Rabu, 22 Maret 2023

Sejarah Malang (57): Pecinan Chinatown di Malang, Berada Dimana? Orang Tionghoa dan Sejarah Orang Cina di Wilayah Malang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada kota Cina atau Pecinan (Chinatown) di Kota Malang? Adalah. Dimana itu berada? Nah, itu dia. Pecinan sejajatinya terdapat di berbagai wilayah di Indonesia terutama di kota-kota. Bahkan di kota Padang Sidempuan di pedalaman Sumatra ada pecinan. Kota Cina atau Pecinan mulai terbentuk sejak dahulu, bentuknya semakin nyata pada era Pemerintah Hindia Belanda. Jika begitu, sejak kapan kota Cina atau Pecinan di Kota Malang terbentuk?


Kampung Pecinan Lahir dari Kebijakan Belanda. Radar Malang. 7 December 2022. Warga keturunan Tionghoa sudah berada di Malang sejak zaman Kerajaan Singhasari, jauh sebelum Pemerintah Kolonial Belanda menguasai Indonesia. Permukiman mereka sempat berpindah-pindah. Hingga akhirnya terpusat di kawasan Pecinan, di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen. Jawaban sama terlontar dari delapan warga keturunan Tionghoa yang ditemui Jawa Pos Radar Malang, beberapa waktu lalu. Ketika ditanya kenapa kampung mereka disebut Pecinan, mereka sama-sama menjawab dengan kalimat ini: karena banyak warga Cina-nya. Dari analisis koran ini, istilah Pecinan awalnya lahir dari kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda. Yakni kebijakan Passenstelsel dan Wijkenstelsel. Itu disampaikan Suryadinata dalam bukunya yang berjudul ’Peranakan’. Passenstensel adalah kebijakan yang melarang warga Tionghoa keluar dari Ghetto (dalam Bahasa Inggris disebut Chinatown). Kebijakan itu awalnya berlaku di tahun 1816. Lalu, di tahun 1843 ada kebijakan Wijkenstelsel, yang juga memaksa orang keturunan Tionghoa agar tinggal di Ghetto. (https://radarmalang.jawapos.com/) 

Lantas bagaimana sejarah Pecinan Chinatown di Malang, berada diimana? Seperti disebut di atas kota Cina atau Pecinan masih eksis hingga ini hari, tetapi itu bermula sejak masa lampau terutam pada era Pemerintah Hindia Belanda. Bagaimana orang Tionghoa dan sejarah orang Cina di wilayah Malang. Lalu bagaimana sejarah Pecinan Chinatown di Malang, berada diimana?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pecinan Chinatown di Malang, Berada Dimana? Orang Tionghoa dan Sejarah Orang Cina di Wilayah Malang

Dimana perkampongan orang Tionghoa pada masa ini di Kota Malang? Ada yang berpendapat pecinan, kota Cina atau Chinatown di Kota Malang berada di kelurahan Sukoharjo, kecamatan Klojen. Apakah itu benar? Iya betul, dari sudut pandang masa kini. Lalu apakah tempo doeloe berbeda? Iya betul juga. Jadi dimana tempo doeloe sebelum di area yang sekarang? Tempo doeloe semasa Pemerintah Hindia Belanda kampong Cina berada di Kota Lama.


Pada era Pemerintah Hindia Belanda ada kecenderungan populasi warga kota terfragmentasi ke dalam area-area yang terpisah satu sama lain. Itu bermula sejak awal terbentuknya kota, bahkan sejak era VOC. Namun area yang didiidentifikasi secara tegas awalnya perkampongan orang Cina (Chineezen kampement). Hal itu karena orang Cina sendiri membedakan diri dari yang lain karena mereka adalah orang asing di Hindia sejak era VOC (masih menganut kewargaan Tiongkok). Sementara orang-orang Arab lebih melebur dan tidak berorientasi negara seperti orang Cina. Perkampongan orang Arab atau peranakan lebih cenderung ke seputaran masjid yang diidentifikasi sebagai area Kauman. Sementara area orang Eropa/Belanda terbentuk dengan sendirinya di seputar kantor/rumah Controleur/Asisten Residen/Residen. Mengapa begitu? Begitulah adanya. Pola pemukiman/perkampongan ini terus berkembang hingga era Pemerintah Hindia Belanda. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, terutama sejak dibentuknya Kota (gemeente), batas-batas area orang Eropa/Belanda ini semakin tegas dan juga dituangkan dalam beslit pemerintah. Perluasan area orang Eropa/Belanda, tentu saja dengan sendirinya, area/perkampongan pribumi dan Cina adakalanya dikorbankan (digusur dengan ganti rugi).

Lantas mengapa perkampongan Cina di kota Malang bermula di Kota Lama? Hal itu karena sejak awal kota Malang bermula di kampong Gadang di sisi barat sungai Brantas dimana kantor/rumah Asisten Residen dibangun yang ditempati pada tahun 1817. Di area pusat pemerintahan (Hindia Belanda) ini juga dibangun rumah bupati Malang. Dalam konteks inilah kemudian orang-orang Cina yang awalnya bermukim di Pasoeroean dan Bangil memperluas usahanya hingga jauh ke pedalaman di Malang. Lalu terbentuklah perkampongan orang Cina di Malang di dekat kantor Asisten Residen Malang.


Sejak 1892 area kota Malang diperluas dengan beslit pemerintah. Seiring dengan perluasan kota ini kantor/rumah Asisten Residen direlokasi ke area baru di arah utara kota (lama) Malang. Kantor bupati juga turu direlokasi ke dekat kantor Asisten Residen. Dalam perkembangannya di area baru ini dibangun alun-alun kota. Dengan terbangunnya alun-alun kota, kantor Asisten Residen berada di sisi timur dan rumah bupati di sisi selatan alun-alun. Seputar alun-alun inilah kemudian dengan sendirinya menjadi kota baru Malang. Sementara area eks pemerintahan di selatan kemudian dikenal menjadi Kota Lama (kini wilayah Mergosono).

Perkampongan Cina di Kota Lama tidak ikut bedol desa ke kota baru Malang. Populasi orang Cina di Kota Lama justru semakin meningkat. Bahkan rumah-rumah permanen dan rumah mewah banyak yang dijual dan jatuh ke tangan orang-orang Cina di Kota Lama. Dalam hal pusat perdagangan eceran di Kota Lama tetap eksis. Sementara toko-toko Eropa/Belanda mulai bermunculan di sekitar alun-alun di sisi utara dan sisi timur. Keberadaan masjid di sisi barat alun-alun kemudian terbentuk perkampongan orang Arab (yang dikenal Kauman). Lalu dengan semakin ramainya di kota baru di alun-alun, apakah komunitas orang Cina di Kota Lama berpindah? Tampaknya tidak. Hanya orang-orang Cina yang kaya yang membangun rumah di kota baru seperti kapten Cina. Perkampongan Cina tetap berada di Kota Lama. Mengapa?


Pecinan atau Chinatown di kota Soerabaja tidak pernah berubah sepanjang masa. Perkampongan orang Cina diketahui di daerah aliran sungai Soerabaja. Demikian juga rumah bupati Soerabaja. Posisi rumah bupati Soerabaja berada di sisi utara sungai Soerabaja, sementara perkampong orang Cina agak di hilir di sisi selatan sungai Soerabaja. Di arah hilir dari perkampongan Cina sudah ada benteng sejak era VOC. Pada permulaan Pemerintah Hindia Belanda (semasa dengan di Malang), Residen masih bertempat tinggal di dekat benteng. Pada tahun 1830 kantor/rumah Residen relokasi ke arah hulu sungai di sisi utara sungai Soerabaja tepat berada berseberangan dengan perkampong orang Cina (di arah selatan rumah bupati Soerabaja). Dalam perkembangannya di depan rumah Residen Soerabaja dibangun jembatan di atas sungai Soerabaja. Seperti jembatan di Amsterdam, oleh karena cat jembatan berwarna merah maka disebut Jembatan Merah (hingga begitu adanya ke hari ini). Adanya jembatan ini maka perkampongan orang Cina menjadi terhubung dengan sisi utara dimana terbentuk pemukiman orang-orang Eropa/Belanda. Jalan darat juga sudah dibangun dari rumah Bupati Soerabaja ke kantor Residen di sisi utara sungai. Area inilah yang kemudian menjadi cikal bakal kota Soerabaja, dimana terdapat perkampongan Cina (Chinatown). Catatan: jarang perkampongan Cina di era Pemerintah Hindia Belanda berpindah. Di Batavia Chinatown tidak pernah berpindah sejak era VOC, demikian juga dengan di Semarang dan Soerabaja. Pecinan di Buitenzorg, Medan, Padang, Bandoeng, Jogjakarta juga tetap berada di tempat awalnya. Lalu bagaimana dengan di Malang?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang Tionghoa dan Sejarah Orang Cina di Wilayah Malang: Populasi Orang Cina di Malang Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar