Minggu, 19 November 2023

Sejarah Catur (21): Persatuan Catur Seluruh Indonesia dan Federasi Catur Dunia; NISB, FIDE dan Pertjasi Sejak Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya dalam sepak bola (PSSI dan FIFA), perserikatan catur Indonesia (Percasi) memiliki hubungan timbal balik dengan federasi catur dunia (FIDE). Relasinya tidak hanya soal pengakuan, juga menjadi fondasi baru dalam proses pembinaan dan pengembangan catur di Indonesia. Pecatur Indonesia sejak era Hindia Belanda tidak cukup hanya pada level pencapaian Si Narsar, Si Hoekoem dan Baris Hutagalung. Dengan pengakuan FIDE, pecatur Indonesia di Pertjasi membuka jalan untuk mencapai master catur internasional seperti yang dicapai oleh Han Liong Tan Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Ketua Umum PB Percasi GM Utut Adianto Buka Kejuaraan Catur FIDE Rating di SCUA. Mike Wangge. Rabu, 1 November 2023. Porosjakarta.com. Jakarta. Ketua Umum Pengurus Besar Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia), Grandmaster (GM) Utut Adianto, membuka Kejuaraan Catur FIDE Rating di SCUA Bekasi tanggal 1 hingga 5 November 2023. Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) PB Percasi, Kristianus Liem, ketika dihubungi di Jakarta. Dalam penjelasannya, Kristianus Liem mengungkapkan tujuan dan manfaat dari kejuaraan ini. Kejuaraan Catur FIDE Rating ini bertujuan untuk meningkatkan elo-rating dari pecatur nasional. GM Utut Adianto, selaku Ketua Umum PB Percasi, telah beberapa kali menyatakan bahwa PB Percasi berkomitmen untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna meningkatkan prestasi pecatur nasional. Namun, utamanya semuanya akan bergantung pada semangat dan dedikasi para pecatur untuk mencapai kemajuan dalam olahraga catur ini. Kejuaraan Catur FIDE Rating yang diikuti 70 lebih pecatur nasional. (https://www.porosjakarta.com/)

Lantas bagaimana sejarah Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) dan Federasi Catur Dunia FIDE? Seperti disebut di atas adanya relasi antara perserikatan catur nasional (Pertjasi) dan federasi catur dunia (FIFE) dimungkinkan pecatur Indonesia mendapat gelar (master dan grandmaster). Semuanya bermula sejak NISB, FIDE, Pertjasi pada era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) dan Federasi Catur Dunia FIDE? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Persatuan Catur Seluruh Indonesia dan Federasi Catur Dunia; NISB, FIDE dan Pertjasi Sejak Era Hindia Belanda

Kejuaraan-kejuaraan yang berskala internasional sudah lama diadakan di Eropa/Amerika. Kejuaraan ini semacam turnamen para pecatur kuat antara negara. Tentu saja sudah dicatat siapa yang menjadi juaranya. Sementara itu kesepakatan berbagai perserikatan catur negara menyepakati tahun 1924 untuk membentuk federasi catur dunia di Paris yang diberi nama Fédération Internationale des Échecs (FIDE). Anggotanya termasuk perserikatan catur Belanda (NSB).


Perserikatan catur Belanda Nederlandsch Schaakbond (NSB) didirikan tahun 1873. Juara-juara Belanda kemudian dari waktu ke waktu berpartisipasi untuk mencapai juara dunia. Kejuaraan resmi NSB sendiri baru dimulai pada tahun 1909. Juara dunia pertama adalah Wilhelm Steinitz dari Austria (1886–1894) lalu kemudian ditempati oleh Emanuel Lasker dari Jerman (1894–1921). Sementara itu di Indonesia (baca: Hindia Belanda) perserikatan catur nasional Hindia Belanda Nederlandsch Indischen Schaakbond (NISB) didirikan pada tahun 1914 di Djogjakarta. Tentu saja juara-juara NISB masih terisolasi dari pecatur-pecatur internasional, bahkan relasi NSB dan NISB belum terbentuk. Meski demikian, harus dicatat kehadiran Dirk Bleijkmans di Hindia yang menjadi bagian dari klub catur Soerabaja (Soerabajasch Schaakclub=SSC). Pada tahun 1916 dicatat D Bleijkmans sempat bertandingan dengan pecatur Batak dari Tanah Karo Si Narsar dua kali di Soerabaja, yang mana Si Narsar kedua gameitu kalah. D Bleijkmans sendiri adalah juara catur Belanda (NSB) pada tahun 1904 dari Leeuwarden. D Bleijkmans pernah menjadi ketua SSC Soerabaja. D Bleijkmans juga pernah menjadi bendahara NISB (1919-1921). Sejak 1921 juara Belanda dipegang oleh Dr Max Euwe. Pada tahun 1924 di Paris didirikan federasi catur dunia (FIDE). Pada tahun 1925 juara catur Yugaslavia Boris Kostich mengunjungi Hindia Belanda. Lalu atas undangan NISB juara Belanda Dr Max Euwe ke Hindia pada tahun 1930. Sejak eksisnya FIDE juara-juara dunia adalah José Raúl Capablanca dari Kuba (1921–1927); Alexander Alekhin dari Perancis (1927–1935); Max Euwe dari Belanda (1935–1937) dan Alexander Alekhin dari Perancis (1937–1946).

Pasca perang dunia (PD II), FIDE melakukan reorganisasi dalam kejuaraan-kejuaran catur di bawah FIDE dalam rangka untuk menentukan juara dunia. Kejuaraan dunia yang baru ini dimulai pada tahun 1948. Juara dunia FIDE pertama adalah Mikhail Botvinnik dari Uni Soviet. Sementara itu di Indonesia dua perserikatan catur di era Hindia Belanda (NISB dan Pertjasi) menghilang setelah pendudukan Jepang. Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (sejak 1949) perserikatan catur nasional Indonesia yang terbentuk adalah Pertjasi yang memulai kejuaraan pertama tahun 1953 di Solo. Lalu bagaimana Pertjasi dengan FIDE? Yang jelas sejauh ini Indonesia sejak era Hindia Belanda belum menjadi anggota FIDE.


Ketangguhan pecatur-pecatur Uni Soviet pada era FIDE ini tidak terbantahkan. Mikhail Botvinnik sejak 1948 tak tergantikan hingga 1957 kemudian muncul nama Vasily Smyslov dari Uni Soviet yang mengampil posisi dari Mikhail Botvinnik. Namun gelar juara dunia yang sempat hilang itu kembali diraih oleh Mikhail Botvinnik. Namun dua berikutnya pada tahun 1958 diambil alih Mikhail Tal. Lagi-lagi diambil alih lagi Mikhail Botvinnik pada tahun 1961. Lalu dua tahun berikutnya tahun 1963 diambil alih oleh Tigran Petrosian.

Pada tahun 1955 salah satu (grand) master Belanda Lodewijk Prins berkunjung ke Indonesia. Saat ini yang menjadi juara Belanda adalah Dr Max Euwe. Seperti halnya Max Euwe tahun 1930, Lodewijk Prins di Indonesia tahun 1955/1956 akan melakukan tur catur termasuk melakukan pertandingan individu maupun permainan simultan di Djakarta, Semarang dan Soerabaja. Sebelumnya Dr M Euwe menulis artikel di surat kabar di Belanda yang juga dilansir di Indonesia seiring dengan kunjungan Lodewijk Prins tersebut dengan judul Schaakmeester Lodewijk Prins op tournée door Indonesië: ‘Zure’ en zoete herinneringen aan een tournée in 1930.


Di Djakarta, pada awal bulan Januari Lodewijk Prins mengalami kekalahan sekali dan satu kali remis dengan juara catur Indonesia (Pertjasi) Baris Hutagalung. Namun dalam empat game yang dilakukan akhirnya Lodewijk Prins secara keseluruhan menang 2 ½ vs 1 ½ dengan Hutagalung. Hal serupa ini juga pernah dialami oleh Dr Euwe pada tahun 1930 mengalami kekalahan dari Si Narsar dan remis dengan Si Narsar dan Si Hoekoem dan Si Toemboek di Medan. Dalam tur Lodewijk Prins ini juga mengalami kekalahan di Soerabaja melawan juara Soerabaja. Seperti kita lihat nanti Lodewij Prins menjadi juara Belanda pada tahun 1965.

Meski pernah mengalami kekalahan didengan pecatur Indonesia, Dr Max Euwe maupun Lodewijk Prins sama-sama respek dengan catur di Indonesia. Mereka berdua tampak mendukung peningkatan prestasi catur Indonesia. Seperti disebut Max Euwe dalam tulisannya bahwa junjungan Prins ke Indonesia sangat pentin untuk dunia catur internasional.


Lebih lanjut Dr Max Euwe menyatakan: ‘...ketika saya mendengar bahwa master catur Belanda kita Lodewijk Prins akan segera melakukan tur ke Indonesia dan saya diminta untuk menyampaikan beberapa patah kata mengenai hal tersebut… Penting untuk dicatat bahwa perkenalan baru antara komunitas catur Indonesia dan serikat master catur Belanda ini dapat sangat berguna bagi kehidupan catur internasional. Sekitar lima puluh negara telah menjadi anggota federasi catur dunia (yang berafiliasi FIDE) dan negara-negara Asia pertama sudah masuk nominasi. Di Cina dan India terlihat kebangkitan catur dan juga Indonesia ikut dalam kegiatan ini, yang akan membentuk zona Asia baru sesuai dengan harapan. Konsekuensinya adalah antara lain Asia, Afrika, dan/atau Australia akan mengirimkan satu atau lebih wakilnya ke turnamen klasifikasi, yang pada akhirnya harus menentukan calon juara dunia... Prins adalah salah satu pemain Belanda terkuat dan telah mencapai beberapa kesuksesan internasional. Kami mencatat hadiah pertama di turnamen 'the' di Madrid 1951, di mana ia memulai dengan skor luar biasa 10 dari 10…. Lodcwijk dalam tur ke seluruh Indonesia tidak diragukan lagi akan sukses bagi kedua belah pihak. Bahwa hal ini akan berkontribusi untuk melibatkan Indonesia dalam ajang catur dunia adalah harapan dan aspirasi Belanda dan lebih dari itu, harapan dan cita-cita komunitas internasional’.

Dalam tulisan Dr M Euwe terindikasi bahwa nama Indonesia sudah masuk radar FIDE (di Asia termasuk India dan China). Kunjuangan Lodewijk Prins tahun 1955 ini ke Indonesia diharapkan Max Euwe akan mendorong spirit pecatur Indonesia untuk mampu melangkah lebih tinggi ke ajang catur international dalam pergaulan dunia percaturan. Di mata Euwe, master Belanda Lodewijk Prins pantas sebagai duta catur Belanda ke Indonesia.


Nijmeegsch dagblad, 04-04-1956: ‘Sekembalinya dari salah satu perjalanan nusantara yang bertemu dengan puluhan orang Indonesia di papan catur, pertandingan reguler, dan kompetisi simultan yang diikuti hingga 60 orang, Lodewijk Prins di Djakarta menceritakan beberapa hal tentang pengalamannya di negeri ini. Misalnya saja, ia mengaku kaget dengan permainan Merlep Ginting mengingat kondisi yang ada, namun ia ragu apakah pantas mengirimkan pemain seperti Merlep Ginting ke laga internasional; Permainannya memiliki terlalu banyak intuitif. Prins mengapresiasi level permainan Indonesia. Dari kompetisi simultan ia mendapat pengalaman bahwa dari segi ketahanan, negara ini memiliki lebih banyak pemain bagus dibandingkan banyak negara di Eropa. Prins mencontohkan pengalamannya di Spanyol. Disana ia mampu memenangkan rata-rata 49 dari 50 pertandingan secara simultan. Namun di Indonesia ia tidak memenangkan lebih dari 60 persen pertandingannya. Lebih jelasnya, Prins mengatakan jika tim Belanda mempunyai sepuluh papan dalam pertandingan melawan tim Indonesia, maka tim Indonesia dipastikan kalah. Namun jika pertandingan dilakukan dengan seratus papan, tim Indonesia akan mengalahkan lawannya dari Belanda dengan selisih yang besar. Prins melihat peluang besar ke depan bagi para pecatur Indonesia, jika terbentuk organisasi catur yang baik. Soal performa individu pemain yang ditemuinya, Prins menyatakan Hutagalung merupakan pemain yang memiliki insting kuat. Ia menyebut Arovah Bachtiar sebagai pemain berkepala dingin, memiliki wawasan luas mengenai situasi permainan. Menurutnya, keduanya berpeluang besar meraih gelar FIDE (Fédération Internationale d'Echec) untuk memperoleh gelar master internasional. Tur Lodewijk Prins keliling Indonesia sukses besar. Di saat hubungan Belanda-Indonesia semakin memburuk dan menimbulkan ketegangan, minat yang sangat besar terhadap permainan jagoan catur Belanda tersebut. Dalam kompetisi simultan selalu ada lebih banyak peminat yang ingin menguji kekuatan mereka dengan Prins daripada batas maksimal yang telah ditetapkan, yang telah dinaikkan setinggi mungkin. Biasanya, aula tersebut ternyata terlalu kecil untuk menampung penonton. Sekembalinya ke Belanda, Prins berniat menulis buku tentang pengalaman caturnya di Indonesia’.

Pada tahun 1956 yang menjadi ketua Pertjasi adalah FKN Harahap. Tentu saja FKN Harahap mengenal Lodewijk Prins. FKN Harahap sejak 1934 telah mengikuti berbagai turnamen catur di Belanda (baru kembali ke Indonesia tahun 1950). Sudah barang tentu FKN Harahap menyambut baik kehadiran Lodewijk Prins ke Indonesia. Boleh jadi FKN Harahap tersenyum Ketika Lodewijk Prins menemui kesulitan dengan beberapa pecatur kuat Indonesia seperti Baris Hutagalung, Oei Khee San dan Merlep Ginting yang mampu mengalahkan Prins bergelar grandmaster tersebut.


FKN Harahap semakin sumringah lagi, Ketika belum lama ini salah satu pemain muda berbakat dari Bogor, Han Liong Tan menemui FKN Harahap sebagai ketua Petjasi dimana Han Liong Tan akan melanjutkan studi ke Belanda pada tahun 1956 ini. Han Liong Tan masih berusia 17 tahun. Hal serupa ini juga yang terjadi pada FKN Harahap yang berangkat studi ke Belanda pada tahun 1933 pada usia 17 tahun. FKN Harahap sejak 1934 di Belanda sudah aktif mengikuti berbagai turnamen catur di Belanda. Dua pecatur senior dan junior bertukar pikiran di kantor Pertjasi tentang keberangkatan studi ke Belanda pada usia 17 tahun. Senior menurunkan pengalaman kepada junior. Junior menyimak pengalaman senior untuk melihat masa depan sendiri. 

Tunggu deskripsi lengkapnya

NISB, FIDE dan Pertjasi Sejak Era Hindia Belanda: Indonesia Menjadi Anggota FIDE (1960) dan Han Liong Tan Juara Belanda (1961)

Di Belanda, Han Liong Tan diterima kuliah di Gemeetelijk Universiteit di Amsterdam. Studi yang akan diikuti di universitas tersebut adalah matematika dan fisika. Tentu saja di Belanda Han Liong Tan tidak sulit beradaptasi karena di Belanda masih banyak mahasiswa-mahasisa asal Indonesia yang studi di sekolah menengah dan di perguruan tinggi. Lagi pulau di Belanda sudah sejak lama keberadaan organisasi mahasiswa asal Indonesia yakni Perhimpoenan Indonesia dan Chung Hwa Hui.


Perhimpoenan Indonesia dengan nama Indische Vereeniging didirikan tahun 1908 oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan dari Padang Sidempoean. Chung Hwa Hui didirikan tahun 1911 oleh Yap Hong Tjoen dari Jogjakarta. Pada masa perang/pendudukan Jepang di Indonesia, yang menjadi ketua Perhimpoenan Indonesia adalah FKN Harahap. FKN Harahap studi di Vrij Universiteit di Amsterdam (sejak 1939 setelah menyelesaikan sekolah menengah di Belanda). Nama FKN Harahap sangat dikenal di Amsterdam karena pada saat menjadi ketua Perhimpoenan Indonesia tahun 1944/1945 memimpin demontsrasi di Amsterdam atas penjajahan Jepang di Indonesia.Demonstrasi ini dihadiri oleh massa warga Amsterdam. FKN Harahap setelah selesai studi di Belanda kembali ke Indonesia pada tahun 1950.

Dalam konteks tersebutlah kehadiran Han Liong Tan di Amsterdam. Artinya orang Indonesia dari masa ke masa tidak asing dengan kota Amsterdam (dan juga Leiden). Han Liong Tan dengan sendiri nyaman di Amsterdam. Kenyamaan itu akan sendirinya membuat pikiran Han Liong Tan tenang dan otak dengan mudah diaktifkan. Terbukti Han Liong Tan pada bulan Desember 1958 sudah mengikuti turnamen catur di Amsterdam dimana Han Liong Tan menjadi runner-up dalam klassemen akhir.


Tiba-tiba nama Han Liong Tan terkenal di Amsterdam. Seperti halnya sepak bola, permainan dan pertandingan catur adalah sangat popoler di Amsterdam. Juara dua kompetisi catur kota bukanlah hal diremehkan, apalagi runner-up itu diraih oleh orang asing dari jauh (Indonesia). Usia Tan yang masih muda juga menjadi daya Tarik bagi supporter catur di Amsterdam.  Tidak lama kemudian pada bulan Januari 1959, dengan modal runnerup di Amsterdam, Tan mengikuti kompetisi catur bergengsi di Beverwijk. Han berpartisipasi di kelas satu dimana juga terdapat pecatur kuat dari Kanada dan Jerman. Di kelas utama ada pecatur dengan gelar grandmaster. Han langsung menjadi juara di kelas 1. Sukses Han Liong Tan di Belanda tentu saja dipantau di Indonesia oleh Pertjasi khususnya sang ketua FKN Harahap. Pada tahun 1930an FKN Harahap di Belanda di kelas 1 tetapi belum pernah menjadi juara. Dengan tampilnya Han di kelas 1 dan menjadi juara membuat FKN Harahap semakin percaya diri kemampuan pecatur Indonesia di tingkat internasional. Turnamen Beverwijk adalah kompetis catur internasional. Pada tahun beriktnya 1960 Han Liong Tan kembali mengikuti turnamen Beverwijk, tidak di lagi di kelas 1b (cadangan) tetapi langsung ke kelas utama. Di dalam kelas utama ini ada pecatur kuat bergelar grandmaster seperti Jan Hein Donner pemegang juara Belanda dan Tigran Petrosian juara Rusia. Apakah Han Liong Tan mampu mengimbanginya? Sebagai pemula di turnamen internasional, Han tidak buruk. Han Liong Tan mampu menahan remis dengan Donner dan kalah sengit dengan Petrosian. Nama pecatur Indonesia segera menjadi perharian dunia catur internasional. Apa yang diharapkan oleh Dr Max Euwe beberapa tahun lalu sudah mulai catur Indonesia (Pertjasi) di jalan yang lurus menjadi anggota FIDE. Han Liong Tan telah membuka pintunya.

Kontak yang selama ini ada antara Belanda (NSB) dan Indonesia (Pertjasi) di ringkat individu antara FKN Harahap dan Han Liong Tan di satu sisi dan Dr Max Euwe dan Lodewijk Prins di sisi lain akan sendirinya mempermudah realisasi Pertjasi untuk menjadi anggota FIDE. Rekomendasi Dr Euwe dan Lodewijk Prins tidak diperlukan lagi oleh FIDE karena tulisan-tulisan kedua pecatur kuat Belanda di surat kabar sudah cukup. Performa Han Liong Tan di turnamen Beverwijk sudah menjadi jaminan mutu catur Indonesia di tingkat internasional. Pertjasi tidak perlu ditanya FIDE apakah Indonesia mengajukan diri untuk anggota FIDE, FKN Harahap sendiri sudah mempersiapkan administtasi keanggotaanya untuk FIDE.


Pada tahun 1960 FIDE kembali mengadakan turnamen zona FIDE (Fide-zone schaaktoernooi) yang kedua (lihat Nieuwsblad van het Zuiden, 11-03-1960). Disebutkan dari empat zona salah satu diadakan di Belanda yang dipilih di Nijmegen. Turnamen zona FIDE ini sebagai bagian kualifikasi perebutan gelar catur dunia berikutnya, yang finalnya baru akan dimainkan pada tahun 1963. Di seluruh Eropa turnamen zona tahun 1960 sebanyak 9 perserta yang kemudian dilakukan turnamen antar zona pada tahun 1961 dengan 22 peserta. Kemudian diadakan turnamen yang disebut kandidat pada tahun 1962, yang diadakan di bawah naungan NSB yang akan diselenggarakan oleh Federasi Catur Antilla Belanda di Willemstad, Curagao. Akhirnya, pada tahun 1963, pertandingan perebutan gelar juara dunia. Zonetoemooi 1 akan diadakan di Madrid mulai 17 Mei hingga 10 Juni. Grandmaster Donner akan bersaing untuk Belanda. Zona 3 diadakan pada periode 4 hingga 29 Mei di Budapest. Belum ditentukan siapa pemain Belanda yang akan menjadi pemenang, juga belum diketahui siapa yang akan mewakili negara kita di Nijmegen. Yang pasti pemain dari negara berikut akan hadir di Nijmegen: Jerman Barat dan Yugoslavia (keduanya dengan dua pemain), Jerman Timur, Austria, Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, Swedia, Bulgaria, Spanyol, Hongaria (Szabo), Belanda, Polandia, Rumania dan Czechoslovakia. 

Akhirnya Indonesia (Pertjasi) menjadi anggota FIDE pada tahun 1960. Indonesia sendiri sudah lama masuk radar FIDE yang pernah diungkapkan oleh Dr Max Euwe pada tahun 1956. Namun keanggota Indonesia dalam FIDE juga mempertimbangkan dalam pembentukan zona ASIA (yang juga mencakup India dan China atau Australia). Dalam fase inilah seorang grandmaster Rusia Averbach cukup lama di Indonesia (lihat Algemeen Handelsblad, 23-04-1960).


Disebutkan selama di Indonesia Averbach sangat memperhatikan Arovah Bachtiar, Max Arie Watulo dan juara Indonesia Baris Hutagalung. Pada pertandingan antara Averbach dan Baris Hutagalung sang juara Indonesia, memainkan pembukaannya dengan tidak buruk, namun sedikit terlalu pasif, dan kemudian ia juga memberikan terlalu banyak kebebasan kepada lawannya. Dia bertahan lama dan Averbach harus bekerja keras untuk meraih kemenangan, tetapi pada akhirnya dominasi spasial yang berhasil diperoleh grandmaster berpengalaman setelah fase pembukaan terbukti manjur yang berakhir pada langkah ke 58.

Pada tahun 1960 ini FIDE selain mengadakan kualifikasi perebutan juara dunia yang kedua, juga akan menyelenggarakan Olimpiade Catur yang ke-14 yang adakan diadakan di Jerman (Leipzig). Lalu bagaimana dengan pecatur Indonesia di dalam kualifikasi juara dunia dan bagaimana Indonesia (Pertjasi) berpartisipasi di olimpiade. Dalam olimpiade catur ke-14 di Jerman yang mana babak pertama dimula hari Senin tanggal 17 Oktober dan dibuka secara resmi hari Minggu 23 Oktober 1960 (lihat De Waarheid, 17-10-1960).

 

Sebanyak 40 tim mengikuti kompetisi dan dibagi menjadi empat grup penyisihan yang masing-masing berisi 10 tim. Diantara peserta adalah Tal juara dunia dan tiga mantan juara dunia Euwe, Botwinnik dan Smyslov. Ada empat negara yang pertama kali mengikuti kejuaraan catur dunia untuk tim nasional yang diselenggarakan oleh Federasi Catur Dunia (FIDE), yaitu Albania, Malta, Monaco, dan Indonesia. Tiga tim teratas dari masing-masing grup melaju ke Final A, tim menempati posisi ke-4 hingga ke-6 ke Final B, dan sisanya ke Final C. Semua grup penyisihan serta Final A dan B dimainkan sebagai turnamen round-robin, sedangkan Final C dengan 16 tim dimainkan sebagai turnamen sistem Swiss 11 putaran. Indonesia berada di Grup-1 bersama Bulgaria, Yugoslavia, Jerman Timur, Norway, Finlandia, Israel, Indonesia, Perancis, Albania dan Malta (lihat Nieuwsblad van het Zuiden, 17-10-1960). Grup 1 ini dimenangkan oleh Bulgaria, mengungguli Yugoslavia dan negara tuan rumah. Norwegia, Finlandia, dan Israel menempati posisi 4–6, sementara Indonesia, Prancis, Albania, dan Malta berada di posisi terbawah grup. Dalam putaran berikutnya Indonesia di Grup-C adalah Filipina, Mongolia, Albania, Ekuador, Portugal, Perancis, Italia, Belgium, Tunisia, Yunani, Bolivia, Monako, Irlandia, Malta dan Libanon.

Para pecatur Indonesia yang berpartisipasi dalam Olimpiade FIDE di Leipzig pada tahun 1960 adalah Max Arie Wotulo, Arovah Bachtiar, Aboebakar Baswedan, Han Liong Tan dan Dame Panggabean. Pimpinan kontingen adalah FKN Harahap (cf lihat Friese koerier: onafhankelijk dagblad voor Friesland en aangrenzende gebieden, 10-11-1960). Hasil akhir olimpiade FIDE dimana Indonesia di Grup-C dengan 27 ½ poin. Indonesia berada di peringkat kedua dimana Filipina meraih poin 28.


Dalam babak grup pada permulaan Indonesia melawan Israel dengan skor 2-1 kemenengan Indonesia dengan satu partai tunda (lihat Friese koerier: onafhankelijk dagblad voor Friesland en aangrenzende gebieden, 18-10-1960). Indonesia kalah dengan Yugoslavia 1-3 (lihat De nieuwe Limburger, 19-10-1960). Indonesia kalah 1-3 lawan Bulgaria (Lihat Het Parool, 20-10-1960). Hanya mendapat poin 1 ½ dari Prancis (lihat Leeuwarder courant: hoofdblad van Friesland, 21-10-1960). Menang 4-0 lawan Malta (lihat Trouw, 22-10-1960). Lawan Albania 1-1 dengan dua partai tunda (lihat Het vaderland, 24-10-1960). Salah satu partai Indonesia melawan Jerman Timur terjadi pertarungan sengit antara Han Liong Tan yang menang melawan A Franck dari Jerman Timur yang berakhir 2-2. Lalu Indonesia melawan Finlandia berakhir dengan skor 1 ½ vs 2 ½ sehingga hasil sementara Indonesia berada di posisi 6 dengan poin 16 1/2 (lihatAlgemeen Dagblad, 25-10-1960). Imbang 2-2 lawan Norwegia (lihat Algemeen Dagblad, 27-10-1960). Dengan demikian Indonesia mendapat total poin sebanyak 18 ½. Dalam Final Grup-C hasil Indonesia sebagai berikut: D Panggabean remis lawan F Blockx, menang lawan M Veizaj, remis dengan S Avecilla dan kalah lawan C Cormier; Han Liong Tan menang lawan A Franck (Jerman), remis dengan O Yepez, menang lawan E Konci dan A Cardoso, remis dengan R Naranja, menang lawan A Magrin; Arovah Bachtiar remis lawan A Dunkelblum, menang lawan P Aguirre; Aboebakar Baswedan remis lawan K van Schoor, remis dengan S Morales, remis B Hoxha, menang J Goncalves, kalah dari M Borja, F Palmiotto, K Mohsen dan menang lawan Mendivil; Max Watulo kalah lawan C Munoz, remis dengan J Durao, E Contedini,  dan C Boutteville, kalah dari S Momo, menang lawan A Anastasopoulos, remis dengan K Lagha dan kalah dari C Humerez Estrada.

Dalam semua pertandingan yang dilakukan Han Liong Tan tidak pernah kalah. Dimana Baris Hutagalung? Hutagalung adalah juara catur Indonesia. Sementara tim Belanda adalah pecatur-pecatur yang sudah terkenal yakni Max Euwe, Lodewijk Prins, Jan Hein Donner, Kick Langeweg.  Sedangkan dari Rusia adalah Mikhail Botvinnik, Paul Keres, Mikhail Tal, Viktor Korchnoi, Tigran V Petrosian, Vasily Smyslov. Kemungkinan Baris Hutagalung hadir tetapi kemudian tidak bermain karena alasan tertentu. Sebagaimana aturan olimpiade diterima enam pecatur setiap negara tetapi hanya empat pecatur yang bermain untuk keseluruhan kompetisi (lihat De Volkskrant,12-10-1960). Dari keenam pecatur Indonesia ke Leipzig diketuai oleh FKN Harahap (ketua Pertjasi). Sementara Han Liong Tan dari Belanda ke Leipzig, hanya lima yang langsung dari Indonesia. FKN Harahap adalah satu-satunya yang pernah ke Eropa. Bagaimana dengan Baris Hutagalung? Besar dugaan tidak siap, karena sakit di Leipzig?


Pecatur Indonesia yang sudah pernah berhadapan dengan pecatur Belanda antara lain Han Liong Tan yang remis dengan JH Donner (remis). Tan juga pernah bertemu dengan Togran Petrosin (tapi kalah). Lodewijk Prins Ketika tur ke Indonesia 1955 pernah kalah dari Baris Hutagalung dan pernah mengalahkan Arovach Bactiar. Max Euwe pernah tur ke Indonesia tahun 1930.

Debut Indonesia di Olimpiade FIDE tahun 1960 tidak buruk untuk level Eropa tetapi cukup bagus untuk level Asia. Pencapaian tim Asia pada posisi pertama adalahg Israel dengan poin 19 yang kemudian disusul Indonesia beda setengah poin (18 ½). Lalu India dan Mongolia masing-masing dengan 15 ½ poin dan kemudia Filipina 13 ½ poin serta Lebanion dengn 2 poin. Namun perlu dicatat bahwa meski Israel dengan posisi pertama tetapi karena head to head Indonesia mengalahkan Israel, maka tim dari Asia dapat dikatakan secara defecto yang terbaiik. Lebih-lebih Han Liong Tan dalam semua partainya tidak pernah kalah yang juga mendapat medali individu. Pertandingan dalam grup ini cukup penting karena setiaptim Asia bertemu satu atau dua tim Eropa yang kuat. Lalu bagaimana dengan Filipina? Yang jelas Indonesia baru pertama kali ikut olimpiade catur FIDE.


Kota Leipzig telah membawa keberuntungan bagi tim catur Indonesia dengan prestasi lumayan. Kota Leipzig seakan mengingatkan sejarah catur Indonesia di masa lampau. Adalah Armin von Oefele yang menulis sejarah catur Batak yang kemudian diterbitkan pada tahun 1904 di kota Leipzig. Sejak itu nama pecatur Batak dikenal di dunia internasional. Salah satu nama yang dicatat dalam buku tersebut adalah Si Narsar. Dalam buku ini juga dideskripsikan catur Batak sendiri, suatu catur tradisi yang mirip dengan catur Eropa. Tim Indonesia ke Leipzig dalam olimpiade FIDE ini dari enam pecatur terdapat tiga pecatur Batak: FKN Harahap, Baris Hutagalung dan Dame Panggabean. Namun diantara keenam pecatur Indonesia hanya Han Liong Tan yang bersinar.

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar