti disebut di atas, sejarah orang Moor sangat begitu banyak. Hanya saja selama ini kurang terinformasikan dan nyaris tidak ada yang menulisnya. Lalu bagaimana sejarah orang Moor di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*

Nama Moor di Eropa: Perang Salib, Orang Moor Menyebar hingga Hindia Timur (di Kerajaan Aru)

Seperti disebut di atas, jejak orang Moor dari zaman lampau begitu banyak di, khsusnya di wilayah Indonesia, hal serupa itu di Eropa. Jejak orang Moor di Eropa bahkan sangat masif ditemukan pada pada masa, khususnya di Spanyol dan Portugas. Lalu mengapa jejak-jejak kasat mata itu tidak pernah dicapture di dalam berbagai tulisan-tulisan sejarah. Dihighlight juga tidak. Padahal sejarah adalah narasi fakta dan data. Analisis sejarah harus proporsional, apa adanya tanpa memandang ras apapun. Lantas mengapa ras Eropa mendominasi isi sejarah, sementara bagian sejarah orang Moor dipinggirkan? Ternyata sejarah kita juga mengikuti arah yang diinginkan oleh ras Eropa.

Dalam narasi lama, yang pertama dan satu-satunya yang mencatat kehadiran orang-orang Moor di Hindia Timur adalah Mendes Pinto. Jelas Mendes Pinto paham siapa orang-orang Moor, darimana mereka berasal dan mengapa namanya disebut Moor. Di Hindia Timur orang-orang Moor dianggap orang-orang Arab juga karena orang Moor beragama Islam (karena memang penampilan dan perawakan yang juga mirip). Nama ada perbedaan diantara yang beragama Islam, orang Moor berbeda dengan orang Arab dan Persia. Orang Moor sudah sejak lama kehilangan tanah air (di Eropa terutama di Spanyol dan Portugal seperti kota-kota Cordoba dan Andalusia), karena itu mereka menyebar kemana saja tanpa memandang tempat untuk berlabih dengan ras apapun dan tingan kebudayaan apapun. Orang Moor gampang beradaptasi di tempat tujuan sekalipun pendudknya pagan, Mereka hanya berpikira bagaimana mereka bisa survive dengan kemahiran navigasi pelayaran dan perdagangan antar kota antar pulau. Tampaknya mereka mengikuti pepatah penduduk asli dimana bumi dipijak disiyu langit dijunjung. Orang Moor tidak (akan) kembali, mereka tidak punya kampung lagi.

Orang-orang Moor di Hindia Timur memang  seakan tidak begitu jelas. Mereka tidak diidentifikasi atau mengidentifikasi diri sebagai Moor. Boleh jadi itu terjadi karena stateless dan tidak ada raja yang memerintah atau yang harus dihormati. Mereka ada dimana-mana meski berbaur dengan penduduk asli, kehadiran mereka tetap dapat dibedakan oleh orang-orang Portugis. Tidak hanya fisik, bahasa, perilaku dan kemampuanya, tetapi juga orientasi politiknya. Bagaimana bisa? Orang Moor adalah tetangga orang-orang Portugis di Portugal (orang-orang Moor masih ada yang tersisa sebagai minoritas di Eropa terutama di Spanyol dan Portugal) namun berada di bawah rezim-rezim yang berkuasa, dinasti Spanyol dan dinasti Portugal. Hal itulah mengapa orang-orang Portugis di rantau di Hindia Timur tidak diganggu (karena orang Portugis mengetahui persis pengetahuan dan kemampuan orang-orang Moor dalam banyak hal) tetapi juga tidak didekati (karena berbeda ras dan tentu saja agama, yamg mana saat itu perilaku rasial begitu meluas di Eropa).

Satu kemampuan orang-orang Moor yang tidak dapat ditandingi oleh orang-orang Portugis adalah soal navigasi pelayaran di laut. Orang Erropa seperti orang-orang Portugis pada saat permulaan navigasi pelayaran Portugis, pelaut-pelaut Portugis adalah bagai anam kemarin sore yang belum begitu berpengalaman, sementara pelaut-pelaut dan pedagang-pedagang Moor sudah berpengalaman berabad-abad hingga Hindia Timur. Orang-orang Portugis hanya unggul dalam teknologi kapal dan perlengkapa senjata. Orang-orang Portugis juga mentehaui bahwa penduduk yang mendiami pantai utara dan barat laut Afrika adalah orang-orang Moor seperti di Maroko, Mauritania dan Tunisia yang sekarang. Orang-orang Moor stateless (pelarian dari Spanyol dan Portugal) ini yang menghubungkan arus perdagangan dari Hindia Timur ke orang-orang Moor di pantai utara Afrika untuk diteruskan ke Eropa. Orang Moor pertama yang dicatat dalam sejarah yang pernah berkunjung ke Hindia Timur (di sekitaer selat Malaka dan bahkan ke Tiongkok) adalah Ibnu Batutah pada tahun 1345. Ibnu Batutah adalah seorang Moor asal Tunisia. Kehadirannya di selat Malaka mengindikasikan komunitas orang-orang Moor di selat Malaka sudah sangat ramai. Dalam lampran Mendes Pinto yang pernah berkunjung ke Kerajaan Aru tahun 1537 menyebut Kerajaan Aru diperkuat oleh pedagang-pedagang Moor.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Jejak-Jejak Orang Moor di Indonesia: Ada di Depan Mata

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar