Senin, 23 November 2020

Sejarah Riau (12): Sejarah Akhir Kolonial Belanda, Awal Pendudukan Militer Jepang; Sejarah Kehadiran Orang Tapanuli di Riau

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini

Pemerintahan di Riau lebih dahulu eksis jika dibandingkan pemerintahan di Tapanoeli. Pemerintahan di Riau sudah dimulai sejak 1823, sedangkan di Tapanoeli baru dimulai pada tahun 1840. Lalu dari Riau dan Tapanoeli pemerintahan di pantai timur Sumatra pemerintahan diperluas. Dalam hal ini, pemerintahan di pantai timur Sumatra tumbuh setelah pemerintahan di Riau dan Tapanoeli berkembang.

Seperti di berbagai tempat, terutama di (pulau) Jawa, urutan prioritas pemerintah (baca: era Pemerintah Hindia Belanda) dalam pembangunan wilayah (baca: daerah) dimulai dari pengembangan ekonomi perdagangan yang diiringi dengan pembangunan infrastruktur (pelabuhan, jalan dan jembatan). Setelah itu pengembangan sosial, terutama dalam hal bidang kesehatan dan pendidikan. Namun dampak pembangunan wilayah, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan, penduduk di West Sumatra dan Tapanoeli meresponnya dengan baik. Hal itulah yang menyebabkan guru dan dokter surplus di dua wilayah tersebut. Surplus itu kemudian mengalir (baca: diarahkan pemerintah): dari West Sumatra ke Siak, Jambi dan Bengkoelen; dari Tapanoeli ke Riau, Oost Sumatra dan Atjeh. Hal itulah yang menyebabkan kehadiran orang Tapanoeli di Riau sejak era kolonial Belanda. Adanya jalur pendek (Padang Lawas, Rokan dan Bengkalis) menyebakan akses Tapanuli dan Riau semakin intens.

Kehadiran orang Tapanuli di Riau adalah satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah bagaimana akhir era kolonial Belanda di Riau dan awal pendudukan militer Jepang di Riau? Yang jelas pembangunan di pantai timur Sumatra (terutama di Sumatra Timur) sudah jauh lebih maju dibandingkan di Sumatra Barat, Tapanoeli dan Riau. Lantas bagaimana situasi dan kondisi di Riau pada akhir era kolonial Belanda dan pada awal pendudukan militer Jepang di Riau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Akhir Belanda, Awal Jepang

Tunggu deskripsi lengkapnya

Era Republik Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar