Minggu, 27 November 2022

Sejarah Madura (2): Geomorfologis Pulau Madura, Pantai Utara versus Pantai Selatan; Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Pulau Madura selalu dilihat dari sisi kondisi geografis. Boleh jadi belum ada yang memperhatikan pulau Madura dari sisi geomorfologis. Apa bedanya? Itulah perbedaannya. Perbedaan antara cara melihat pada era navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno dengan era navigasi pencarian data zaman Now. Data permukaan bumi via satelit hanya syarat perlu, masih diperlukan data lain seperti data geologi, baltimeter dan lainnya sebagai syarat cukup. Dalam hal ini kita sedang berbicara secara gemorfologis pulau Madura.


Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama di lereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur. Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah Solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung. Luas keseluruhan Pulau Madura sekitar 5.379 km², atau sekitar 10-12 persen dari luas daratan provinsi Jawa Timur. Adapun panjang daratan pulau ini dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Dungkek sekitar 160 kilometer dan lebarnya sekitar 40 kilometer (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologis pulau Madura? Seperti disebut di atas ada perbedaan antara pantai utara vs pantai selatan. Kota-kota besar di Madura pada masa kini berada di pantai selatan: Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Lalu bagaimana sejarah geomorfologis pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Geomorfologis Pulau Madura, Pantai Utara vs Pantai Selatan; Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep

Satu keterangan tertua yang dihubungkan tentang geomoforlogis pulau Madura adalah keterangan yang terdapat dalam teks Negarakertagama (1365). Di dalam teks disebut Madura adalah suatu pulau (Zang 15, bait 2). Namun yang menjadi pertanyaan, di dalam teks juga disebutkan bahwa (pulau) Madura, dulunya satu dengan tanah Jawa. Apakah hal itu didukung fakta?


‘Kunang tekang nüsa Madhura tanani Iwir parapurï | ri denyan tunggal mwang Yawadharani rakwekana dangü | samudrananggung-bhümi këta Q'akakalanya karëngö | tëwëknya'n dady apantara sasiki tatwanya tan adoh |. Artinya: Adapun negeri Madura, ini tidak boleh dianggap satu keadaan aneh, karena dulunya satu dengan tanah Jawa: karena menurut tradisi adalah tahun 4-1 'tQaka, waktu itu adalah terpencil menjadi (daratan) jarak yang tidak jauh (lihat Prof Dr H Kern, 1919).

Satu yang jelas bahwa pada abad ke-14 Madura adalah nama yang terpisah dari pulau Jawa yang berada di suatu pulau (pulau Madura yang sekarang). Pemahaman masyarakat (Madjapahit) saat itu bahwa di masa lampau (abad ke-4) pulau Madura menyatu dengan pulau Jawa, sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman sekarang, bahwa pulau Jawa semakin mendekati pulau Madura karena adanya proses sedimentasi jangka panjang.


Bagaimana pulau Jawa semakin mendekati pulau Madura dapat diperhatikan peta-peta pada era VOC/Belanda (misalnya Peta 1724). Di dalam Peta 1724 pulau Mangari diidentifikasi tepat berada di tengah selat Sunda. Akan tetapi pada masa ini pulau Mangari telah menyatu (menempel) dengan pulau Jawa (di wilayah Gresik). Pulau yang berada di pantai barat pulau Madura juga pada masa ini sudah menyatu dengan daratan pulau Madura. Pada muara sungai (bengawan Solo) di sebelah barat pulau Mangari mengindikasikan tiga daratan yang di masa lampau mengindikasikan tiga pulau yang berdekatan (pulau-pulau sedimen).  

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep: Mempertanyakan Isi Teks Pupuh 15 Negarakertagama dan Tahun Penulisan (1365)

Pada masa ini (pendapat) pulau Madura pernah menyatu dengan pulau Jawa adalah masuk akal. Karena hal itulah yang disebutkan di dalam teks Negarakertagama yang menggambarkan situasi dan kondisi yang masuk akal pada masa ini. Namun bagaimana masyarakat pada abad ke-13 yang berpendapat bahwa di masa lampau pulau Madura pernah menyatu dengan pulau Jawa.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar