Senin, 10 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (347): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Orang Indonesia Terkenal Akhir Era Belanda; Pro dan Kontra

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, untuk melihat orang Indonesia di dalam pemerintahan dapat dibaca pada buku (Regering) Almanak yang diterbitkan setiap tahun. Namun nama-nama yang terdapat dalam buku itu tidak mewakili seluruh orang terkenal Indonesia. Sebaliknya pada era Pemerintah Pendudukan Jepang tidak membuat buku Almanak. Namun ada buku yang dibuat dengan judul ‘Orang Indonesia jang terkemoeka di Djawa’ yang diterbitkan Gunseikanbu, 1944 (baru terbatas di Jawa). Oleh karena itu tidak diketahui orang tekemuka yang lain terutama di luar Jawa (yang di Jawa juga tidak semua mengembalikan formulir dalam pembuatan buku itu).

Daftar orang Indonesia terkenal pada masa ini jelas tidak dibuat dalam satu seperti pada era Hindia Belanda maupun era Pendudukan Jepang. Pada masa ini nama-nama orang terkenal Indonesia terdapat di berbagai sumber. Salah satu sumber yang dengan mudah diakses adalah laman yang terdapat di Wikipedia dengan entri-entri seperti ‘Daftar-Daftar Tokoh Indonesia’ termasuk di dalamnya ‘Daftar Tokoh Indonesia Menurut Etnis’. Daftar-daftar sejenis sangat banyak sehingga pada masa ini tidak sulit mendapatkan untuk mengetahui orang terkenal Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah Orang Indonesia Terkenal pada Akhir Era Belanda? Seperti disebut di atas, sumber dapat dilihat pada buku Almanak pada era Hindia Belanda dan buku Orang Indonesia jang terkemoeka di Djawa pada era pendudukan militer Jepang. Namun tentu itu tidak cukup. Untuk memenuhi kecukupannya diperlukan membaca surat kabar sejaman. Lalu siapa saja Orang Indonesia Terkenal pada Akhir Era Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Orang Indonesia Terkenal Akhir Era Belanda

Pada artikel sebelum ini, nama-nama orang Indonesia terkenal sudah dapat didaftarkan sejak tahun 1900. Jumlahnya dari waktu ke waktu semakin banyak. Yang dimaksud orang Indonesia terkenal adalah nama-nama yang kerap disebut di dalam berbagai media seperti surat kabar dan majalah. Orang-orang Indonesia terkenal itu berasal daro bebagai bidang profesi termasuk dari jalur tingkat mahasiswa hingga sarjana pada berbagai level kontribusinya pada bidang pembangunan dan pengembangan bangsa dan pergerakan politik dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.

Orang-orang Indonesia terkenal tersebut ada yang bekerja di pemerintahaan, swasta dan kemasyarakatan termasuk para pemimpin lokal di level yang paling rendah kepala distrik atau demang. Di antara orang-orang Indonesia terkenal itu sebagian sangat cooperative dengan Pemerintah Hindia Belanda dan sebagian menjaga jarak dan sebagian yang lainnya non-cooperative. Perbedaan itu lebih ditentukan oleh karena fungsinya di dalam masyarakat dan orientasi politik. Ada yang secara politik berorientasi keagamaan, nasionalis dan kedaerahan dan sebagainya,

Seperti disebut di atas nama-nama orang Indonesia terkenal ini juga dapat dibaca pada buku (Regering) Almanak yang diterbitkan setiap tahun oleh Pemeritah Hindia Belanda dan juga pada buku yang dibuat pada era pendudukan militer Jepang pada tahun 1944 berjudul ‘Orang Indonesia jang terkemoeka di Djawa’. Kombinasi dua sumber tersebut ditambah dengan sumber surat kabar dan majalah sejaman dapat diringkas siapa-siapa saja orang Indonesia terkenal dari generasi ke generasi. Dari berbagai kelompok/golongan tersebut salah satu golongan yang dapat dibedakan sebagai orang-orang Indonesia yang pernah menjadi anggota legislatif apakah dewan daerah (gemeenteraad) maupun dewan pusat Volksraad.

Volksraad dibentuk pada tahun 1918. Keanggotaannya bermula dari penunjukkan pemerintah yang terdiri dari golongan Belanda, Asia (termasuk Arab dan Cina) dan pribumi. Mereka terutama para orang yang bekerja di pemerintahan dan pemimpin lokal serta orang-orang profesional yang bekerja di bidang swasta dan kemasyarakatan dianggap cooperative. Dalam perkembangannya sesuai tekanan masyarakat, kandidat yang independen bahkan yang noo-cooperative memiliki peluang menjadi anggota Volksraad melalui pemilihan yang terbagi pada sejumlah dapil. Pada peioder Volksraad 1927-1931 jumlah dapil telah bertambah dimana Sumatra dari satu dapil menjadi empat yang masing-masing satu kursi. Di Jawa terdapat tiga dapil (West, Midden dan Oost). Dapil lainnya adalah Borneo, Sulawesi, Maluku dan Soenda Ketjil. Tiga dapil di Jawa jumlah kursi yang diperebutkan 11 kursi dan satu dapil Sulawesi terdiri dua slot kursi di Volksraad. Selain melalui pemilihan dewan, juga ada pengangkatan langsung dari pemerintah dari berbagai golongan seperti pemerintahan dalam negeri, bidang pendidikan, keagamaan dan bidang lainnya. Anggota Volkraad yang terkenal antara lain Abdoel Moeis, Dr Tjiptomangoenkoesoemo, MH Thamrin dan Dwisedjo serta Soekardjo. Satu tokoh Volksraad yang terbilang fenomenal yang cukup vokal dan menjadi anggota Volksraad selama empat periode sejak 1927 hingga berakhirnya era Pemerintah Hindia Belanda adalah Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soeangkoepon dari dapil (province Oost Sumatra). Reorganisasi dewan pusat sejak 1927 dengan adanya pemilihan maka individu yang secara independen dapat bertahan di Volksraad tanpa berani disentuh oleh pejabat Pemerintah Hindia Belanda. Mangaradja Soeangkoepon tanpa pandang bulu mengkritik siapa apakah pejabat Belanda atau pejabat pribum dalam hubungannya dengan pembangunan di segala bidang. Nama-nama anggota Volksraad dari periode ke periode sejak 1927 dapat dilihat lampiran.

Anggota dewan daerah (gemeente atau gewest) juga prominent, karena tidak hanya menjadi lokus para tokoh di daerah, juga anggota dewan daerah terutama anggota gemeenteraad banyak yang mencapai karis hingga menjadi anggota dewan pusat seperti Managaradja Soeangkoepon. Anggota dewan daerah juga baanyak yang vokal sebagaimana di dewan daerah seperti gemeenteraad juga komposisibnya terdiri dari Belanda, Timur Asing termasuk Cina dan Arab serta pribumi. Untuk sekadar diketahui anggoat dewan Volksraad adalah gaji tertinggi yang dapat dicapai oleh orang pribumi.

Selain pemimpin lokal, seperti raja-raja, dan kepala-kepala district, orang Indonesia terkenal juga muncul di partai-partai atau organisasi kemasyarakatan. Khusus orang-orang Indonesia terkenal dari partai-partai selama era Pemerintah Hindia Belanda yang berjuang di luar pemerintahan, pada era pedudukan Jepang dan era kemerdekaan Indonesia sebagian besar mendapat tempat di pemerintahan (sebaliknya orang Indonesia terkenal yang cooperative seakan tersingkirkan). Ibarat perubahan rezim siapa yang menjadi tuannya. Satu golongan lainnya orang terkenal Indonesia yang terbilang vokal dan bekerja di luar pemerintah, tetapi tidak di partai adalah para jurnalis atau para pemilik media. Golongan jurnalis pada generasi pertama adalah Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda di Padang, Hasan Nasution gelar Mangaradja Salamboewe di Medan dan Tirto Adhi Soerjo di Batavia. Kemudian pada generasi berikutnya adalah Hadji Agoes Salim, Parada Harahap, Mohamad Thabrani dan Abdoel Moesis serta WR Soepratman. Tentu saja ke dalam barisan ini dapat ditambahkan golongan yang berkecimpung di dunia sastra dan budaya seperti Sanoesi Pane, Armijn Pane, Perbatjaraka dan Soetan Takdir Alisjahbana.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang Indonesia Terkenal Akhir Era Belanda: Pro dan Kontra

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar