* Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini
Sejarah Indonesia dan sejarah kota-kota di Indonesia cenderung memisahkan peristiwa sejarah menjadi dua: era kolonial Belanda dan masa pendudukan Jepang. Padahal ada satu sepotong masa sejarah yang kerap terlupakan yakni pada masa transisi antara era kolonial Belanda dan masa pendudukan Jepang. Pada masa transisi ini kedudukan Madjelis Rakjat Indonesia (MRI) menjadi penting bagi Belanda. Dalam suasana ketakutan Belanda meminta bantuan kepada MRI di Jogjakarta, suatu bentuk organisasi yang sejak dari awal dimusuhinya. Belanda telah merendahkan dirinya.
Sejarah Indonesia dan sejarah kota-kota di Indonesia cenderung memisahkan peristiwa sejarah menjadi dua: era kolonial Belanda dan masa pendudukan Jepang. Padahal ada satu sepotong masa sejarah yang kerap terlupakan yakni pada masa transisi antara era kolonial Belanda dan masa pendudukan Jepang. Pada masa transisi ini kedudukan Madjelis Rakjat Indonesia (MRI) menjadi penting bagi Belanda. Dalam suasana ketakutan Belanda meminta bantuan kepada MRI di Jogjakarta, suatu bentuk organisasi yang sejak dari awal dimusuhinya. Belanda telah merendahkan dirinya.
Panama Maru, 1933 |
Bagaimana bisa Belanda merangkul
MRI? Itu semua karena ketakutan Belanda yang hanya menunggu waktu untuk invasi
ke Hindia Belanda. Ketakutan Belanda yang sesungguhnya adalah kehilangan Hindia
Belanda (baca: Indonesia) yang telah lebih dari tiga abad menjadi rumah bagi
mereka. Belanda berpikir hanya MRI yang mampu melawan Jepang untuk menjaga
kepentingan mereka. Lantas apakah Belanda berhasil merangkul MRI? Bagaimana
selanjutnya dan apa sikap kraton/Sultan Jogjakarta? Mari kita telusuri.