Jumat, 16 April 2021

Sejarah Filipina (3): Asal Usul Kota Manila dan Raja Sulayman; Sejarah Awal Ibu Kota Jakarta dan Ibu Kota Baru, Kuala Lumpur

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini 

Kota Manila kini dikenal sebagai ibu kota negara Filipina. Kota Manila salah satu kota besar di Asia Tenggara. Kota besar lainnya adalah Kota Jakarta (ibu kota Indonesia) dan Kota Kuala Lumpur (ibu kota Malaysia). Tiga kota besar ini berawal dari kampong kecil di masa lampau. Kota Manila dan Kota Jakarta sama-sama berada di suatu teluk. Kota Manila di teluk Manila di pulau Luzon (di mauara sungai Pasig) dan Kota Jakarta di teluk Jakarta di pulau Jawa (di muara sungai Tjiliwong). Kota Manila dan Kota Jakarta dapat dikatakan kota tua, sedangkan Kota Kualalumpur sebagai kota muda. Kota  Kuala Lumpur di Semenanjung Malaya tidak berada di pantai tetapi di pedalaman di hulu sungai Kelang.

Ibu kota Filipina sebelumnya berada di Kota Quezon. Sejak Manila menjadi ibu kota Filipina, kota berkembang pesat menjadi suatu daerah metropolitan dengan penduduk lebih dari 10 juta jiwa. Disebutkan, awal Kota Manila adalah sebuah pemukiman muslim di muara sungai Pasig di teluk Manila. Pada pertengahan abad ke-16, kawasan sekitar Manila diperintah oleh tiga raja yaitu: Raja Sulayman dan Raja Matanda di komunitas selatan sungai Pasig dan Raja Lakandula di utara. Mereka juga mengadakan hubungan perdagangan dengan Kesultanan Brunei, Sulu, dan Ternate di Cavite. Pada tahun 1570, ekspedisi Spanyol di bawah pimpinan Miguel López de Legazpi membentuk koloni di Manila setelah menyerang orang-orang Tagalog muslim dan kemudian membangun benteng kota. Pada tanggal 10 Juni 1574, Raja Phillip II dari Spanyol memberi gelar Insigne y Siempre Leal Ciudad pada Manila. Nama Filipina merujuk pada nama Raja Phillip II. Di bawah kekuasaan Spanyol, Manila dijadikan sebagai ibu kota Filipina pada 1595.

Lantas bagaimana sejarah asal usul kota Manila? Seperti disebut di atas, sebelum kehadiran Spanyol, wilayah teluk ini terdapat tiga raja, salah satunya Radja Sulayman. Lalu siapa Radja Sulayman? Ada tulisan yang menyebut Radja Sulayman berasal dari Sumatra. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kota Manila dan Radja Sulayman: Kini Ibu Kota Filipina

Asal usul nama Manila, pada masa kini, dihubungkan dengan terminologi Maynila atau Maynilad (meaning ‘where nilad is found’). Ada juga yang menghubungkan nama Manila yang dalam bahasa Tagalog, nilád atau nilár mengacu pada pohon seperti semak (Scyphiphora hydrophyllacea) yang tumbuh di atau dekat rawa bakau. Tentu saja itu semua kekanak-kanakan. Faktanya tempo doeloe sejak (kampong) Manila ditemukan pelaut-pelaut Spanyol, banyak nama geografis dengan awalan Ma (seperti Malaka, Makao, Manado, Mangindanao, Maluku). Selain Manila dan Mangindanao, nama geografis di Filipina tempo doeloe banyak yang berawalan Ma. Boleh jadi Manila di dalam bahasa setempat dieja sebagai Maynila, lalu apakah awalan Ma ditempat lain dieja serupa itu?

Sementara itu, ada juga yang menulis sejarah kampong (kota) Manila bermula saat pelaut Spanyol Miguel López de Legazpi tiba di Manila pada tanggal 24 Juni 1571 yang mengambil keuntungan dari konflik wilayah Tondo versus Manila untuk membenarkan pengusiran atau pemindahan penjajah Muslim Brunei yang mendukung pengikut Manila. Sementara cucu Miguel dari Meksiko Juan de Salcedo menikah dengan seorang putri Tondo, López de Legazpi memerintahkan agar bangsawan lokal dieksekusi atau diasingkan setelah kegagalan Konspirasi Maharlikas, sebuah plot di mana aliansi antara datus, raja, pedagang Jepang dan Kesultanan Brunei akan bersatu untuk mengeksekusi orang Spanyol, bersama dengan Amerika Latin mereka. rekrutan dan sekutu Visayan. Orang Spanyol yang menang menjadikan Manila, ibu kota Hindia Timur Spanyol. Pada tahun 1574 Manila dikepung oleh bajak laut Cina Lim Hong, yang akhirnya digagalkan oleh penduduk setempat. Setelah pemukiman Spanyol, Manila segera dibangun yang menjadi bagian Keuskupan Agung Meksiko. Dalam hal ini, mengapa disebut Brunai yang Islam penjajah (bukan Spanyol sebagai penjajah!). Lalu siapa yang menyebarkan agama Islam di Manila, apakah Brunai? Lalu apakah Radja Sulayman berasal datri Brunai? Semua itu terkesan tidak berdasar. Padahal, sejarah sendiri adalah narasi fakta dan data.

Okelah, itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah bagaimana sejarah awal yang sesungguhnya kota Manila? Seperti disebut di atas, sejarah sendiri adalah narasi fakta dan data, maka sejarah awal kota Manila seharusnya didasarkan pada fakta dan data. Keberadaan kota Manila yang sekarang, paling tidak dapat diamati dari hasil lukisan Johannes Vingboons tahun 1665.

Dalam lukisan, kota Manila yang dibuat Johannes Vingboons hanya (masih) wujud suatu koloni (Spanyol) berupa benteng (fort) dengan empat bastion pada masing-masing sudut. Kota benteng ini berada di huk sungai Papangan (kini sungai Pasig) dan laut (teluk Manila). Di Dalam benteng kota ini terdapat sejumlah bangunan yang didiami oleh orang-orang Spanyol. Di sebelah utara di seberang sungai terdapat sejumlah rumah yang terpencar-pencar dan terdapat satu banguan besar sebagai gereja. Demikian juga di ssebalah utara sepanjang pantai terdapat sejumlah rumah dan juga terdapat banguna besar sebagai gereja. Di sebelah timur di belakang benteng juga terdapat beberapa rumah. Kota benteng Manila di sisi luarnya terdapat perkampongan. Pada bagian lain teluk di suatu tanjung juga terdapat kota benteng (Fort Cavila). Di bagian dalam (sebelah selatan) kota benteng Cavila ini juga terdapat perkapongan dengan bangunan besar berupa gereja. Kota benteng Cavila tampaknya pelabuhan perdagangan. Kota Cavila ini kini disebut Kota Cavite.

Pada tahun yang sama Johannes Vingboons juga melukis kota (kerajaan) Gowa di ujung selatan pulau Celebes. Kota Gowa ini sangat besar. Kraton Gowa berada di suatu pagar yang mengindikasikan bahwa lingkungan kraton ini dibatasi benteng. Di sebelah utara dan di sebelah selatan terdapat bangunan yang padat dan di beberapa titik terdapat pelabuhan yang mengindikasikan pos-pos perdagangan dari pedagang asing (Eropa). Pada saat lukisan itu dibuat, kota Gowa berada di bawah Sultan Hasanoeddin. Sebagaimana diketahui, pada tahun 1667 kesultanan Gowa ini berperang dengan Belanda (VOC) di bawah komando Admiral Spelman.

Johannes Vingboons juga membuat peta (wilayah) Filipina. Dalam peta ini Johannes Vingboons menandai peta navigasi pelayaran yang di dalam rute yang dilaluinya ditandai dengan kedalaman laut. Peta navigasi pelayaran ini diduga kuat rute normal yang untuk mencapai kota Manila dari arah selatan (Hindia Timur Belanda) di Manado. Seabagimana diketahui sejak 1659 pelabuhan Manado telah dikuasai VOC (Belanda) yang berpusat di Ternate. Pada tahun 1661 di Manado sudah ditempatkan seorang pejabat VOC (setingkat Residen). Pada tahun 1665 di Manado mulai dibangun benteng VOC (Fort Amsterdam). Rute navigasi pelayaran yang dibuat Johannes Vingboons melalui sisi timur pulau Tandaya (kini Pulau Samar) lalu melalui selat antara pulau Masbatta dan bagian selatan pulau Luzon terus ke sisi utara pulau Mindori (selat antara pulau Mindorro dan pulau Luzon) dan lalu memasuki teluk Manila. Kedalaman laut di pintu masuk teluk (sekitar pulau Marivelle) 25 meter.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Awal Ibu Kota Jakarta dan Ibu Kota Kuala Lumpur

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar