Senin, 25 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (553): Pahlawan Indonesia dan Dr Mohamad Joesoef; Tokoh Kaoem Betawi pada Era Hindia Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti disebut pada artikel sebelumnya, tokoh Betawi tidak hanya MH Thamrin. Ada Rohjani yang menjadi anggota panitia Kongres Pemuda 1928. Pada artikel ini akan dideskripasikan tokoh Betawi lainnya yang juga menjadi salah satu tokoh organisasi kebangsaan Kaoem Betawi: Dr Mohamad Joesoef.

Dalam daftar Tokoh Betawi di laman Wikipedia yang jelas tidak ada nama Roebini. Dari nama berawal A hingga Z, ditemukan nama Mohamad Husni Thmarin (T). Tidak ada nama-nama sejaman dengan MH Thamrin. Meski demikian ada nama tokoh sebelum MH Thamrin yang dicatat Si Pitung (S). Ada nama yang muncul pada akhir era kolonial yakni Moeffreni Moe'min. Dari ratusan yang terdapat dalam daftar, hampir semuanya tokoh setelah era Republik Indonesia, antara lain: Ridwan Saidi; Deddy Mizwar, Fariz RM, Zainuddin MZ, Suwondo Nainggolan, Chrysse, Phang Tjin Nio, Iko Uwais, Husain bin Abu Bakar Al-Aydrus, Ida Royani, Rano Karno, Komeng, Tan Tjeng Bok, Mandra dan lainnya.

Lantas bagaimana sejarah Dr Mohamad Joesoef? Seperti disebut di atas, sebenarnya banyak tokoh Betawi tetapi agak kurang terinfornasikan. Mengapa bisa demikian? Itu satu hal. Hal yang lain dalam hal ini bagaimana sedapat mungkin mangangkat ke permukaan semua tokoh yang berperan dalam Sejarah Menjadi Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Dr Mohamad Joesoef? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Dr Mohamad Joesoef: Tokoh Kaoem Betawi Era Pemerintah Hindia Belanda

Banyak nama Mohamad Joesoef dalam sejaman. Salah satu bernama Mohamad Joesoef dapat dihubungkan dengan organisasi kebangsaan Kaoem Betawi. Bagaimana dibedakan nama Mohamad Joesoef yang banyak itu satu sama lain berbeda. Mohamad Joesoef yang dihubungkan dengan Kaoem Betawi awalnya menjadi anggota Pasoendan (lihat De Preanger-bode, 07-11-1923). Disebutkan nama-nama anggota Pasoendan yang diusulkan menjadi kandidat anggota Volksraad, antara lain Mohamad Joesoef, dokter Inidisch Arts di Buitenzorg.

Nama Mohamad Joesoef lainnya diberitakan pada tahun 1922 lulus ujian dokter di STOVIA (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-04-1922). Disebutkan ujian Indisch Arts di STOVIA, yang lulus dan mendapat gelar dokter, antara lain Mohamad Joesoef (Loeboek Sikaping), nona ME Thomas (Manado), JE Karamoy dengan cum laude (Manado), JM Leimena (Ambon) dan Goelam (Fort de Kock). Catatan: Nama Mohamad Joesoef dalam hal ini bukan orang yang sama dengan Dr Mohamad Joesoef yang menjadi anggota Pasoendan. Leimena juga bukan orang yang sama dengan J Leimena. Kelak diketahui Mohamad Joesoef menikah dengan teman sekelasnya nona Maria E Thomas. Pada tahun 1921 nama Mohamad Joesoef juga dicalonkan sebagai anggota Volksraad (lihat De avondpost, 07-03-1921). Besar dugaan dua nama Mohamad Joesoef yang dicalonkan anggota Volksraad pada tahun 1921 dan pada tahun 1923 diduga adalah orang yang berbeda. Masih pada tahun 1921 nama Mohamad Joesoef menjadi salah satu anggota dewan kota (gemeenteraad) di Semarang (lihat De locomotief, 29-10-1921). Mohamad Joesoef di Semarang anggota Boedi Oetomo (lihat De expres, 23-01-1922). Besar dugaan Mohamad Joesoef ini adalah orang yang berbeda dengan anggota Pasoendan. Hal ini karena dua tahun kemudian nama Mohamad Joesoef sebagai salah satu anggota dewan kota (gemeenteraad) di Semarang masih eksis (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 29-01-1925). Jelas dalam hal ini dari banyak nama Mohamad Joesoef dapat dibedakan tiga orang.

Pada tahun 1924 Mohamad Joesoef yang menjadi anggota Pasoendan menjadi salah satu kandidat dalam pemilihan anggota dewan kota (gemeenteraad) di Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 09-08-1924). Dalam pemilihan ini juga termasuk MH Thamrin. Pada tahun 1927 Mohamad Joesoef diketahui menjadi salah satu anggota dewan kota (gemeenteraad( di Buitenzorg (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 18-05-1927). Ini dengan sendirinya anggota dewan kota di Buitenzorg pada tahun 1927 menjelaskan nama Dr Mohamad Joesoef di Buitenzorg pada tahun 1923. Kesimpulan ini diperkuat dengan keterangan yang menyatakan Dr Mohamad Joesoef dari Kaoem Betawi yang ikut berpartisipasi dalam pertemuan umum di Batavia (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 17-10-1927). Dalam berita ini nama Mohamad Joesoef dicatat dengan gelar dokter (dr).

Dalam pertemuan para anggota dewan organisasi-organisasi kebangsaan Indonesia yang diadakan di gedung Canada di Decapark Batavia, termasuk salah satu yang berbicara Dr Mohamad Joesoef yang dicatat nama dengan penambahan gelar dokter (lihat De locomotief, 18-10-1927). Pertemuan ini membahas masalah mayoritas penduduk pribumi di Volksraad dimana sebagai ketua panitia adalah MH Thamrin. Pertemuan ini dihadiri para polistisi pribumi yang menjadi Volksraad, dewan daerah dan dewan kota dari berbagai tempat. Dalam pembukaannya MH Thamrin menyatakan bahwa soal mayoritas ini sudah diusulkan pada tahun 1923, rasionya kemudian akan menjadi 30 Pribumi, 25 anggota Eropa, dan 5 Timur Asing. Usulan ini tidak mendapat tentangan di Hindia, tetapi ditolak oleh Belanda. Catatan: pada tahun 1927 diberitakan nama Mohamad Joesoef yang lain yang baru saja lulus ujian sarjana hukum di Belanda (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 19-11-1927). Disebutkan ujian perguruan tinggi di Leiden lulus ujian sarjana Indisch Recht. Ini dengan sendiri paling tidak sudah ada empat orang yang berbeda dengan nama yang sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan salah satu nama Mohamad Joesoef sejaman adalah seorang dokter, yang pernah menjadi anggota dewan dan juga menjadi anggota organisasi kebangsaan Kaoem Betawi. Dalam hal ini Dr Mohamad Joesoef sejaman dengan MH Thamrin. Untuk golongan muda sejaman dengan dua tokoh senior tersebut adalah Robiini yang pada tahun 1928 menjadi salah satu anggota panitia Kongres Pemuda dari Pemoeda Kaoem Betawi.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Mohamad Joesoef: Tak Kenal Maka Tak Sayang

Setelah menyelesaikan sekolah dasar berbahasa Belanda (ELS), Mohamad Joesoef melanjutkan studi ke sekolah kedokteran (Docter Djawa School/STOVIA) di Batavia pada tahun 1904. Pada tahun 1905 Mohamad Joesoef lulus ujian transisi naik dari kelas satu ke kelas dua tingkat persiapan.

Yang lulus ujian akhir di Docter Djawa School antara lain Abdoel Hakim Nasoetion dari Padang Sidempoean, Tjipto Mangoenkoesoemo dari Poerwadadi, Abdoel Karim Harahap dari Padang Sidempoean, R Mohamad Roem dari Pati (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-11-1905). Yang lulus ujian pada kelas tertinggi naik dari kelas lima ke kelas enam antara lain Mohamad Daoelay, Pratomo dan Djalaloedin,

Pada tahun 1907 Mohamad Joesoef lulus ujian transisi naik dari kelas tiga tingkat persiapan ke kelas satu tingkat medik (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-10-1907). Yang sama-sama lulus satu kelas dengan Mohamad Joesoef antara lain Abdoel Rasjid Siregar, R Ismangil, Mohamad Sjaaf dan R Soesilo. Pada tahun 1908 Mohamad Joesoef lulus ujian naik dari kelas satu ke kelas dua tingkat medik (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 19-09-1908). Di atas mereka satu tahun yang lulus antara lain R Angka, JB Sitanala dan R Soeradji. Di atasnya lagi naik dari kelas tiga ke empat antara lain Latumeten, Goenawan Mangoenkoesoemo, AB Andu, R Soetomo, R Slamet dan Latumeten. Di atasnya lagi yang lulus antara lain  R Soewarno dan di atasnya lagi yang lulus antara lain Kajadoe. Sedangkan yang lulus ujian akhir antara lain R Antariksa.

Sebelumnya pada bulan Mei sejumlah siswa STOVIA yang berasal dari Jawa mendirikan organisasi kebangsaan di Batavia yang diberi nama Boedi Oetomo  Yang ikut berpartisipasi dari nama-nama yang disebut di atas antara lain R Soewarno, R Slamet, R Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo dan Raden Soeradji. Pada bulan Oktober nun jauh disana di Belanda, pribumi yang studi di Belanda, Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan berinisiatif mendirikan organisasi kebangsaan yang diberi nama Indische Vereeniging. Secara aklamasi diangkat Soetan Casajangan sebagai ketua dan Raden Soemitro sebagai sekretaris. Suatu komite dibentuk untuk menyusun statuta (AD/ART) yang terdiri dari Soetan Casajangan, R Soemitro, Hoesein Djajadinbingrat dan Raden Sosro Kartono (abang dari RA Kartini).  

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar