Selasa, 22 November 2022

Sejarah Bengkulu (29): Kereta Api Wilayah Bengkulu;Soekarno Diasingkan Naik Kereta Api dari Teloek Betong hingga Lahat 1938


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Pada tahun 2020 ada rencana pembangunan kereta api di wilayah Bengkoeloe. Rencana itu kemudian terkendala. Lalu bagaimana kelanjutannnya? Itu satu hal. Dalam hal ini akan dideskripsikan sejarah perkeretapian di wilayah Bengkulu pada era Pemerintah Hindia Belanda. Ir Soekarno diasingkan naik kereta api dari Teloek Betong ke Lahat 1938. Mengapa sampai Lahat? Bagaimanaa sejarahnya kereta aspi di wilayah Bengkoeloe kurang terinformasikan?


Kereta api pertama di Pulau Sumatera dibangun di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886) dan kemudian di Sumatera Barat (1891). Tahun 1911, pembangunan rel keretapi di Sumatra bagian selatan dimulai. Lintasan kereta di Sumatera Selatan pertama kali dibangun sepanjang 12 kilometer dari Panjang menuju Tanjungkarang, Lampung. Jalur rel ini mulai dilintasi kereta pada tanggal 3 Agustus 1914. Pada waktu bersamaan dilaksanakan juga pemasangan dan pembangunan lintasan rel dari Kertapati, menuju Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Sampai 1914, jalur rel lintas Prabumulih sampai Prabumulih mencapai jarak 78 kilometer. Perlahan, jalur rel kemudian dikembangkan untuk pengangkutan batu bara dari tempat penambangannya di Tanjung Enim. Kemudian dikembangkan juga jalur ke Lahat. Di Lahat berada sebuah bengkel kereta (sekarang dinamakan Balai Yasa Lahat) yang berfungsi untuk perbaikan dan perawatan kereta api. Habis pemerintah Hindia Belanda menempuh Zuid Soematera Spoorwegen (ZSS) tuntas membangun rel kereta api di Lampung dan Sumatera Selatan sampai 529 km (https://p2k.utn.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di wilayah Bengkulu? Seperti disebut di atas, sejarahnya kurang terinformasikan. Satu yang pasti Ir Soekarno ketika diasingkan ke Bengkoeloe tahun 1938 naik kereta api dari Teloek Betong hingga ke Lahat 1938. Lalu bagaimana sejarah kereta api di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.Rapport nopens den aanleg van staatsspoorwegen in Zuid-Sumatra, 1910-1911

Kereta Api di Wilayah Bengkulu; Ir Soekarno Diasingkan ke Bengkoeloe tahun 1938 Naik Kereta Api dari Teloek Betong ke Lahat

Sebelum soal pembangunan keretapi di bagian lain di wilayah Sumatra bagian selatan (Zuid Sumatra), sudah lebih dahulu pembangunan jalur kereta api di wilayah Bengkoelen. Ini bermula setelah maskapai pertambangan emas di Redjang Lebong mulai beroperasi (Lebong Donok mulai beroperasi pada tanggal 14 Nopember 1899 dengan 10 alat yang digerakkan oleh tenaga uap). Perusahaan ini banyak menggunakan tenaga kerja (kontraktor) yang berasal dari Tiongkok.


Setelah beberapa decade konsesi pertambangan emas ditawarkan kepada public di wilayah Redjang, baru benar-benar menemukan bentuknya pada tahun 1898 (lihat Dagblad van Zuidholland en 's Gravenhage, 05-05-1898). Perusahaan yang berkantor di Den Haag disebutkan secara finansial sudah clear. Hanya tinggal para insinyur bekerja di Hindia Belanda. Perusahaan pertambangan emas pertama di Sumatra ini, tidak lama kemudian telah menghasilkan. Emas dalam bentuk batangan yang telah dihasilkan dibawa dari Lebong Donok melalui Tjoerorp terus ke Kapahiang hingga ke Bengkoelen dengan pengawalan yang ketat. Hal itu sebelumnya uang yang dibawa dari Bengkoelen untuk keperluan keputuhan dan gaji karyawan dan pekerja hilang di tengah perjalanan. Peta 1911

Dalam laporan perusahaan per 31 Desember 1900 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 24-04-1901) disebutkan jaringan jalur komunikasi dari Pasar Tjoeroep ke Lebong Donok terus menerus menimbulkan keprihatinan yang besar dan memunculkan gagasan baru. Dalam laporan ini disebutkan juga harus melanjutkan untuk menjalin hubungan dengan Lebong Soelit disana dengan membangun jalur trem. Langkah-langkah telah direncanakan untuk sementara mencari rute yang cocok untuk jalur trem dari Lebong Donok ke Lebong Soelit.


Perusahaan baru ini tampaknya bekerja cepat. Program-programnya dapat berjalan lancar diduga karena prospek yang tinggi. Di dalam laporan perusahan disebutkan bahwa persentase pasir dan slime sedikit bervariasi sesuai dengan sifat bijih yang dihancurkan; hasilnya memiliki 23 hingga 26 persen slime selama berbulan-bulan dan lainnya dari 30 hingga 33 persen. Pada bulan Februari 1900 angka yang luar biasa tinggi lebih dari 38 persen slime diperoleh. Tampaknya bagi perusahaan semua menjadi lebih mudah. Investasi baru dalam pembangunan prasarana kereta api bukan menjadi halangan tetapi sebaliknya dapat meningkatkan prospectus perusahaan.

Ruas pertama jalur kereta api akan segera selesai (lihat De Sumatra post, 08-03-1901). Disebutkan jalur trem ke lokasi penambangan di Soelit yang diperkirakan selesai bulan Oktober antara Moeara Santan dan Soelit, bangunan yang diperlukan akan didirikan disana untuk memindahkan seluruh bangunan dari Moeara Santan ke Soelit yang jauh lebih sehat.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ir Soekarno Diasingkan ke Bengkoeloe Naik Kereta Api dari Teloek Betong ke Lahat: Situasi dan Kondisi Perkeretaapian di Bengkoeloe

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar