Jumat, 30 Juni 2023

Sejarah Dewan di Indonesia (30): Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Kerja; Dewan Awal Era Republik Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan di Djakarta. Setelah UUD diselesaikan, lalu diangkat pejabat pemerintah Indonesia. Kemudian dibentuk suatu komite terdiri para pemimpin Indonesia yang disebut KNIP sebagai representasi dewan di Indonesia. KNIP ini menjadi semacam dewan pusat (Volksraad) semasa Pemerintah Hindia Belanda.


Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk berdasarkan Pasal IV, Aturan Peralihan, UUUD 1945 dan dilantik serta mulai bertugas 29 Agustus 1945. KNIP merupakan Badan Pembantu Presiden, terdiri pemuka-pemuka dari berbagai golongan dan daerah-daerah termasuk mantan anggota PPKI. KNIP diakui sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia, sehingga diresmikan menjadi Hari Jadi DPR RI. Pada formasi pertama, terdiri 137 orang, sebagai pimpinan adalah: Mr. Kasman Singodimedjo – Ketua; Mas Sutardjo Kertohadikusumo - Wakil Ketua I; Mr. J. Latuharhary - Wakil Ketua II; Adam Malik - Wakil Ketua III. Pekerjaan sehari-hari KNIP dilakukan oleh Badan Pekerja, dipilih dikalangan anggota, bertanggung jawab kepada KNIP. Badan Pekerja dibentuk 16 Oktober 1945 diketuai Sutan Sjahrir dan penulis Soepeno beranggotakan 28 orang. Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri, sehingga BP-KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis dr. Abdul Halim. Kemudian pada tanggal 28 Januari 1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I, sehingga ketua adalah Mr. Assaat Datu Mudo, dan penulis tetap dr. Abdul Halim. Pada tanggal 21 Januari 1950, Mr. Assaat diangkat menjadi Pelaksana Tugas Presiden Republik Indonesia dan dr. Abdul Halim diangkat menjadi Perdana Menteri, serta sebagian besar anggauta BP-KNIP diangkat menjadi Menteri dalam Kabinet Halim.
(Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Kerja? Seperi disebt di atas, badan semacam dewan (Volksraad) semasa Pemerintah Hindia Belanda dibentuk segera setelah proklamasi kemerdekaaan Indonesia. KNIP menjadi dewan pada awal era Republik Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Kerja? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sejarah Dewan di Indonesia (30): Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Kerja; Dewan Awal Era Republik Indonesia

Segera setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, undang-undang dasar segera disagkan yang kemudian diangkat Presiden dan Wakil Presiden serta para kepala pemimpin daerah (gubernur). Selanjutnya Presiden Ir Soekarno dan Wakil Presiden Drs Mohamad Hatta menyusun kabinet pemerintahan. Pada tanggal 2 September 1945 diumumkan nama-nama anggota kabinet. Dalam daftar kabinet yang diumumkan ini posisi Menteri Penerangan adalah Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Tiga tokoh sejaman inilah (sejak 1928 berjuang) yang dapat dikatakan the founding father Indonesia.


Untuk fungsi legislative kemudian dibentuk Badan Kerja yang anggotanya diresmikan tanggal 16 Oktober 1945. Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sendiri terdiri dari 137 orang, dimana yang bertindak sebagai pimpinan adalah Mr Kasman Singodimedjo (Ketua);  Mas Sutardjo Kertohadikusumo (Wakil Ketua I); Mr J. Latuharhary (Wakil Ketua II); dan Adam Malik (Wakil Ketua III). Sedangkan Badan Kerja KNIP Soetan Sjahrir sebagai ketuanya (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 31-10-1945). Anggota lainnya dari Badan Kerja Dr. Soedarsono, Mr Sjafroedin Prawiranagara, Dr Soenaria Kolopaking, Adam Malik, kepala kantor berita republik, Antara; Hindromartono, mahasiswa kedokteran Tajoeddin, Soepeno, S Mangoesarkoro, Wahid Hashim dan perwakilan dari Cina, Mr Tan Ling Djie. Tidak ada ekstremis radikal (komunis) di badan kerja. Anggota paling kiri adalah Adam Malik; Tan Ling Djie adalah anggota yang paling moderat.

Situasi dan kondisi yang semakin genting (seiring dengan semakin menguatnya Belanda/NICA di Batavia, bentuk pemerintahan diubah dari cabinet presidensial menjadi cabinet parlementer (seiring dengan terbentuknya badan pekerja dan KNIP). Kabinet lama dibubarkan dan ketua badan kerja Soetan Sjahrir ditunjuk Presiden Soekrno untuk menjadi ketua formatur.


Pada tanggal tanggal 14 November 1945 kabinet baru dibentuk yang mana sebagai Perdana Menteri Soetan Sjahrir. Dalam kabinet baru ini hanya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap yang tetap bertahan (dari cabinet lama). Posisinya tetap sebagai Menteri Penerangan dan juga secara definitif merangkap sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan Rakyat (posisi yang sebelumnya dijabat oleh Presiden Soekarno). Dalam hal ini Soetan Sjahrir juga merangkap sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri. Dalam kabinet parlementer yang pertama ini (Kabinet Sjahrir), juga terdapat tiga menteri baru yakni Mr Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D sebagai Menteri Pendidikan dan Ir Soerachman senagai Menteri Keuangan serta Mr Soewandi (mantan sekretaris badan kerja yang pertama).

Dalam perkembangannya badan kerja ini selanjutnya akan direorganisasi yang mana jumlahnya terdiri dari 25 anggota yang mana delapan diantaranya masing-masing perwakilan delapan daerah (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 27-11-1945).


Diantara 17 orang antara lain Soedarsono, Adam Malik, Soebadijo, Sjafroedin Prewiranagara, Soekarni, Abdoel Halim, Assaat, Soepeno, mej. Soesilowati, dari golongan Islam Natsir dan J Wibisono, golongan Kristen Johannes Leimena, empat dari nationaal-democraten Mangoensarkoro, Soetan Makmoer, Soenarjo en Pardi dan satu orang mewakili Chineesche Tan Lieng-djie. Setelah perubahan ini hanya tinggal Mr Amir Sjarifoeddin Harahap anggota badan kerja yang menjadi anggota kabinet. Dalam badan kerja hanya satu perempuan (ny. Soesilowati) sedangkan yang termuda adalah Abdoel Halim (lahir 1911) dan Adam Malik lahir 1917 (28 tahun).

Badan Kerja KNIP ibarat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada masa kini, sedangkan KNIP sebagai Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Jumlah anggota Badan kerja masih 25 orang sedangkan anggota KNIP (termasuk anggota badan kerja) sebanyak 500 orang. Lalu ada diantara anggota KNIP dan badan kerja yang juga menteri (memang begitulah kabinet parlementer). Kabinet bertanggungjawab kepada KNIP, sedangkan Perdana Menteri ditunjuk Presiden untuk membentuk kabinet (mengacu pada komposisi di parlemen).


Sejak ibu kota pemerintah Republik Indonesia pindah ke Djogjakarta pada bulan Januari 1946 (karena tidak aman lagi di Djakarta), tekanan Belanda/NICA yang semakin kuat menyebabkan akhirnya diadakan perundingan yang diadakan di Linggarjati. Perundingan Linggarjati atau Perundingan Cirebon adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947.

Sebelum hasil perundingan ditandatangani, KNIP bersidang dengan menghadirkan kabinet (lihat Nieuwe courant, 07-03-1947). Disebutkan dalam sidang yang diadakan di Malang ini, setelah para menteri (termasuk Perdana Mentei Soetan Sjahrir) muncul mosi dari Dr Abdoel Halim (menyetujui kebijakan pemerintah). Dalam pemungutan suara. Dari 500 anggota KNIP hadir sebanyak 399 orang. Hasil pemungutan suara adalah 284 menyetujui berbanding dua suara (menolak). Meski demikian, anggota Masjumi dan PNI yang umumnya setuju dengan kebijakan pemerintah, tetapi menolak rancangan perjanjian Linggadjati. Yang juga ikut menolak adalah Ki Hadjar Dewantoro dari Taman Siswa dan Soekardjo Wirjopranoto (non partai). Posisi pemerintahan sekarang tengah berada di pinggir jurang. Akhirnya tekanan yang berat yang dihadapi kabinet, akhirnya Perdana Menteri Soetan Sjahrir) menyerah dan mengembalikan mandat kepada Presiden.


Lalu Presiden Soekarno menunjuk Mr Amir Sjarifoeddin Harahap untuk membentuk kabinet baru. Kabinet baru ini diumumkan pada tanggal 3 Juli 1947. Satu yang penting dalam Kabinet Amir ini adalah mengangkat Hadji Agoes Salim sebagai Menteri Luar Negeri (yang selama ini dipegang Soetan Sjahrir). Sedangkan Menteri Pertahanan tetap dipegang oleh Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Untuk tetap menjaga keamanan rakyat (sebagai Menteri Pertahanan), Mr Amir Sjarifoeddin Harahap mendelegasikan wewenangnya sebagai Perdana Menteri dengan mengangkat dua Wakil Perdana Menteri (AK Gani dan Setjadjit). Satu lagi yang penting, dalam kabinet ini masuk pendatang baru Mr Ali Sastroamidjojo sebagai Menteri Pendidikan. Ali Sastroamidjojo (PNI) adalah sama-sama dipenjara oleh militer Jepang di Malang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dewan Awal Era Republik Indonesia: KNIP Antara Volksraad dan DPR

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar