Selasa, 25 Oktober 2022

Sejarah Lampung (15): Tanjung Karang, Apa Ada Tanjung dan Karang di Pedalaman; Telukbetung Tanjungkarang Bandarlampung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini  

Nama tempat Tanjung Karang ditemukan di berbagai wilayah. Nama Tanjung Karang umumnya merujuk pada nama tanjong di wilayah karang. Bagaimana dengan nama Tanjung Karang di wilayah Lampoeng? Tanjung Karang di Lampoeng berada jauh di belakang pantai, di sebelah utara kota Teloek Betoeng. Bagaimana asal usul nama Tanjung Karang di Lampoeng adalah satu hal. Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana asal usul kota Tanjung Karang, tumbuh dan berkembang, yang kini menjadi pusat dari Kota Bandar Lampung.


Tanjung Karang pada masa ini kelurahan (kecamatan Enggal) yang merupakan pusat pemerintahan (ibu kota) Kota Bandar Lampung. Sebelum Kecamatan Enggal dibentuk, kelurahan ini berada di kecamatan Tanjung Karang Pusat. Nama Tanjung Karang juga ditemukan nama gampong di Aceh, nama desa di Riau, di Jambi, di Sumatra Selatan, di Jawa Barat, di Jawa Tengah, di Nusa Tenggara Barat, di Kalimantan Timur, di Gorontalo, di Maluku dan nama kota di Selangor. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, Tanjung Karang masuk wilayah Onderafdeling Telokbetong (Stbls 1912 No 462) yang terdiri dari Ibu kota Telokbetong sendiri dan daerah di sekitarnya. Sebelum tahun 1912, Ibu kota Telokbetong ini meliputi juga Tanjungkarang terletak 5 Km di sebelah utara. Ibu kota Onderafdeling Telokbetong adalah Tanjungkarang, sementara Kota Telokbetong sebagai Ibu kota Residentie Lampoeng. Kedua kota tersebut tidak termasuk ke dalam Marga Verband, melainkan berdiri sendiri dan dikepalai oleh seorang Asisten Demang. Pada zaman pendudukan Jepang, kota Tanjungkarang-Telokbetong dijadikan shi (Kota). Sejak Republik Indonesia, Kota Tanjungkarang dan Kota Telokbetong menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Selatan (UU No 22 tahun 1948) yang memisahkan kedua kota tersebut dari kabupaten Lampung Selatan. Lalu muncul nama Kota Tanjungkarang-Telukbetung. Sejak 1984 Telukbetung, Tanjungkarang dan Panjang (serta Kedaton) digabung dalam satu kesatuan koya dengan nama Kota Bandar Lampung. Sementara itu, tahun 1965 Keresidenan Lampung statusnya menjadi Provinsi Lampung (UU No18 tahun 1965), Lalu Kota Tanjungkarang-Telukbetung menjadi Kotamadya Dati II Tanjungkarang-Telukbetung sekaligus menjadi ibu kota Provinsi Lampung. Berdasarkan PP No 24 tahun 1983, Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung menjadi Kota Bandar Lampung (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Tanjung Karang, tanjung dan karang di pedalaman? Seperti disebut di atas nama tempat Tanjung Karang berada di belakang pantai, sementara di nama tempat di pantai Teluk Betung. Yang jelas kini gabungan nama TANJUNG Karang dan nama TELUK Betung menjadi nama kota BANDAR Lampung. Lalu bagaimana sejarah Tanjung Karang, tanjung dan karang di pedalaman? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Tanjung Karang, Tanjung dan Karang di Pedalaman? Teluk Betung, Tanjung Karang Jadi Bandar Lampung

Tanjung Karang pada masa ini adalah pusat dari Kota Bandar Lampung. Sebelumnya kota Tanjung Karan digabungkan dengan Teloek Betoeng yang kemudian terbentuk kota yang lebih besar dengan nama baru Bandar Lampung, Tanjung Karang sendiri dalam hal ini berawal dari suatu kampong kecil di sebelah utara kota Teloek Betoeng. Pertanyaannya: kapan kampong Tandjoeng Karang bermula?


H Zollinger adalah peneliti pertama yang mendeskripsikan wilayah (district) Lampong, yang laporannya dipublikasikan pada tahun 1846. Saat itu ibu kota district Lampong berada di Tarabangi, Orang Eropa/Belanda saat itu hanya ada di Tarabangi. Menurut Zollinger jalan antara Tarabangi dan Teloen Betoeng baru dalam perencanaan, Zoollinger sendiri dari Tarabangi ke Teloek Betoeng dan sebaliknya hanya mengendarai kuda (jalan setepak, jalan sejak zaman kuno?). Sementara di Telok Betoeng ada tiga orang Cina dan pemukim umumnya orang Boegis. Dalam laporan Zollinger tidak/belum disebut nama (kampong) Tandjoeng Karang. Besar dugaan kampong Tandjoeng Karang belum ada. Nama-nama tempat yang diidentifikasi di sekitar Telok Betoeng hanya nama kampong Kedaton dan kampong Radjabasa di sebelah utara Teloek Betoeng dan kampong Tapoes berada di sebelah barat Telok Betoeng di daerah aliran sungai Tapoes (kini sungai Kuripan). Kampong Kedaton berpenduduk 2.576 jiwa, kampong Radjabasa hanya 159 orang dan kampong Tapoes sebanyak 548 jiwa. Sedangkan kampong Teloek Betoeng dengan penduduk sebanyak 2.980 jiwa. Ini mengindikasikan keramaian di Teloek Betoeng dengan di Kedaton kurang lebih sama.

Pada tahun 1864 district Lampoeng ditingkatkan statusnya menjadi residentie (Stbls 1861 No. 54). Residentie Lampoeng dibagi menjadi lima afdeeling: Toelang; Banvung (ibu kota di Manggala); Sipoetih (hoofdplaats Tarabangi); Sikampong (ibu kota di Natar); Telok Bctong (hoofdplaats 'Teloek Betoeng); dan Semangka (hoofdplaats Borneh).


Dalam perkembangannya jumlah afdeeeling menjadi tujuh (lihat Almanak 1870). Dua afdeeling tambahan yang merupakan pemerikaran adalag afd Boem Agoeng (ibu kota di Pekon Ratoe) dan afd IV Marga (ibu kota di Katimbang). Ibukota Semangka telah dipindah ke Tandjoeng/an. Sebelumnya ibu kota afdeeling Sekampoeng telah dipindahkan ke Soekadana. Dalam perkembangannya lagi hanya tinggal enam afdeling dengan menghapus Boemi Agoeng. Ibu kota Semangka dipindahkan lagi ke Beniawang.

Dalam perkembangannya lagi nama afdeeling Teloek Betoeng diubah menjadi Afdeeling Ommelanden van Teloek Betoeng dengan ibu kota di Tandjoeng Karang (lihat Almanak 1877). Sementara Telok Betoeng hanya menjadi ibu kota Residentie Lampoeng saja. Sehubungan dengan reorganisasi pemerintahan dan perubahan administrasi wilayah, ada kampong yang akan stagnan dan ada kampong yang akan cepat tumbuh dan berkembang, termasuk dalam hal ini kampong Tandjoeng Karang.


Lantas kapan muncul nama Tandjoeng Karang dan sejak kapan Tandjoeng Karang menjadi nama kampong. Secara geografis nama Tandjoeng Karang kurang tepat nama Tandjoeng Karang di utara kota Teloek Betoeng. Dalam laporan-laporan terdahulu sejak era Zollinger (1846) tidak ada yang menginformasikan nama kampong Tandjoeng Karang hingga nama Tandjoeng Karang tiba-tiba menjadi popular ketika dijadikan sebagai ibukota afdeeling. Secara geomorfologis wilayah kampong Tandjoeng Karang hanya mengindikasikan lapisan tanah alluvial dengan ketinggian sekitar 100 M dpl. Nama Tandjoeng Karang sendiri bukan nama asli Lampoeng. Besar dugaan kampong Tandjoeng Karang adalah kampong yang benar-benar baru karena menjadi tempat pemukiman penduduk, terutama penduduk pendatang. Ada kemungkinan perkampongan dibuka oleh para pasukan pribumi pendukung militer Pemerintah Hindia Belanda yang berugas di benteng dan garnisun militer namun setelah pensiun tidak Kembali ke kampong halaman.

Tunggu deskripsi lengkapnya

TELUK Betung, TANJUNG Karang Menjadi BANDAE Lampung: Pusat Perdagangan versus Pusat Perkebunan di Lampung

Pada Peta 1883 nama Tandjoeng Karang sudah menjadi kota satelit dari kota Teloek Betoeng, Selain tiga nama kampong lama (Kedaton, Radjabasa dan Tapoes), di dekat Teloek Betoeng juga ada muncul kampong baru yakni Panangahan (antara Tandjoeng Karang dan Kedaton). Di dekat kampong Tapoes di arah hilir sungai muncul nama kampong Koeripan. Diharapkan kota Teloek Betoeng semakin besar, demikian juga kampong Tandjoeng Karang akan cepat tumbuh sebagai pusat pertumbuhan baru. Namun tiba-tiba muncul bencana di selat Soenda dimana wilayah teluk Lampong juga mengalami bencana besar. Gunung Krakatau meleutus pada bulan Agustus, yang mana terjadi tsunami yang mengakibatkan kota Teloek Betoeng tersapu habis.


Seperti telah dideskripsikan pada artikel sebelum ini, tidak hanya letusan gunung Krakatau yang menghancurkan kota Teloek Betoeng dengan debu vulkanik, juga tsunami yang diakibatkan letusan itu telah membanjiri kota Teloek Betoeng. Pelabuhan Teloek Betoeng juga tertutup oleh sampah vegetasi dan batuan yang mengambang di atas permukaan laut/perairan. Kota Teloek Betoeng tidak hanya lumpuh, juga banyak korban jiwa dan barang.

Kota baru Tandjoeng Karang yang menjadi ibu kota afdeeling Ommelanden van Teloek Betoeng, sedikit tertolong atas bencana. Tsunami memang tidak mencapai wilayah Tandjoeng Karang, tetapi debu vulkanik juga telah melumpuhkan kota di utara Teluk Betoeng tersebut. Saat kejadian Residen Lampoeng tidak sedang di kota Teloek Betoeng, tetapi di suatu area di utara kota yang memiliki ketinggian yang tidak bisa dijangkau gelombang banjir tsunami. Residen Lampoeng segera mengungsi ke Tandjoeng Karang untuk menyatukan koordinasi dengan sejumlah perjabat, termasuk Controleur Ommelanden van Telok Betoeng dan para pemimpin local untuk tindakan mitigasi dan pendataan.


Pada peta-peta pasca bencana, nama kota Tandjoeng Karang semakin penting. Meski demikian, kota Teloek Betoeng, pelan tapi pasti tumbuh Kembali tidak hanya sebagai pusat perdagangan sejak lama, tetapi juga pusat pemerintahan residentie tetap berada di Teloek Betoeng. Oleh karena itu meski kota Teloek Betoeng pernah ditimpa bencana, tetapi dalam perkembangannya kota Teloek Betoeng adalah kota yang tetap lebih penting dari kota Tandjoeng Karang. Sementara itu kota Tandjoeng Karang tetap tumbuh dan berkembang, lebih-lebih dengan munculnya konsesi perkebunan yang dimulai di sekitar Tandjoeng Karang di Kedaton (perkebunan karet).

Pasca bencana, pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda tetap terselenggara di wilayah Residentie Lampong. Rekonstruksi menjadi prioritas untuk wilayah terkena bencana, juga tidak melupakan pembangunan di wilayah lainnya di residentie Lampong. Kota Telok Betoeng ditata kembali, penduduk dan keluarga yang terkena musibah dibimbing untuk bangkit Kembali dalam kehidupan pasca bencana.


Pada Peta 1911 kampong Tandjoeng Karang sudah menggambarkan suatu kota. Dalam peta, ini kampong lama (Kedaton dan Radja Basa) sudah tampak lebih kecil dibandingkan kampong/kota Tandjung Karang. Sementara itu kampong lama di dekat Teloek Betoeng yakni Tapoes telah menghilang. Kampong baru Koeripan masih eksis sebagai bagian dari kota Teloek Betoeng. Nama sungai yang disebut sungai Tapoes telah digantikan dengan nama sungai Koeripan. Semakin banyak nama-nama kampong baru yang muncul baik di Teloek Betoeng maupun di Tandjoeng Karang. Di Teloek Beetoeng ada nama kampong Boegis dan nama kampong Palembang. Sementara di kota Tandjoeng Karang dan sekitar muncu nama-nama kampong baru seperti kampong Enggal, kampong Simpoer, kampong Djawa, kampong Djagabaja, kampong Oppas dan kampong Lebak Boedi. Dari nama-nama kampong baru di Tandjoeng Karang mengindikasikan pemukiman orang Jawa, orang Soenda dan lainnya. Nama kampong Panangahan di Tandjoeng Karan hanya nama kampong kecil.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar