Jumat, 01 Agustus 2025

Sejarah Indonesia Jilid 9-2: Adam Malik Menteri Luar Negeri dan Jose Ramos Horta; Integrasi Timtim - Disintegrasi Timor Leste


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini 

Nama Adam Malik dan Jose Ramos Horta terhubung bermula tahun 1974. Adam Malik setelah keluar dari panjara Padang Sidempoean merantau ke Batavia (baca: Djakarta). Pada usia 20 tahun, Adam bersama dengan Soemanang, Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, memelopori berdirinya kantor berita Antara. (lihat Surat Kabar di Padang Sidempuan ‘Tempo Doeloe’ dan Lahirnya Tokoh-Tokoh Pers Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan: Adam Malik Batubara). Bagaimana dengan Jose Ramos Horta?


Bertemu Jokowi, Jose Ramos-Horta Kenang Pertemuan dengan Adam Malik. Dalam pertemuan paleno ini, Jokowi menyampaikan kepada Jose Ramos-Horta bahwa dirinya ingin membahas penguatan kerja sama bilateral. Tempo, 19 Juli 2022: Dalam pertemuan paleno ini, Jokowi menyampaikan kepada Ramos-Horta bahwa dirinya ingin membahas penguatan kerja sama bilateral, khususnya di bidang ekonomi. Ramos-Horta kemudian menyampaikan bahwa dirinya merasa terhormat bisa mengunjungi dalam masa kepresidenan Jokowi ini. Kepada Jokowi, Ramos-Horta mengatakan bahwa dirinya telah beberapa kali mengunjungi Indonesia. "Pertama kali yaitu pada 1974, di mana saya bertemu Pak Malik,". Pertemuan dengan Malik juga muncul dalam pidato Ramos-Horta saat pemberian Nobel. "Juni 1974, saya mengunjungi Jakarta, dalam kapasitas saya sebagai Sekretaris Urusan Luar Negeri Timor Social Democratic Association yang baru saja dibentuk, kurang dari sebulan sebelumnya. Saya mendapat kehormatan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu, Bapak Adam Malik". Kala itu, kata Ramos-Horta, hanya ada tiga hotel besar di Indonesia yaitu Hotel Indonesia, Hotel Kartika Plaza, dan Hotel Kartika Chandra. "Saya tidak menginap di hotel itu, saya menginap di Losmen," kata dia, disambut tawa peserta pertemuan. 

Lantas bagaimana sejarah Adam Malik Menteri Luar Negeri dan Jose Ramos Horta? Seperti disebut di atas, nama Adam Malik dan Ramos Horta di masa lampau dalam hal integrasi Timor Timur dan pada masa kini dalam hal disintegrasi Timor Leste. Lalu bagaimana sejarah Adam Malik Menteri Luar Negeri dan Jose Ramos Horta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah penulis sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.

Adam Malik Menteri Luar Negeri dan Jose Ramos Horta; Integrasi Timor Timur dan Disintegrasi Timor Leste

Ada surat Adam Malik, Menteri Luar Negeri RI yang ditujukan kepada Jose Manuel Ramos Horta di Dili bertanggal 17 Juni 1974. Surat tersebut dipublikasikan Vrij Nederland, jrg 37, 1976, No. 8, 21-02-1976, yang mana Adam Malik awalnya bersimpati kepada Fretelin, gerakan pembebasan sayap kiri Timor Timur. José Ramos Horta, menerima jaminan dari Adam Malik bahwa Indonesia hanya memiliki niat damai. Namun dalam surat ini tidak disebut jabatan José Ramos Horta. Lantas mengapa kemudian terjadi integrasi Timor Timur (Timor Portugis) ke dalam wilayah Republik Indonesia?


Pada tahun 1974, Portugal memprakarsai proses dekolonisasi bertahap dari sisa wilayah koloninya, termasuk Timor Portugis. Selama proses tersebut, konflik sipil antara berbagai pihak di wilayah ini meletus. Pada tahun 1975, sejumlah tokoh Timor Portugis meminta bantuan pemerintah Indonesia untuk pemulihan keamanan dan ketertiban di wilayahnya. Timor Timur mulai diintegrasikan ke dalam wilayah Republik Indonesia dan diresmikan sebagai provinsi ke-27 RI pada tanggal 17 Juli 1976 (Wikipedia)

Surat tersebut tampaknya ditulis tidak lama sejak kunjungan Ramos Horta ke Indonesia di Jakarta. Namun tidak terinformasikan kapan tepatnya di bulan Juni 1974 Ramos Horta di Jakarta. Dalam sesi UGM Annual Lecture yang disampaikan José Ramos-Horta, President of Timor Leste kemarin (31 Juli 2025) keterangan tersebut juga diungkapkan tetapi tidak disebutkan tanggalnya pada bulan Juni 1974.


Setelah kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah Timor Timur terbentuk sejumlah partai tiga diantaranya yang terbesar: Partai UDT yang kebanyakan anggotanya para pegawai negeri Portugis, tuan tanah, dan tetua adat menginginkan Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. Partai Apodeti menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. Partai Fretilin yang beraliran kiri menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Selama bulan-bulan pertama kelahirannya, partai-partai politik di Timor Timur ini mulai melakukan konsolidasi. Tiga partai di antaranya, yakni UDT; Fretilin; dan Apodeti mengirimkan utusan-utusannya ke berbagai negara, khususnya ke negara-negara terdekat seperti Australia dan Indonesia. Tokoh-tokoh seperti José Ramos Horta dari Fretilin dan Francisco Xavier Lopes da Cruz dari UDT datang ke Jakarta menemui perwakilan pemerintah Indonesia untuk membicarakan perkembangan situasi yang terjadi di Timor Timur. Dalam konteks inilah Ramos Horta bertemu dengan Menteri Luar Negeri RI Adam Malik di Jakarta pada bulan Juni 1974.Namun yang terjadi di Timor Timur timbul konflik antara partai UDT dan partai Fretilin.

Pada akhir bulan Oktober 1974 Menteri Luar Negeri Portugal, Dr Almeida Santos, melakukan kunjungan dua hari ke Jakarta yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungannya ke Timor Portugis (lihat NRC Handelsblad, 01-11-1974). Dr Almeida Santos di Timor Timur disambut dengan demonstrasi.


Timor Portugis, dengan populasi 650.000-800.000 jiwa, terdiri dari dua wilayah terpisah: satu di bagian timur pulau dan sebidang kecil tanah di tengah wilayah Indonesia, Timor Barat. Timor Portugis adalah salah satu dari tiga koloni terakhir yang pernah dikuasai Portugal yang perkasa di Asia Tenggara. Goa, di pesisir barat anak benua India, dimasukkan ke dalam India pada tahun 1962, dan Makau, pulau wisata terkenal di dekat Hong Kong, tampaknya akan tetap menjadi bagian dari Republik Portugis. Republik Rakyat Tiongkok telah mengindikasikan bahwa mereka tidak memiliki ambisi teritorial ke arah itu, mungkin karena Tiongkok merasa lebih nyaman memiliki pulau netral lain selain Hong Kong sebagai observatorium politik dan titik transit ekonomi untuk ekspor Tiongkok. Penduduk Makau, sebuah konglomerasi dari semua ras, tampaknya tidak memiliki aspirasi nasionalis, tetapi di pulau Timor, situasinya agak berbeda. Satu kelompok menghendaki kesatuan administratif yang berkelanjutan dengan Portugal (Uni Demokratik di bawah Mario Viegas Carascalao), kelompok lain menghendaki kemerdekaan penuh (Partai Sosialis Demokratik, atau Fretilin, di bawah Ramos Horta), dan kelompok lain yang menganjurkan integrasi dengan Indonesia, Partai Rakyat Demokratik (Apodeti) di bawah Arnaldo de Reis Arujo. Semua kelompok telah memelihara kontak resmi dengan Indonesia, melalui kunjungan ke Djakarta dan bagian barat pulau Timor. Foto: Monumen Henrique Sang Navigator, 1488-1960

Sementara itu Perdana Menteri Whitlam maupun perwakilan Australia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa telah secara terbuka menyatakan bahwa mereka akan sangat menghargai Timor Portugis yang digabungkan ke dalam Indonesia. Indonesia sendiri, setelah banyak keraguan, telah mengakui, melalui Menteri Luar Negeri Adam Malik, bahwa mereka tidak berkeberatan dengan Timor Portugis yang bergabung dengan Indonesia, selama hal ini sesuai dengan kehendak rakyat.


Adam Malik menyampaikan hal ini setelah berdiskusi dengan Dr Santos, sementara Menteri Wilayah Seberang Laut Portugal menyatakan dalam konferensi pers sebelum keberangkatannya ke Dilli (ibu kota Timor Portugis) bahwa Portugal akan mengikuti kehendak rakyat, tetapi konsekuensi meninggalkan Portugal harus dipertimbangkan dengan matang, karena negara yang kecil, lemah, dan merdeka dapat dengan mudah menjadi mainan bangsa lainnya. Partai Sosialis Demokratik pimpinan Ramos Horta diawasi dengan penuh kecurigaan dalam hal ini, karena mereka dicurigai berhubungan dengan agen-agen Tiongkok, melalui kelompok Tiongkok yang memiliki kekuatan ekonomi besar di Timor.

Pulau Timor yang kecil, yang sebelumnya tak terperhatikan, tiba-tiba menarik perhatian politik global. Jakarta setiap hari melaporkan arus pengungsi dari wilayah Portugis ke wilayah Indonesia, karena khawatir akan segera diambil alih oleh "kaum kiri" (lihat NRC Handelsblad, 11-03-1975). Disebutkan dari semua penduduk Timor Portugis, hanya 3.000 orang yang berkebangsaan Portugis. Perdagangan di Timor Portugis juga didominasi oleh orang Tionghoa, yang berjumlah 20.000 orang

Tunggu deskripsi lengkapnya

Integrasi Timor Timur dan Disintegrasi Timor Leste: Apa Kata Adam Malik dan Apa Kata Jose Ramos Horta  

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar