Sabtu, 19 November 2022

Sejarah Bengkulu (23): Kaur di Wilayah Bengkulu; Peradaban Sumatra Zaman Era Megalitik Negroid hingga Hindoe Boedha


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Apakah ada sejarah Kaur di Bengkulu? Tentu saja ada, tapi sejauh ini tampaknya sejarah Kaur belum dinarasikan. Wilayah Kaur berbatasan dengan Krui di selatan. Narasi sejaraj Krui telah dideskripsikan dalam serial artikel sejarah Lampung. Dalam hal ini hanya membicarakan sejarah Kaur. Apa hubungan satu sama lain sejarah Kaur dengan Bintuhan di wilayah pesisir dan danau Ranau di wilayah pedalaman, pakah terhubung dengan peradaban Sumatra sejak zaman megalitik era Negroid hingga era Hindoe Boedha? Bagaimana situasinya pada era VOC Belanda hingga era Pemerintah Hindia Belanda?


Kaur adalah kabupaten di Provinsi Bengkulu, ibu kotanya terletak di Bintuhan. Kabupaten ini terletak sekitar 252 km ke arah selatan dari Kota Bengkulu. Kabupaten Kaur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Seluma dan Kabupaten Mukomuko. Kabupaten Kaur merupakan buah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan. Kabupaten Kaur terletak di ujung paling selatan wilayah Provinsi Bengkulu dan dikelilingi oleh perbatasan dengan Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan. Jembatan terpanjang di Provinsi Bengkulu terdapat di kabupaten ini, yaitu Jembatan Manula (Desa Tebing Rambutan, Kec. Nasal, Kab. Kaur) terbentang sepanjang 215 M yang berada di perbatasan dengan Provinsi Lampung. Sumber daya alam batubara, pasir besi, perak, tembaga, migas. Beberapa objek pariwisata yang berada di kabupaten Kaur, berupa danau. Danau kembar terletak di desa Tanjung Agung kecamatan Maje sangat indah terdiri 2 danau yang dikelilingi pohon cemara berdekatan langsung pasir putih laut menambah keindahan danau lembar. Dahan Langit terletak di Kecamatan Padang Guci Hilir ditambah kuliner khas suku Basemah Selatan (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Kaur di wilayah Bengkulu? Seperti disebut di atas kabupaten Kaur di provinsi Bengkulu (wilayah Orang Pasemah) berbatasan dengan kabupaten Pesisir Barat provinsi Lampung (Orang Lampung). Dua kelompok populasi yang bertetangga ini bermula di pedalaman di seputar danau Ranu, yang diduga bermula dari peradaban Sumatra zaman era megalitik Negroid hingga era Hindoe Boedha. Lalu bagaimana sejarah Kaur di wilayah Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kaur di Wilayah Bengkulu; Peradaban Sumatra Zaman Era Megalitik Negroid hingga Era Hindoe Boedha

Tunggu deskripsi lengkapnya

Peradaban Sumatra Zaman Era Megalitik Negroid hingga Era Hindoe Boedha: Orang Lampung dan Orang Pasemah Bermula di Danau Ranau?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar