Rabu, 02 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (392): Pahlawan Indonesia Sutan Muhammad Zain, Guru Bahasa; Bahasa Melayu – Bahasa Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam pergeseran lingua franca dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia tidak sedikit peran Soetan Mohamad Zain. Sejarah bahasa Melayu sudah sejak kuno (lihat prasasti Kedukan Bukit 682 M). Namun sejarah bahasa Indonesia masih terbilang baru. Perubahan nama (Melayu menjadi Indonesia) terjadi pada Kongres Pemuda 1928 di Batavia. Tentu saja saat diadakan kongres ini, Soetan Mohamad Zain sudah cukup dikenal.

Prof. Sutan Muhammad Zain (lahir di Sungai Pasak, Padang Pariaman, Westkust van Sumatra, Hindia Belanda, 1886 – meninggal di Tokyo, Jepang, 6 April 1962 pada umur 76 tahun) adalah seorang pakar bahasa terkemuka di Indonesia. Dia menyusun gramatika Bahasa Melayu, yang menjadi pendahulu dan dasar-dasar gramatika Bahasa Indonesia. Sejak tahun 1911, Prof. Sutan Muhammad Zain telah menjadi guru Bahasa Melayu di Prince Hendrik School, Batavia. Pada tahun 1923, Zain mendapat beasiswa untuk belajar di Rijksuniversiteit Leiden Belanda, sampai akhirnya menjadi pribumi Indonesia pertama yang memiliki ijazah tertinggi dalam penguasaan Bahasa Melayu serta diakui di kalangan ilmiah. Selain giat mengembangkan Bahasa Indonesia, Zain juga aktif sebagai aktivis pergerakan. Ia menjadi ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) (1914-1922), anggota Gemeente Raad (1920-1922), dan anggota Volksraad. Pada zaman Jepang, untuk pertama kalinya Zain menyusun gramatika Bahasa Melayu, yang menjadi pendahulu dan dasar-dasar gramatika Bahasa Indonesia. Dalam bukunya "Djalan Bahasa Indonesia", untuk pertama kalinya dikenal apa yang kini disebut sebagai kata benda, kata kerja, kata sandang dan seterusnya. Salah satu karya monumental lainnya adalah sebuah kamus yang cetakan pertamanya dilakukan pada tahun 1951 yaitu "Kamus Modern Bahasa Indonesia", yang kemudian dikembangkan oleh Jusuf Sjarif Badudu menjadi "Kamus Lengkap Badudu-Zain" yang diterbitkan tahun 1992. Prof. Zain wafat setelah mengalami stroke dalam perjalanan pesawat udara dari Amerika Serikat menuju Tokyo, Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Sutan Moehamad Zain? Seperti disebut di atas, Soetan Mohamad Zain sudah menjadi guru pada masa Kongres Pemuda 1928. Soetan Mohamad Zain sendiri lulus sekolah guru (kweekschoo) pada tahun 1906. Lalu bagaimana sejarah Soetan Mohamad Zain? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia Sutan Muhammad Zain: Guru Ahli Bahasa Melayu

Soetan Mohamad Zain lahir di Pariaman tahun 1887. Lulus sekolah Standaardschool tahun 1901. Lalu kemudian melanjutkan studi di sekolah guru (kweekschool) dan lulus tahun 1906. Soetan Mohamad Zain menjadi guru di Standaardschool di Manindjai pada tahun 1907. Dalam perkembangannya Soetan Mohamad Zain diangkat sebagai guru di Kweekschool/Normaalschool di Makassar sebelum ditempatkan di Hoofdenschool di Bandoeng.

Pada tahun kelahiran Soetan Mohamad Zain (1887) Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan lulus sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean. Soetan Casajangan menjadi guru di sekolah Simapil-apil. Pada tahun 1903 Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda diminta oleh Dr Fokker di Belanda untuk membantunya menerbitkan majalah dwimngguan berbahasa Melayu di Belanda, Bintang Hindia. Lalu Dja Endar Moeda dari Padang membawa dua guru ke Belanda, yakni Soetan Casajangan (guru di Padang Sidempoean) dan Djamaloeddin Rasad. Dja Endar Moeda lulusan Kweekschool Padang Sidempoean 1884, setelah pensiun guru dan pulang dari Mekkah menetap di Padang dengan membuka sekolah swasta sejak 1895. Padang tahun 1897 ditunjuk sebagai redaktur surat kabar Pertja Barat. Pada tahun 1900 Dja Endar Moeda mengakuisisi surat kabar tersebut beserta percetakannya. Pada tahun ini Dja Endar Moeda menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu Tapian Na Oeli. Sehubungan dengan organisasi kebangsaan yang didirikan Dja Endar Moeda pada tahun 1900 ini (Medan Perdamaian) diterbitkan majalah dwiminggun yang diberi nama Insulinde. Untuk memperkuat jajaran redaksi Insulinde, Dja Endar Moeda mengajak guru baru lulusan kweekschool Fort de Kock (yang ditempatkan di Soeliki) Djamaloedin Rasad untuk bergabung. Pada tahun 1905 melanjutkan studi di Belanda. Pada tahun 1908 ketika jumlah mahasiswa pribumi sekitar 20an orang, Soetan Casajangan mendirikan organisasi mahasiswa Indische Vereeniging (dimana pada tahun ini di Batavia telah didirikan organisasi kebangsaan Boedi Oetomo oleh R Soetomo dkk). Pada tahun 1909 Soetan Casajangan lulus ujian acta guru LO. Soetan Casajangan juga mengajar di Rottrrdamsche Handelsschool dan mengajar kursus bahasa Melayu untuk orang-orang muda di Den Haag. Lalu pada tahun 1911 Soetan Casajangan lulus ujian acta guru MO (sarjana pendidikan). Selama studi di Belanda, Soetan Casajangan membantu Prof Charles Adrian van Ophuijsen sebagai asisten dosen bahasa Melayu di Universiteit Leiden. Prof Charles Adrian van Ophuijsen adalah guru Soetan Casajangan di Kweekschool Padang Sidempoean. Prof Charles Adrian van Ophuijsen guru di Kweekschool Padang Sidempoean (1881-1890) dimana lima tahun terakhir menjadi direktur. Pada tahun 1911 ini di Belanda sekitar 40 orang pribumi yang studi.

Pada tahun 1911 Soetan Mohamad Zain diketahui masih guru di sekolah kepala Hoofdenschool (OSVIA) Bandoeng. Untuk mengggantikan Soetan Casajangan (ayang akan pulang ke tanah air) sebagai asisten dosen bahasa Melayu di Universitas Leiden, Prof van Ophuijsen meminta direktur O en E. Mr. Dr. Koster agar Soetan Mohamad Zain di Hoofdenschool untuk dikirim ke Belanda. Permintaan itu tampaknya dipenuhi (lihat De locomotief, 24-10-1911).   

Tidak terinformasikan apakah pengiriman Soetan Mohamad Zain terlaksana atau tidak. Yang jelas pada tahun 1913 Soetan Casajangan kembali ke tanah air. Soetan Casajangan kemudian diangkat sebagai direktur Hoofdenschool (kweekschool) Fort de Kock. Djamaloeddin Rasad teman sekeberangkatan Soetan Casajangan tahun 1903 sudah beberapa waktu sebelumnya pulang ke tanah air dan menjadi pengawas pertanian di Residentie Padangsch Bovenlanden (lihat De nieuwe vorstenlanden, 31-10-1911). Oleh karena hanya Soetan Casajangan dan Djamaloeddin Rasad yang berlatar belakang guru di Belanda, maka diperlukan guru baru untuk diangkat sebagai asisten dosen bahasa Melayu di Leiden. Zainoeddin Rasad (adik Djamaloeddin Rasad) yang studi pertanian di Wageningen tidak berlatar guru. Kemungkinan besar Soetan Mohamad Zain tidak berangkat ke Belanda. Pada bulan September Soetan Mohamad Zain berangkat (sendiri) ke kampong dan pada akhir tahun kembali ke Jawa yang di dalam manifes kapal beserta istri. Biasanya para pemuda yang berangkat ke Belanda masih lajang.

Soetan Mohamad Zain pada tahun 1913, dalam pertemuan Boedi Oetomo cabang Bandoeng ditunjuk sebagai ketua komisi pendidikan (lihat De expres, 24-02-1913). Disebutkan dalam pertemuan Boedi Oetomo afdeeeling Bandoeng, sebagai ketua komisi pendidikan, Soetan Mohamad Zaind, guru di OSVIA. Catatan: sekolah Hoofdenschool telah berganti nama menjadi sekolah OSVIA. Pada kepengurusan yang baru Boedi Oetomo Bandoeng, Soetan Mohamad Zain menjadi salah satu komisaris (lihat De Preanger-bode, 07-07-1913). Soetan Mohamad Zain juga salah satu pengurus persatuan guru Pasamoean Goeroe (lihat De Preanger-bode, 22-12-1913).

Pada tahun 1915 diadakan pertemuan guru di Bandoeng yang mana dibentuk persatoan guru PGHB cabang Bandoeng (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 09-08-1915). Dalam pertemuan ini disahkan status. Pengurus pusat diketuai oleh Soetan Mohamad Zain dengan wakil Ardiwinata. Disebutkan pengurus pusat di Megelang. Ini dengan sendirinya Soetan Mohamad Zain menjadi bagian dari pengurus pusat.

Pada tahun 1917 Soetan Mohamad Zain mengakhiri tugasnya ssebagai guru bahasa Melayu di OSVIA  Bandoeng. Hal ini karena Soetan Mohamad Zain diangkat sebagai kepala redaksi di Balai Poestaka. Di Batavia, Soetan Mohamad Zain menjadi ketua Sumatranen Bond pada tahun 1918. Dengan kendaraan ini, Soetan Mohamad Zain dalam pemilihan anggota dewan kota (gemeenteraad) terpilih,

Portofolio Soetan Mohamad Zain di Batavia cukup tinggi. Soetan Mohamad Zain selai kepala redaksi di Balai Poestakan, juga masih pengurus PGHB dan kini menjadi ketuanya, Kini dengan ketua Sumatranen Bond mendapat tempat di dewn kota. Dengan modal ini Soetan Mohamad Zain pada tahun 1920 mendapat tempat di dewan pusat (Volkstaad) tahun 1920.

Semua jabatan-jabatan tersebut harus berakhir tahun 1922 karena Soetan Mohamad Zain diangkat sebagai asisten dosen bahasa Melayu di Universiteit te Leiden.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sutan Muhammad Zain: ; Perubahan Nama Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia dan Kongres Pemuda 1928

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar