Kamis, 16 Januari 2020

Sejarah Bandung (45): Fakta Sejarah Radio Malabar, Diresmikan 5 Mei 1923; Misteri Kematian Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini

Di Bandung tempo doeloe terdapat stasion radio. Lokasi stasion radio berada di pegunungan Malabar. Stasion radio terkuat di dunia ini diresmikan oleh Gubernur Jenderal Dirk Fock pada tanggal 5 Mei 1923. Namun sebelum diresmikan, pada tanggal 1 Mei antena stasion radio disebutkan disambar petir. Oleh karenanya dalam peresmian tanggal lima tersebut, Gubernur Jenderal hanya bisa mengirim telegram kepada Ratu dan Menteri Koloni (lihat De Preanger-bode,  05-05-1923). Apakah telah terjadi sabotase? Beberapa bulan sebelum proyek diresmikan terbit peraturan pemerintah bahwa penerimaan pesan oleh radio-radio amatir dilarang dan akan dipidana.

Stasion Malabar, CJ de Groot dan monumen di Bandoeng
Orang penting di belakang maha karya stasion radio Malabar ini adalah Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot. Dalam pembangunan stasion radio ini, sang arsitek de Groot didukung habis oleh Gubernur Jenderal Dirk Fock. Tidak lama setelah berakhirnya jabatan Dirk Fock sebagai Gubernur Jenderal pada tahun 1826, Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot dikabarkan meninggal mendadak tanggal 1Agustus 1927. Kematian de Groot dianggap suatu misteri. Meski demikian, banyak pihak yang mengapresiasi Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot sebagai orang Belanda yang berhasil menghubungkan Belanda dan Hindia. Suatu komite telah dibentuk untuk penggalangan dana untuk membangun monumen di Bandoeng (lihat Haagsche courant, 29-12-1927).

Sejarah stasion Malabar tentu saja sudah banyak ditulis. Namun diantara tulisan-tulisan tersebut banyak keterangan yang berbeda dengan fakta dan informasi yang sebenarnya. Siapa sesungguhnya Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot kurang terinformasikan secara baik. Padahal maha karya stasion Malabar dan si jenius de Groot tidak terpisahkan satu sama lain. Sehubungan dengan itu, untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri (kembali) sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot

Untuk menghormati jasa Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot, sebuah monumen telah selesai dibangun di Tjitaroemplein, Bandoeng. Monumen ini diresmikan pada hari Senin, 27 Januari 1930 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 08-02-1930). Dalam peresmian dihadiri Gubernur West Java dan istri Gubernur Jenderal de Graeff serta wali kota Bandoeng Ir. JEA von Wolzogen Kuhr. Peresmian monumen ini seakan menyatakan nama Cornelis Johannes de Groot dihidupkan kembali dan masih ada di tengah-tengah warga Belanda di Hindia, khususnya warga Belanda di Bandoeng. Bangunan monumen ini setengah lingkaran berdiameter enam meter yang diapit dua patung manusia (memanggil dan mendengar) setinggi dua meter.

Het nieuws van den dag voor N-Indie, 08-02-1930
Tidak cukup hanya dengan sebuah bangunan monumen, nama Cornelis Johannes de Groot juga ditabalkan oleh pemerintah Gemeente Bandoeng semasa wali kota B Coops sebagai nama jalan Dr. de Grootweg (kini jalan Siliwangi, sekitar ITB). Nama de Groot dapat disetarakan dengan nama Pasteur. Cornelis Johannes de Groot adalah pahlawan Hindia Belanda van Bandoeng. Untuk sekadar catatan tambahan, Technische Hoogeschool (THS) te Bandoeng (sekolah tinggi teknik cikal bakal ITB) sudah sejak 1920 memulai perkuliahan pertama. Soekarno yang kelak menjadi Presiden RI diterima di THS Bandoeng 1921 (dan lulus 1926).  

Ir. Cornelis Johannes de Groot dari Eropa berangkat ke Hindia tahun 1908 untuk memulai karir baru. Keberangkatan de Groot setelah beberapa bulan sebelumnya menikah dengan Antonia Guhl. Cornelis Johannes de Groot di Hindia bekerja sebagai staf di departmen PTT di Bandoeng (semacam Pos dan Telekomunikasi).

Cornelis Johannes de Groot setelah lulus sekolah menengah (HBS) melanjutkan studi di Polytechnic School te Delft. Bidang yang dipih teknik mesin. Setelah meraih gelar insinyur teknik mesin di Delft, de Groot kembali studi dengan mengambil bidang yang berbeda yakni teknik listrik di Karlsruhe. De Groot berhasil meraih gelar kedua sebagai insinyur teknik listrik pada tahun 1906. Dengan berbekal dua beslit, de Groot mulai bekerja di General Electric Company di Berlin. Setelah delapan belas bulan di Berlin, de Groot banting stir untuk bekerja di Hindia (sebagai staf di departemen PTT/pos dan telokomunkasi). Jalan panjang menuju timur di Hindia inilah menjadi tangga pertama dalam karirnya kemudian yang dipadang sebagai orang hebat.

Ir. Cornelis Johannes de Groot awalnya bertugas di bidang telegraf, namun dalam perkembangannya digeser ke bidang radio. Sejak inilah perhatian de Groot soal radio. Cornelis Johannes de Groot mulai tekun soal radio amatir (tidak hanya terkait dengan sistem penerima, tetapi juga dengan percobaan penyiaran).

Ir. Cornelis Johannes de Groot mendapat penugasan untuk pembangunan instalasi stasion telegrafi nirkabel di Sabang. Proyek ini selesai pada tahun 1911. Ketika tiga stasion baru akan beroperasi pada tahun 1913, Ir. Cornelis Johannes de Groot terlibat aktif. Tiga stasion itu berada di Ambon, Timor dan di Sitoebondo. Di stasion Sitoebondo, de Groot mulai mengamati suatu pengujian penyiaran di daerah tropis dan melakukan pengumpulan data hampir setahun. Dengan memahami perilaku komukasi jarak pendek cuaca tropis, de Groot mulai menyusun teori komunikasi jarak jauh. Ir. Cornelis Johannes de Groot sendiri sudah berperilaku layaknya ilmuwan.

Setelah bekerja cukup lama untuk pemerintah (biasanya begitu), Ir. Cornelis Johannes de Groot diberi cuti selama dua tahun ke Eropa. Selama cuti di Eropa inilah de Groot melanjutkan studi doktoral dengan mengajukan proposal yang berkaitan dengan radio telegraf daerah tropis, Sementara itu van der Bilt, seorang pendukung kuat komunitas radio telegrafi radio, Eerste Kamer telah menyetujui rencana Van der Bilt untuk hubungan Belanda-India diselidiki lebih lanjut (lihat De Preanger-bode, 09-01-1914). Hukum alam telah mempertemukan dua orang Belanda beda generasi: Prof. CL van der Bilt dan Ir. Cornelis Johannes de Groot.

Disertasi CJ de Groot (1916)
Dengan bimbingan Prof. CL van der Bilt, pada tanggal 5 Juni 1916 Ir. Cornelis Johannes de Groot lulus Cum Laude dengan disertasi berjudul Radio Telegrafie in de Tropen. Tesis utama dalam disertasi de Groot terkait dengan probabilitas hubungan radio langsung antara Belanda dan Hindia. Inilah awal peluang de Groot untuk merealisasikan proyek stasion radio di Hindia yang telah digagas oleh van der Bilt. Ir. Cornelis Johannes de Groot seakan menjadi perpnajangan tangan Prof van der Bilit untuk memulai proyek radio telegrafi di Malabar.

Berita kelulusan Ir. Cornelis Johannes de Groot dalam program doktoral pada bidang radio telegraf menjadi menarik perhatian Menteri  Koloni. Dalam situasi perang, yang menyebabkan jalur komunikasi terganggu ke Hindia, sebagai pegawai pemerintah, Menteri Koloni menugaskan de Groot ke sejumlah negara untuk melakukan eksplorasi radio yang diperlukan untuk menghubungkan Belanda dan Hindia. Tantangan inilah yang diterima oleh Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot.

Rencana area stasion radio di pegunungan Malabar
Ir. Cornelis Johannes de Groot berangkat cuti ke Eropa/Belanda, kembali ke Bandoeng membawa gelar doktor dengan hasil-hasil studi eksplorasi ke berbagai negara terutama Jerman (Nauen) dan Amerika Serikat. Di Bandong, Ir. Cornelis Johannes de Groot kembali bekerja tetapi dengan pangkat yang lebih tinggi menjadi kepala layanan radio di PTT.

Sebagai kepala bidang radio di PTT, Ir. Cornelis Johannes de Groot terus memantau stasion-stasion telegraf nirkabel yang sudah dibangun terutama stasion di Sabang. Pada awal Februari 1917 dikabarkan (dapat) menerima sinyal dari Nauen. Berita dari Sabang ini membuat Ir. Cornelis Johannes de Groot tersenyum. Teorinya terbukti bahwa komunikasi jarak jauh hingga ke daerah tropis.

Boleh jadi Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot sejak mendapat laporan dari Sabang ini segera mulai meikirkan semuanya, mengaplikasikan teorinya dan melakukan survei lokasi yang ideal untuk dipilih di sekitar Bandoeng. Malabar adalah yang paling ideal.

Rencana diam-diam pemerintah soal nirkabel mulai bocor ke publik pada tahun 1918 (lihat De Preanger-bode, 25-10-1918). Disebutkan bahwa pemerintah belum mengizinkan pemberian keterangan ke publik terkait dengan nirkabel. Rencana stasion nirkabel itu diperkirakandi sebelah tenggara Bandoeng. Orang berharap pada kongres Insinyur tahun depan (1919) rencana Dr. De Groot dapat diumumkan.

De Preanger-bode, 25-10-1918
Juga disebutkan bahwa pemilihan lokasi di Malabar tidak semata-mata karena keuntungan geografis. Lokasi stasion radio dapat diletakkan dimana saja. Sebab di Hindia sendiri (konsulat) Jerman sendiri sudah memiliki stasion penerima/pemancar yang terhubung dengan Nauen. Pemilihan lokasi di Malabar di tempat yang terpencil hanya semata-mata untuk menghindar dari mata-mata (Jerman). Pada saat pembangunan stasion radio Malabar ini akan dijaga militer dan tidak diberikan akses kepada individu. Kita sekarang harus lebih efektif mengakui bahwa Bapak Da Groot telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dan kita hanya berharap pekerjaan ini akan dihargai oleh pemerintah.

Pembangunan Stasion Radio Malabar

Perang dunia pertama menjadi sebab munculnya gagasan besar untuk membangun stasion radio di Hindia. Ketika terjadi dan perang dan selama gencatan senjata, komunikasi telegraf antara Belanda dan Hindia terputus. Akibatnya perputaran perdagangan di Hindia yang mengandalkan pasar Eropa drastis menurun.

Fase pembangunan Malabar (De Telegraaf, 10-11-1921)
Secara fisik, proyek stasion radio Malabar bukanlah proyek raksasa, tetapi rencana pembangunan stasion radio Malabar adalah gagasan besar. Sebagai gagasan besar, yang akan mengatasi kebuntuan komunikasi antara Belanda dan Hindia, proyek ini menjadi pembicaraan hangat di Belanda maupun di Hindia. Semua orang membicarakannya. Lebih-lebih proyek ini mendapat dukungan penuh dari Ratu dan Menteri Koloni di Belanda.   

Pembangunan stasion radio akhirnya di Hindia dimulai. Seperti bocoran sebelumnya, lokasi dimana stasion radio ini diletakkan adalah di pegunungan Malabar. Area ini cukup dekat dari kantor pusat PTT di Bandoeng, tetapi sangat sulit diakses oleh pihak asing. Pada tahun 1921 penampakan (foto) proyek stasion radio Malabar sudah terlihat bentuknya (lihat De Telegraaf, 10-11-1921). Stasion sejenis Malabar ini sudah ada sebelumnya di Cuvite (Filipina) dan Honolulu (Amerika Serikat).  

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

1 komentar: