Kamis, 30 Mei 2019

Sejarah Jakarta (49): Sejarah Matraman dan Presiden Barack Obama; Landhuis Weg di Land Matraman Kini Menjadi Jalan Tambak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini 

Nama Matraman cukup terkenal. Pada masa ini nama Matraman ditabalkan sebagai nama kecamatan di Jakarta Timur. Tempo doeloe di Kampong Matraman terdapat landhuis Matraman (lihat Peta 1825). Letak landhuis ini berada di sisi barat sungai Tjiliwong. Dari landhuis ini dihubungkan sebuah jalan dan jembatan di atas sungai Tjiliwong menuju jalan pos (Postweg) di pertemuan jalan Salemba dan jalan Matraman yang sekarang.

Landhuis Matraman (Peta 1904)
Di Jakarta tempo doeloe banyak ditemukan tanah-tanah partikelir (landerein). Keberadan tanah-tanah partikelir ini secara langsung di sekitar landhis telah memicu dan memacu pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang: pertanian, infrastruktur, transportasi,  ekonomi, sosial dan budaya serta lainnya. Itulah mengapa keberadaan tanah-tanah partikelir di Jakarta pada masa lampau penting dalam sejarah Kota Jakarta.

Jalan yang berada di sekitar landhuis yang disebut Landhuis laan setelah era NKRI diubah menjadi jalan Tambak (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-10-1950). Jalan Tambak ini mulai dari stasion Manggarai hingga persimpangan jalam Proklamasi.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja* Benteng (fort) Noordwijk, 1725

Apa menariknya landhuis Matraman? Itu satu hal. Tepat berada dilokasi dimana pernah berdiri landhuis ini didirikan sejumlah rumah. Salah satu rumah tersebut pernah menjadi tempat tinggal keluarga Barack Obama (yang pernah menjadi Presiden Amerika Serikat). Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa sejauh ini sejarah landhuis Matraman dan sekitar berlum terdokumentasikan dengan baik. Untuk itu mendokumentasikan sejarah Matraman secara baik dan benar perlu ditelusui kembali sumber-sumber tempo doeloe. Mari kita mula dari landhuis Matraman.

Landhuis Matraman

Keberadaan landhuis Matraman, paling tidak sudah dipetakan pada tahun 1825 (lihat Peta 1825). Pada peta tersebut landhuis Matraman telah terhubung ke landhuis Srtuiswijk di jalan pos (Postweg) Salemba melalui jalan dan jembatan di atas sungai Tjiliwong. Jembatan ini diduga masih sangat sederhana yang terbuat dari bambu. Landhuis ini juga terhubung dengan simpang di Kampung Pengangsaan, yang mana ke arah barat menuju jalan kuno (sejak era Padjadjaran) dan ke arah utara menuju Tjikini. Persimpangan ini kira-kira di Metropole yang sekarang.

Landhuis Matraman (Peta 1825)
Jalan kuno dalam hal ini adalah jalan sudah terbentuk sejak era Kerajaan Padjadjaran (dari Pakuan di hulu sungai Tjiliwong ke pelabuhan Soenda Kalapa di muara sungai Tjiliwong). Jalan kuno ini dari ibukota Pakuan melalui Kedong Badak, Tjilieboet, Bodjong Gede, Tjitajam, Depok, Pondok Tjina, Sringsing, Tandjong West, Pantjoran, Menteng, Tjikini, Noordwijk (stasion Juanda sekarang) terus ke pelabuhan Soenda Kelapa. Jalan kuno ini berada di sisi barat dan tidak pernah memotong sungai Tjiliwong. Jembatan Matraman dan jembatan Kwitang adalah dua jembatan terawal yang dibangun di atas sungai Tjiliwong.    

Kapan landhuis Matraman dibangun tidak diketahui secara pasti. Selain landhuis Struiswijk (kini menjadi Kampus UI Salemba), tetangga terdekat Landhuis Matraman (berdasarkan Peta 1825) adalah Landhuis Menteng. Landhuis-landhuis lainnya yang cukup jauh dari landhuis Matraman berada di Kampong Malajoe, Tjipinang, Grogol, Palmerah, Kebon Djeroek, Tjiassem (Pesanggrahan), Soekaboemi dan Pesing serta landhuis Japan (Pedjompongan), Landhuis Daalxigt (Tanah Abang), Landhuis Laanhof (Petamboeran) dan lainnya.

Di era VOC (sebelum tahun 1800) landhuis terkenal adalah landhuis yang berada di Land Paviljoen. Cornelis Chastelein membeli land ini dengan membangun kembali dengan mendirikan landhuis dan dua pabrik gula di sisi timur sungai Tjiliwong dekat fort Noordwijk. Landhuis ini kira-kira berada di jalan Pejambon yang sekarang. Pada tahun 1895 Cornelis Chastelein membeli lahan baru di Sringsing (kini Serengseng Sawah, Lenteng Agung) dan kemudian pada tahun 1704 Cornelis Chastelein membeli lahan baru di Depok. Pada tahu 1730 keluarga (anak dari) Cornelis Chastelein menjualnya. Land Pavilhoen ini dibeli oleh Justinus Vinck yang kemudian membangun landhuis di arah timur landhuis yang lama (kira-kira RSPAD yang sekarang). Dalam perkembangannya Justinus Vinck membangun pasar di dekatnya yang disebut Pasar Senen (juga disebenut Pasar Vincke). Land milik Justinus Vinck ini kemudian dibeli Gubernur Jenderal Jocob Mossel (1750-1761) dengan membangun estate yang mewah yang kemudian land ini dikenal sebagai Weltevreden. Estate di Weltevreden ini kemudian dibeli oleh Gubernur Jenderal Petrus Albertus van der Parra (1761-1775). Selanjutnya van der Parra juga diketahui telah membangun land di Tjimanggis.

Antara satu landhuis dengan landhuis lainnya sudah lama terbentuk atau dibentuk baru jalan penghubung yang menjadi cikal bakal jalan-jalan yang ada sekarang di Jakarta. Dalam hal ini, pemilik land yang berpusat di landhuis tidak hanya mengembangkan land yang dimilikinya tetapi telah memperkaya dan meningkatkan jaringan jalan dan membuka isolasi kampong-kampong lama. Kehadiran para pemilik land dan terbentuknya jalan-jalan baru juga memicu munculnya kampong-kampong baru di sekitar land.

Seperti disebut di atas tetangga terdekat landhuis Matraman adalah landhuis Menteng. Kedua landhuis ini dihubungkan oleh jalan yang bertemu di persimpangan jalan di Kampong Pegangsaan. Dari persimpangan ini ke barat menuju jalan kuno di sekitar Kampong Meteng Poelo yang sekarang; ke utara menuju Tjikini dan persimpangan antara Tjikini, Gondangdia dan Kwitang/Senen (kelak simpang ini disebut Prapatan). Dari simpang Menteng Poelo ke arah barat terdapat jalan menuju Landhuis Menteng (landhuis ini kira-kira dekat Pasar Rumput yang sekarang).

Pada tahun 1851 Raden Saleh, pelukis terkenal yang baru pulang dari Eropa membangun sebuah villa di Tjikini. Villa ini berada di jalan Tjikiniweg, jalan yang terhubung ke selatan ke Pengangsaan hingga ke land Matraman. Sejak berdirinya villa Raden Saleh in kampong Tjikini cepat berkembang. Di beberapa area lambat laun bermunculan bangunan orang-orang Eropa/Belanda. Jalan Tjikini yang menuju land Matraman juga semakin ramai.

Villa Raden Saleh ini dari Tjikiniweg melalui sebuah jalan ke dekat sungai Tjiliwong. Villa ini cukup mewah dengan lahan pekarangan yang luas. Villa ini kini kira-kira di area rumah sakit Cikini yang yang sekarang. Jalan yang dulu menuju villa ini kini disebut jalan Raden Saleh. Sisi sebelah barat dari pekarangan villa Raden Saleh ini kemudian menjadi taman botani yang juga kemudian dijadikan sebagai kebun binatang. Beberapa dasawarsa yang lalu kebun bintang Tjikini ini direlokasi ke Ragunan. Lahan eks kebon binatang ini menjadi taman, Taman Ismail Marzuki (TIM).   

Pada tahun 1870 selesai dibangun jalur kereta api dari stad (kota) Batavia hingga ke Meester Cornelis (Boekit Doeri). Pada jalur kereta api ini pada tahun 1873 dibangun halte/stasion kere apai di Pegangsaan (kira-kira di di seberang jalan Metropole yang sekarang). Stasion Pegangsaan ini dibangun karena lokasinya yang sangat strategis karena merupakan persimpangan jalan. Stasion Pegangsaan ini berada dekat dengan Land Matraman, Land Menteng dan Land Striswijk.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar