Jumat, 04 November 2022

Sejarah Lampung (34): Metro, Kolonisaasi Orang Jawa di Lampung era HindiaBelanda; Bumi Sai Wawai di Sai Bumi Ruwa Jurai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini  

Kota Metro di Lampung adalah kota baru. Kota baru yang terbentuk dari suatu desa yang menjadi pusat kolonisasi, transmigrant asal dari Jawa di wilayah yang sepi penduduk. Nama Metro tidak merujuk pada nama asli, oleh karena nama tempat yang baru, nama Metro adalah nama baru untuk tempat. Kolonisasi orang Jawa berada di desa Gedong Tataan, tetapi nama Gedong Tataan adalah nama asli. Menurut warga di wilayah (kota) Metro wilayahnya sangat indah Bumi Sai Wawai di wilayah Sai Bumi Ruwa Jurai.


Kota Metro adalah salah satu kota di provinsi Lampung, 52 Km dari Kota Bandar Lampung (kota terbesar kedua di provinsi Lampung). Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya kolonisasi, dibentuk sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Sebelum tahun 1936, Trimurjo adalah bagian dari Onder Distrik Gunungsugih yang merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung. Pada tahun 1936 Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan migran asal Jawa (kolonis). Kelompok pertama tiba pada tanggal 4 April 1936. Pada tanggal 9 Juni 1937, nama daerah itu diganti dari Trimurjo ke Metro dan pada tahun yang sama berdiri sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik yang dipimpin asisten kepala distrik (asisten demang). Tugas dari Asisten Demang mengkoordinasi Marga yang dikepalai oleh Pesirah. Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Selama periode yang sama, dibangun lebih banyak jalan dan pengadaan klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi. Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon. Pemerintah Hindia Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi. Desainnya dikenal dengan nama tanggul (bahasa Prancis "leeve", sekarang bentukan ini dikenal dengan "ledeng") selebar 30 M dan sedalam 10 M saluran irigasi dari Sungai Way Sekampung ke Metro. Konstruksi dimulai pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1941. Nama Metro disebut berasal dari kata “Meterm” dalam Bahasa Belanda yang artinya “pusat". Ada juga yang menyebut nama Metro berasal dari kata "Mitro" (Bahasa Jawa) yang berarti artinya teman, mitra, kumpulan. Dengan berlakunya Pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 maka Metro Termasuk dalam bagian Kabupaten Lampung Tengah (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kota Metro, kolonisaasi orang Jawa di Lampung era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, kota Metro adalah kota baru, kota yang bermula kolonisasi pada era Hindia Belanda (wilayah penempatan transmigrasi asal dari pulau Jawa. Motto kon Metri dikenal sebagai Bumi Sai Wawai, suatu yang mirip dengan motto Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai. Lalu bagaimana sejarah Kota Metro, kolonisaasi orang Jawa di Lampung era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kota Metro, Kolonisaasi Orang Jawa di Lampung Era Hindia Belanda; Bumi Sai Wawai di Sai Bumi Ruwa Jurai

Tidak ada nama tempat di Indonesia pada masa ini, suatu tempat yang baru begitu pesat pembangunan dan dalam tempo singkat memiliki populasi penduduk yang fantastic: kota Metro, kota yang terbilang baru di (provinsi) Lampung yang kini menjadi kota terbesar kedua di seluruh provinsi. Bagaimana bisa? Itu keunikan sejarah kota Metro. Kota Metro bermula dari suatu tempat, yang masuk wilayah district Soekadana yang dibangun dari nol, bahkan baru dimulai tahun 1936.


Pada tahun 1933, suatu wilayah sepi yang berada di district Soekadana di daerah aliran sungai way Sekampoeng, suatu wilayah yang dapat dikatakan tak berpenghuni, masih banyak hutan belantara. Namun tidak lama kemudian segera berubah. Pada tahun 1934 mulai didatangkan transmigrant asal Jawa di suatu tempat yang disebut Trimoerjo. Lahan yang dibuka pertama seluas 800 bouw (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 05-03-1936). Dalam tempo singkat sudah sebanyak 4.600 jiwa populasi di Trimoerjo dan pada awal tahun 1936 akan datang lagi transmigrant baru sebanyak 1,900 KK. Wilayah yang sebelumnya sangat sepi, yang kemudian disebut Trimoerjo akan menjadi suatu pemukimanan yang sangat ramai.

Pada permulaan cabang Pemerintah Hindia Belanda di Lampong, district Tarabangi dimekarkan dengan membentuk district baru yakni district Way Sekampoeng dengan ibu kota di Natar. Namun dalam perkembangannya, ibu kota district direlokasi ke Soekadana dimana Controleur berkedudukan. Diantara kota Natar dan kota Soekadana inilah wilayah transmigrasi baru dibuka yang dimulai di suatu tempat, yang kemudian disebut Trimoerjo.


Pejabat tertinggi Pemerintah Hindia Belanda di suatu district di (residentie) Lampoeng adalah orang Belanda dengan jabatan Controleur. Di Soekadana, Controleur didampingi oleh pemimpin local yang digaji pemerintah dengan jabatan Demang. Di wilayah sub-district ditempatkan seorang asisten demang seperti di Djaboeng.

Sehubungan dengan perkembangan transmigrasi di Trimoerjo, Pemerintah Hindia Belanda yang telah merencanakan, pada awal tahun 1936 mulai dilakukan pembangunan infrastruktur di wilayah tertentu, diantara Soekadana dan Natar, sebagai suatu wilayah pertumbuhan ekonomi baru yakni melakukan pemekaran wilayah dengan membentuk onderdistrict baru yang mana pusat pemerintahan di wilayah pertumbuhan baru itu telah ditetapkan di suatu tempat, yang disebut Metro. Dalam mengawali pembangunan di nama baru Metro tersebut dalam rangka mempersiapkan tempat kedudukan asisten demang.


Nama Trimoerjo muncul merujuk pada bendungan irigasi yang baru dibangun dimana bendungan itu bercabang tiga dimana disebut sebagai nama tempat yang baru Trimoerjo. Nama ini mengikuti tradisi Jawa di Jawa dimana tri diartikan tiga dan moerjo diartikan sebagai kemakmuran. Tiga cabang aliran irigasi ini akan mengairi lahan yang luas yang diharapkan menjadi sumber kemakmuran baru (diperkirakan luas lahan baru yang akan dibuka menjadi 25.000 bouw).  Nama Trimoerjo merupakan nama pemberian pemerintah yang merujuk pada nama Jawa (karena transmigrant yang ditempatkan berasal dari Jawa). Nama Metro yang sudah disebut pada tahun 1936 (dimana di area tersebut tengah dimulai pembangunan infrastruktur) pada dasarnya adalah nama pemberian pemerintah yang akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan onderdistrict yang baru (metro=pusat) dimana luas lahan baru akan mencapai 25.000 bouw. Biasanya Pemerintah Hindia Belanda jarang, jika tidak mau dikatakan tidak ada, membuat nama baru, tetapi mengadopsi nama yang sudah ada atau merujuk pada nama kampong yang sudah ada yang jaraknya terdekat ke TKP. Nama Gedong Tataan, dimana penempatan transmigrasi pertama (asal dari Jawa) adalah nama lama, nama asli (bukan nama baru atau nama yang diberikan). Nama Trimoerjo dan nama Metro muncul di situasi dan kondisi khusus, dimana pemukimanan penduduk dapat dikatakan nihil.

Pada tahun 1937 di (pemukiman) Metro tempat dimana asisten demang diproyeksikan berkedudukan, sudah mulai ditempati oleh para transmigrasi yang belum lama didatangkan dari Jawa. Penempatan pertama di Metro, district Soekadana dimulai pada bulan April 1935. Pada tahun 1937 gambaran pembangunan di pemukiman Metro sudah mulai terlihat, tetapi masih banyak pekerjaan yang berat yang harus dilakukan (lihat De Maasbode, 17-12-1937). Di pemukiman Metro sudah ada fasiltas kesehatan, yang diunjungi oleh dokter setiap 10 hari sekali. Pemukiman Metro (yang diawali di Triemoerjo) dapat dikatakan hasil karya dari Resident Lampoeng, HR Rookmaker.


Nama Metro muncul dari gagasan HR Rookmaker, yang memproyeksikan di area penempatan baru transmigrasi akan menjadi Metropolis (lihat Nieuwe Apeldoornsche courant, 29-12-1937). Dari sinilah asal-usul nama Metro, merujuk pada terminology Metropolis. Sementara sebelumnya, sehubungan dengan rencana penempatan transmigrasi di wilayah baru di sebelah barat Soekadana, sudah muncul istilah ‘mitro’ yang diartikan teman dari pemukim Jawa di Soekadana di daerah pembukaan lahan baru. Besar dugaan pemicu Rookmaker memunculkan nama Metro (merujuk pada Metropolis) mengacu pada sebutan mitro diantara pemukim Jawa di Soekadana.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bumi Sai Wawai di Sai Bumi Ruwa Jurai: Kota Metro di Masa Datang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar