Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini
Jembatan kereta api di Lembah Anai adalah sebuah jembatan bersejarah yang ikonik di Sumatera Barat, sering terlihat dalam lukisan di rumah makan Padang, dan dikenal karena pemandangan alamnya yang menakjubkan di dekat Air Terjun Lembah Anai. Jembatan ini berlokasi di antara Stasiun Kandang A4 dan Padang Panjang.0
Sejarah dan Karakteristik: Nama Resmi: Jembatan Tinggi. Lokasi: Terletak di Lembah Anai, melintasi Sungai Batang Anai, di jalur utama antara Padang dan Bukittinggi. Konstruksi: Dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan selesai pada tahun 1892. Desain: Dirancang oleh Ontwerpert A. Kuntze, seluruh konstruksinya terbuat dari baja dengan bagian bawah berbentuk setengah lingkaran sebagai penampang. Status: Meskipun sudah tidak aktif sejak 2009, jembatan ini berstatus sebagai cagar budaya dan bahkan menjadi bagian dari warisan dunia UNESCO, menjadikannya landmark pariwisata yang eksotis. Tragedi dan Kondisi Saat Ini: Jembatan ini menyimpan kisah tragis ketika terjadi dua kecelakaan kereta api pada masa pendudukan Jepang tahun 1944 dan 1945 yang menelan ratusan korban jiwa akibat masalah pengereman dan putusnya jembatan. Saat ini, terdapat rencana untuk membongkar dua struktur jembatan kereta api di Lembah Anai untuk memperbaiki kerusakan akibat bencana alam, yang menimbulkan perdebatan mengenai perlindungan warisan sejarah dan mitigasi bencana (AI Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah jembatan kereta api Lembah Anai dan banjir bandang? Seperti disebut di atas, banjir bandang adalah satu hal, jembatan kereta api adalah hal lain lagi. Ini tentang riwayatnya tempo doeloe dan nasibnya kini. Lalu bagaimana sejarah jembatan kereta api Lembah Anai dan banjir bandang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Jembatan Kereta Api Lembah Anai dan Banjir Bandang; Riwayatnya Tempo Doeloe, Nasibnya Kini
Tunggu deskripsi lengkapnya
Riwayat Bandjir dan Jembatan Kereta Api Kini Tempo Doeloe: Bagaimana Kini?
Tunggu deskripsi
lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok. Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi menulis artikel sejarah di blog di waktu luang. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Buku-buku sejarah yang sudah dipublikasikan: Sejarah Mahasiswa di Indonesia: Generasi Pertama; Sejarah Pers di Indonesia: Awal Kebangkitan Bangsa; Sejarah Sepak Bola di Indonesia; Sejarah Pendidikan di Indonesia: Pionir Willem Iskander; Sejarah Bahasa Indonesia. Forthcoming: “Sejarah Catur di Indonesia”; “Sejarah Kongres Pemuda dan Sumpah Pemuda”; “Sejarah Diaspora Indonesia”. Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:
Posting Komentar