Jumat, 05 Mei 2023

Sejarah Cirebon (25): Perkebunan Wilayah Cirebon;Pembangunan Pertanian Pedalaman dan Pengembangan Perikanan Laut Pesisir


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Petkebunan adalah bagian terakhir dari sejarah pertanian di wilayah Cirebon. Pada awalnya Pemerintah Hindia Belanda berupaya untuk mendorong pertanian penduduk dengan peningkatan infrastruktur irigasi (bendungan dan kanal). Semua itu dimaksudkan agar penduduk aman dalam pangan tetapi juga mampu produksi tanaman ekspor.  Lalu kemudian menyusul konsesi-konsesi perkebunan diberikan kepada investor swasta.


Tanam Paksa di Cirebon, Saat Pribumi Dijajah di Perkebunan Tebu. 28-08-2022. Radarcirebon.com, Sistem tanam paksa juga diterapkan Pemerintah Kolonial di Cirebon, lewat perkebunan tebu. Masa-masa tersebut sangat pahit. Masyarakat Cirebon ketika itu menjadi budak tanam paksa, khususnya tebu di sejumlah kawasan perkebunan. Komoditas itu, menjadi salah satu adalan ekspor ke Eropa. Tidak hanya tanam paksa, VOC juga menancapkan kukunya dalam perdagangan teruama di Pelabuhan Cirebon sejak abad 17. Tidak hanya tanam paksa, perdagangan di Cirebon juga dikuasai oleh VOC. Pemerintah kolonial membangun benteng, hingga fasilitas perdagangan juga pergudangan. Komoditas yang menjadi komoditi tanam paksa ketika itu adalah kopi, gula, teh, kapas hingga lada. Tanaman seperti kopi dan teh dikirim dari wilayah Priangan, didatangkan ke Pelabuhan Cirebon untuk diangkut ke Eropa. Pada catatan Cirebon dalam Lima Zaman, di bawah kekuasaan kompeni, terutama pada abad ke-18, saat tanam paksa dilakukan di Cirebon terjadi kelaparan, wabah penyakit dan emigrasi penduduk. Kelaparan terjadi, karena padi atau beras dimonopoli kompeni dan faktor lainnya, lahan untuk menanam padi berkurang, lantaran sebagian lahan itu digunakan untuk menanam tarum (nila) dan kopi untuk kepentingan Belanda. (https://radarcirebon.disway.id/) 

Lantas bagaimana sejarah perkebunan di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas setelah pertanian penduduk ditingkatkan sejak era Pemerintah Hindia Belanda, pihak swasta mulai melakukan investasi di bidang perkebunan. Dalam hal ini kita juga sedang membicarakan sejarah awal pertanian di pedalaman dan sejarah awal perikanan laut di pesisir. Lalu bagaimana sejarah perkebunan di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Lukisan: Mercusuar di pelabuhan Cirebon (1886)

Perkebunan di Wilayah Cirebon; Pembangunan Pertanian di Pedalaman dan Pengembangan Perikanan Laut di Pesisir

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pembangunan Pertanian di Pedalaman dan Pengembangan Perikanan Laut di Pesisir: Pertanian Penduduk vs Perkebunan Swasta

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar