*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada sejarah Sukasari, Bogor? Ada, tetapi tidak terlalu kuno dan juga tidak baru-baru amat. Sebelum ada Soekasari, area tersebut lebih dikenal sebagai Bantar Petee (kini lebih dikenal Bantar Peuteuy). Luas area land Soekasari ini tempo doeloe hanya secuil antara sungai Tjiliwong di utara dan jalan besar di sisi barat. Uniknya, land Soekasari ini berada diantara land Bloeboer milik pemerintah. Ibarat negara Brunai di Serawak (Kalimantan).
Apakah ada sejarah Sukasari, Bogor? Ada, tetapi tidak terlalu kuno dan juga tidak baru-baru amat. Sebelum ada Soekasari, area tersebut lebih dikenal sebagai Bantar Petee (kini lebih dikenal Bantar Peuteuy). Luas area land Soekasari ini tempo doeloe hanya secuil antara sungai Tjiliwong di utara dan jalan besar di sisi barat. Uniknya, land Soekasari ini berada diantara land Bloeboer milik pemerintah. Ibarat negara Brunai di Serawak (Kalimantan).
Land Soekasari doeloe (Peta 1900) dan Kelurahan Sukasari (Now) |
Luas area
Soekasari ini sejak tempo doeloe tidak berubah-ubah. Luas kelurahan Sukasari,
kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor yang sekarang persis sama dengan luas land
Soekasari tempo doeloe. Namun demikian, sejarah Sukasari memiliki sejarahnya
sendiri. Serupa apa? Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempoe doeloe.
Kelurahan Sukasari, Bogor Timur (Now) |
Land Bantar
Petee di Buitenzorg
Batas wilayah
sesungguhnya sulit berubah (bersifat tetap karena menjadi lampiran suatu beslit
atau staatsblad). Sejak dibentuk Pemerintah Hindia Belanda batas-batas wilayah
administrasi wilayah sudah diukur dan diuji. Pemerintah membuat peta, yang
diukur selalu melibatkan berbagai keahlian (seperti ahli bahasa, geografi
sosial dan zeni). Namun tidak jarang setelah dipetakan terjadi kisruh yang masing-masing
pemilik hak ulayat yang berbatasan saling mengklaim yang adakalnya terjadi
perang (seperti antara district Tikoe dan district Kinali di Pantai Barat
Sumatra pada tahun 1850an). Sesuai kesepakatan baru yang dimediasi pemerintah
batas-batas pemetaan direvisi. Peta-peta yang telah teruji inilah yang
digunakan hingga ini hari di Indonesia, termasuk di Bogor.
Pemetaan wilayah di hulu sungai Tjiliwong
telah dilakukan pada tahun 1690 yang dipimpin oleh Captein Adolf Winkler.
Pemetaan tersebut dibuat pada satuan unit terkecil plot (kini block). Plot-plot
ini kemudian ditetapkan nilai verpondingnya (tidak hanya berdasarkan luas,
tetapi juga tingkat kesuburan dan banyaknya populasi).
Pemerintah VOC
membuat kebijakan tanah partikelir (land) dan kemudian pemerintah menawarkan ke
publik dalam bentuk satuan wilayah tertentu yang disebut land(goed) yang mana satu
land hanya terdiri dari satu plot atau beberapa plot. Land Bantar Petee luasnya
satu plot. Land Bantar Petee ini kemudian disebut Land Soekasari.
Nama Soekasari baru muncul pada era
Pemerintah Hindia Belanda. Pada era VOC ketika tim ekspedisi pertama tahun 1687
ke hulu sungai Tjiliwong yang dipimpin Luitenant Patingi dan Sergeant Scipio
area di titik singgung terdekat antara sungai Tjiliwong dan sungai Tjisadane
tidak berpenghuni (di duga kosong sejak keruntuhan kerajaan
Pakwan-Pandjadjaran). Setelah ekspedisi di era VOC tersebut baru muncul nama
kampong Bantar Petee yang kemudian diukur tahun 1690 sebagai satu plot. Kapan
kampong Banter Petee dijadikan lahan dengan status land diduga setelah van
Imhoff membangun villa pada tahun 1745. Area sekitar villa ini kemudian disebut
Buitenzorg. Villa ini kini letaknya tepat di Istana Bogor yang sekarang.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Gubenur
Jenderal Daendels dan Kota Buitenzorg: Land Bantar Petee Menjadi Soekasari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar