*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Air Bangis dalam blog ini Klik Disini
Air Bangis pernah mencapai puncaknya (akhir era VOC dan
awal Pemerintah Hindia Belanda), tetapi setelah itu meredup hingga tenggelam di
teluk Air Bangis. Pada era pendudukan militer Jepang, Air Bangis benar-benar
terlupakan. Pada awal era Pemerintah Republik Indonesia upaya untuk
membangkitkan ‘batang tarandam’ di Air Bangis tidak membawa banyak hasil. Dengan terbentuknya
kabupaten Pasaman Barat diharapkan ‘batang tarandam’ benar-benar dapat
terangkat. Namun penempatan posisi GPS ibu kota di Simpang Ampek membuat Air Bangis
secara spasial semakin terpencil di ranah sendiri (kabupaten Pasaman Barat). Pusat pemerintahan
dan pusat pertumbuhan bisnis di Simpang Ampek justru lebih memperkuat wilayah pinggiran kabupaten induk
(kabupaten Pasaman) dan wilayah pinggiran kabupaten tetangga (kabupaten Agam). Ibarat melempar kail (umpan) ke utara, jatuhnya ke selatan.
|
Pembangunan spasial di Pasaman Barat (Now) |
Namun tidak perlu
disesalkan atau dikhawatirkan garis nasib yang ada. Dunia telah berubah dan berubah sangat cepat. Setiap tempat dimanapun berada bergerak
menuju arah mana tidak lagi semata-mata ditentukan oleh pikiran penguasa
(pejabat pemerintah lokal). Kini setiap tempat dapat bergerak kemana arah jalan
yang sesuai baginya, Tangan-tangan yang tidak kelihatan (invisible hand) akan terus bekerja.
Spekturm dunia baru telah muncul, dunia digital generasi milenial. Pada situasi
dan kondisi baru inilah penduduk Air Bangis dapat merespon dengan baik.
Batas-batas admnistrasi tidak lagi begitu penting. Paradigna baru telah
mewabah, pembangunan lintas wilayah sudah menjadi suatu alternatif jika faktor
inheren tidak mendukung. Tangan-tangan yang tidak kelihatan (mekanisme pasar)
bekerja menurut ala milenial ‘lu jual, gua beli’. Kebijakan pemerintah kini
hanya menjadi faktor penunjang. Pada era VOC dan pada era Pemerintah Hindia Belanda konsep serupa ini yang dijalankan. Pengalaman itulah yang kala itu membuat Air Bangis menemukan puncak kemakmurannya.
Lantas bagaimana membangkitkan ‘batang tarandam’
yang telah menjadi Villes Mortes menjadikan Kota Air Bangis dan sekitar menjadi
daerah tujuan wisata? Hanya strategi wisata ini yang dapat diunggulkan (dalam
posisi keterpencilan) untuk mendorong aliran produk andalan ikan kering dan
udang. Revitalisasi wilayah perkebunan di kabupaten Pasaman Barat hanya faktor
sekunder bagi Air Bangis. Keunggulan komparatif dalam sektor wisata menjadi
jalan menuju kemakmuran (terangkatnya ‘batang tarandam’). Satu hal lagi, dalam
dunia tanpa batas (milenium) saat ini, Air Bangis tidak lagi terpencil, tetapi bagian dari
klaster yang ramai ketika kabupaten Pantai Barat Mandailing (Natal) benar-benar
terwujud. Hitung-hitung untuk menjalin kembali tali kasih yang sempat terputus (antara
Air Bangis dan Natal) karena penarikan batas yang kurang pas di era kolonial
Belanda. Pendulum waktu sedang mengarah ke situ.