Rabu, 11 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (583): Pahlawan Indonesia – Indonesiasi Bahasa di Tingkat Internasional; Bahasa Melayu Kian Berjarak

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelumnya telah dideskripsikan terminologi ‘Indonessiasi’ sejak era Hindia Belanda. Demikian juga pada artikel-artikel sebelumnya telah dideskripsikan soal nama Bahasa Indonesia dan asal usul bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Pada artikel ini akan mendeskripsikan Indonesiasi di dalam bahasa.

Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional tidak terbentuk dalam waktu singkat. Penyebaran bahasa Inggris berawal dari kekuatan Inggris sejak tempo doeloe di dalam navigasi pelayaran perdagangan dan mewujudkan kolonisasi. Tentu saja saat permualan itu tidak hanya Inggris, tetapi sudah lebih awal Spanyol dan Portugis. Lalu kemudian setelah Belanda diikuti oleh Prancis dan Jerman. Namun dalam perkembangannya hanya empat bahasa yang yang terbilang memiliki penyebaran yang luas dalam penggunaan di luar negara yakni Spanyol, Portugis, Inggris dan Prancis. Pada masa ini bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terdiri dari enam bahasa: Inggris, Prancis, Spanyol, Cina, Arab dan Rusia. Penabalan eman bahasa resmi ii merupakan kombionasi liasnya penyebaran dan jumlah populasi pengguna yang menjadi medium bahasa pengantar untuk semua negara anggota. Dengan demikian enam bahasa resmi itu menjadi bahasa internasional yang telah mendapat tempat. Meski demikian, bahasa internasional lainnya dapat ditambahkan bahasa Porttugis. Lalu bagaimana dengan bahasa India? Dan, bagaimana pula dengan Bahasa Indonesia. .

Lantas bagaimana sejarah Indonesiaasi bahasa? Seperti disebut di atas, sejumlah bahasa telah menjadi bahasa internasional dan enam diantaranya menjadi bahasa resmi PBB. Dalam konteks inilah kita membicarakan Indonesiasi bahasa. Lalu bagaimana sejarah Indonesiasi bahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia – Indonesiasi Bahasa di Tingkat Internasional; Bahasa Melayu Makin Beda

Dalam artikel-artikel sebelumnya telah dideskripsikan terbentuknya Bahasa Indonesia. Ddiduga besar pergeseran bahasa Melayu (sebagai bahasa asal) menjadi bahasa Melayu umum (pasar) yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia telah berlangsung sejarah 1824. Bahasa Melayu umum, untuk memudahkan saja, sebut saja Bahasa Indonesia.

Sejak 1824 semakin jelas dan semakin tegas batas-batas wilayah Indonesia (baca; Hindia Belanda) yang berada dibawah yurisdiksi hukum Belanda. Semua pendatang dan kapal-kapal yang berasal dari luar Hindia Belanda (termasuk dari pelabuhan Penang dan Singapoera) harus teregister di wilayah pabean Hindia Belanda terutama di pelabuhan-pelabuhan perdagangan seperti di Palembang, Pontianak dan sebagainya. Sementara itu pembukaan cabang-cabang pemerintahan Hindia Belanda semakin meluas di seluruh pulau (wilayah Hindia Belanda). Dua faktor ini menjadi kawah candradimuka dalam proses terbentuknya Bahasa Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda yang mengatur semua aspek di wilayah Hindia Belanda menggunakan bahasa standar Bahasa Belanda dan Bahasa Indonesia plus bahasa-bahasa daerah.

Pembatasan kepabeanan dan pembentukan cabang-cabang pemerintahan Hindia Belanda menjadikan Bahasa Indonesia (perkembangan bahasa Melayu umum/pasar) mengalami internalisasi di wilayah Hindia Belanda. Dalam proses internalisasi ini tidak hanya menutup ruang pertukaran bahasa (Melayu) antara negara (wilayah yurisdiksi Inggris, Spanyol dan Portugis) dengan negara Hindia Belanda, tetapi juga memperluas penyebaran Bahasa Indonesia bahkan di wilayah-wilayah penutur bahasa Melayu di wilayah Hindia Belanda. Oleh karena itu Bahasa Indonesia juga mengalami proses pergeseran dari bahasa Melayu di wilayah Hindia Belanda yang menjadikannya sebagai bahasa daerah. Internalisasi Bahasa Indonesia ini yang dapat disebut Indonesiasi bahasa di di wilayah Hindia Belanda (baca: Indonesia).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Indonesiasi Bahasa di Tingkat Internasional: Dulu Politik Kolonial, Kini Politik Bahasa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar