Sabtu, 04 November 2023

Sejarah Catur (6):Klub Satoer Batak Batavia dan Midden-Java Schaakbond; Klub Catur dan Nederlandsch Indischen Schaakbond


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Federasi catur nasional Hindia sudah dibentuk pada tahun 1914 di Jogjakarta. Setelah satu decade, nun jauh di Eropa dibentuk federasi catur internasional di Paris dengan nama Fédération Internationale des Échecs atau Federasi disingkat FIDE. Pada saat yang bersamaan di Hindia akan dibentuk perserikatan catur Jawa Tengah (Midden-Java Schaakbond). Sesunguhnya apa yang sedang terjadi dalam dunia catur di Hindia Belanda?


Para pecatur Batak migrasi ke Batavia, 1926. Kisah pecatur dua anak Batak (dan juga tentang studi catur di Eropa) yang menghebohkan orang-orang Belanda di Medan menjadi tonggak pemberitaan catur di Indonesia khususnya di Tanah Batak dan Medan telah lama berlalu. Selanjutnya berita para pecatur Batak telah bergeser dan migrasi ke Batavia. Koran Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926 mengabarkan bahwa klub catur orang Batak yang bernama ‘Jong Batak’ telah didirikan di Batavia beberapa bulan lalu yang anggotanya orang-orang muda dari Tanah Batak. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 21-08-1926 juga memberitakan kabar ini dan menambahkan dalam beritanya klub catur "Jong Batak", kemarin malam bertamu ke klub catur Zustervereeniging ‘Schaakmat’ yang bertempat di aula Waterlooplein. Pada pukul 09:30, pertandingan catur beregu dimulai dengan hasil imbang. Meski hasilnya imbang, para pemain ‘Schaakmat’ yang tergolong tim terkuat di Batavia, memberikan pujian untuk melihat bahwa "Jong Batak" adalah lawan yang mana harus diperhitungkan. Dalam pertandingan ini ‘Schaakmat’ berada di papan catur dengan warna putih (https://akhirmh.blogspot.com/2014)

Lantas bagaimana sejarah klub Satoer Batak di Batavia dan Midden-Java Schaakbond? Seperti disebut di atas, terjadi dinamika dunia percaturan yang cepat di Eropa dan di Hindia. Klub-klub catur dan Nederlandsch Indischen Schaakbond (NISB) di Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah klub Satoer Batak di Batavia dan Midden-Java Schaakbond? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Klub Satoer Batak di Batavia dan Midden-Java Schaakbond; Klub-Klub Catur dan Nederlandsch Indischen Schaakbond

Pada tahun 1913 saat mana pecatur Batak jenius Si Narsar dari Tanah Karo melakukan tur catur di Jawa, belum seberaapa banyak orang Batak di Jawa khususnya di Batavia. Umunya orang Batak yang ada di Jawa terutama di Batavia berasal dari Angkola-Mandailing. Mereka umumnya studi di berbagai sekolah di Batavia dan Buitenzorg.


Pada tahunh 1854 dua siswa asal afdeeling Angkola Mandailing diterima di sekolah kedokteran di Batavia. Kedua siswa itu adalah Si Asta Nasoetion (dari onderafdeeling Mandailing) dan Si Angan Harahap (dari onderafdeeling Angkola). Mereka berdua adalah siswa pertama yang diterima di sekolah kedokteran yang dibuka tahun 1852 tersebut yang berasal dari luar Jawa. Hal itu terus berlangsung hingga tahun 1913 dimana jumlah orang Angkola Mandailing terbilang dominan. Bagaimana dengan yang berasal dari Karo? Yang jelas di wilayah Toba belum lama situasi dan kondisi tenang (pasca perlawanan Sisingamangaradja tahun 1907). Pada tahun 1907 dibentuk afdeeling Simaloengoen en Karolanden. Siswa asal Angkola Mandailing tidak hanya studi ke Jawa (Batavia dan Buitenzorg) juga ke Belanda. Pada tahun 1919 Dr Abdoel Rasjid Siregar dkk mendirikan organisasi kebangsaan yang diberi nama Bataksche Bond. Selama mahasiswa Abdoel Rasjid Siregar adalah pemain catur yang tergabung dalam klub STOVIA. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1920 jumlah orang Batak di Jawa sebanyak 868 jiwa. Pada tahun 1923 seorang jurnalis asal Padang Sidempoean di Batavia, Parada Harahap menerbitkan surat kabar Bintang Hindia. Lalu pada tahun 1925 Parada Harahao mendirikan kantor berita pribumi, Alpena dengan pemimpin redaksi WR Soepratman. Pada tahun ini juga Sanioesi Pane dkk mendirikan organisasi kepemudaan Jong Batak. Pada tahun 1926 Parada Harahap mendirikan lagi surat kabar baru dengan nama Bintang Timoer.

Nama Si Narsar sudah lama tidak terdengar, tetapi tetap menjadi bagian dari permvicaraan nasional dan internasional dalam hal catur. Disebutkan Si Narsar sudah lama tidak bermain carur lagi. Namun tidak terduga, dalam tur dunia Boris Kostić singgah di Medan tahun 1925, sebelum ke Singapoera dan Hongkong. Klub catur di Medan menyiapkan enam meja dalam pertandingan simultan melawan Boris Kostić. Tiga meja untuk jagoan catur Medan (orang Eropa/Belanda); dan tiga meja lainnya untuk tiga pecatur Tanah Karo yang sengaja diundang yakni Si Narsar dan dua pecatur muda Si Toemboek dan Si Hoekoem.


Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 23-10-1925: ‘Kostich tegen de Batakkers. Jumlah peminat catur di Medan membludak, di Medan Hotel untuk menyaksikan pertandingan catur yang luar biasa antara Master Kostich dan pemain Batak terkuat. Pukul setengah tujuh pertandingan dimulai. Para pemain Batak duduk di tiga meja yang berbeda: Si Narsar, Si Tumboeq dan Si Hoekoem. Juara Eropa Kostich agak kewalahan dengan Si Toemboek. Si Narsar dengan jaket putihnya tidak terlihat istimewa. Dia duduk dan bermain dengan tenang. Dan di seberangnya, di tiga meja lainnya, master Kostich terlihat santai. Namun Kostich karena para Bafakker itu sepertinya mengganggunya. Dia harus hati-hati dan itu istimewa Si Tumboeq. yang dia awasi. Si Tumboeq, seorang pemain yang tidak berani dan tidak mau mengambil resiko, yang membiarkan pionnya maju begitu saja, tanpa mengetahui apakah putih akan mengikuti lebih jauh. Kostich sesekali memandangnya dengan curiga dan setelah mempertimbangkan dengan cermat dia menjawab pemain ini. Pertandingan seru karena itu sekitar jam satu pagi pertandingan selesai. Sang master catur telah menguasai ketiganya, namun seperti yang ia nyatakan sendiri, ia sangat sibuk, terutama dengan Si Tumboeq, si nomor satoe dari masyarakat Batak. Saya sangat mengagumi permainannya. Saya berbuat lebih banyak, karena saya melihat orang Batak ini cara bermain Eropa selama pertandingan. Dan apa yang bisa saya lakukan dengan karya ini atau itu. Sebab, seperti yang saya ketahui, masyarakat Batak bermain dengan caranya masing-masing. Kostich berangkat ke Singapura untuk melanjutkan perjalanan dunia pertamanya. Saya akan ke Hong Kong untuk pertama kalinya’. Catatan: Boris Kostić kelahiran Hongari, juara catur Eropa, dianugerahi gelar Grandmaster oleh FIDE pada tahun 1950, dalam daftar perdananya.

Pecatur Batak tidak ada habisnya, setelah pecatur legenda Si Narsar sudah mulai berakhir, dari Tanah Karo sudah muncul dua pecatur muda Si Toemboek dan Si Hoekoem. Pecatur Batak tidak hanya kuantitas juga kualitas. Juara Eropa Kostich menganggap pecatur Batak sangat kuat (lihat Deli courant, 12-05-1926). Disebutkan master catur ternama Kostich baru-baru ini menyatakan di sebuah majalah berbahasa Inggris bahwa beberapa pemain Batak (Karo) bermain lebih kuat dari pemain liga utama terbaik di Jawa (NISB). Bagaimana dengan pecatur dari Toba dan Angkola Mandailing? Yang jelas pada tahun 1926 di Batavia telah didirikan klub catur Batak (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926). Disebutkan klub catur orang Batak yang bernama ‘Jong Batak’ telah didirikan di Batavia beberapa bulan lalu yang anggotanya orang-orang muda dari Tanah Batak.


Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 21-08-1926: Klub catur "Jong Batak", kemarin malam bertamu ke klub catur Zustervereeniging ‘Schaakmat’ yang bertempat di aula Waterlooplein. Pada pukul 09:30, pertandingan catur beregu dimulai dengan hasil imbang. Meski hasilnya imbang, para pemain ‘Schaakmat’ yang tergolong tim terkuat di Batavia, memberikan pujian untuk melihat bahwa "Jong Batak" adalah lawan yang mana harus diperhitungkan. Dalam pertandingan ini ‘Schaakmat’ berada di papan catur warna putih.

Klub catur Jong Batak adalah klub catur yang dibentuk di bawah organisasi kepemudaan Jong Batak. Seperti halnya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, organisasi kepemudaan Jong Batak umumnya beranggotakan pelajar dan mahasiswa yang didirikan tahun 1925. Klub catur Shaakmat adalah salah satu klub catur di Batavia yang umumnya orang Eropa/Belanda. Meski para pemain Jong Batak masih muda-misa sudah mampu bersaing dengan Schaakmat (klub terkuat di Batavia selama ini). Salah satu pemain Schaakmat (lihat daftar) adalah pribumi, Dr Sardjito. Catatan: Dr Sardjito dokter lulusan STOVIA yang pada tahun 1918 melanjutkan studi ke Belanda. Setelah menyelesaikan gelar dokter di Amsterdam, Sardjito lanjut ke program doctor. Sardjito meraih gelar doctor (Ph.D) pada tahun 1923.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Klub-Klub Catur dan Nederlandsch Indischen Schaakbond: Satoer Batak Klub Catur Terkuat di Batavia

Dalam pertumbuhan permainan catur di Hindia Belanda, sudah sejak lama terbentuk klub-klub catur di berbagai tempat/kota. Pasca pertandingan catur se-Jawa yang diadakan di Jogjakarta (diselenggarakan tuan rumah Jogjasch schaak Vereeniging) pada tahun 1914, kemudian dibentuk federasi catur seluruh Hindia Belanda (Nederlandsch Indischen Schaakbond=NISB). Para tokoh-tokoh awal NISB ini antara lain adalah Gouwentak, Bleykmans, van der Vecht dan Hageman.


Namun tidak lama kemudian di wilayah Jawa Tengah dibentuk Midden Java Schaakbond (lihat De locomotief, 23-07-1917). Disebutkan kemarin diadakan pertandingan catur besar di Solo antara klub catur Surabaya (Schaakclub Soerabaja) dan klub catur Jawa Tengah (Schaakclubs van Midden-Java) yang terdiri Semarang, Magelang, Jogja dan Solo. Lantas mengapa di komunitas catur di empat kota di Jawa Tengah digabung? Apakah jumlah pemaian catur di Jawa sedikit untuk mengimbangi jumlah pemain catur yang tergabung dalam klub catur Surabaja? Yang jelas belum pada bulan April sebelumnya kongres NISB diadakan di Semarang yang dihadiri 40 klub yang juga dilangsungkan kompetisi. Dalam pertandingan beregu di Solo tersebut klub catur Surabaya menang dengan skor 12 ½ vs 9 1/2. Pemain Surabaya tampaknya semua orang Eropa/Belanda, tetapi di dalam tim Midden Java terdapat nama-nama pribumi seperti Soediono, Sosrosoegondo dan Somidjo. Seperti biasa dalam pertandingan beregu sang jagoan vs sang jagoan yang demikian seterusnya berdasarkan peringkat di klub (biasanya didasarkan peringkat di dalam kompetisi internal klub). Juara Soerabaja adalah Belykmans. Soediono diduga adalah mahasiswa STOVIA di Batavia yang tengah libur pulang kampong. 

Demikianlah seterusnya NISB eksis dengan menyelenggarakan kongres dan pertandingan kompetisi di bawah NISB. Tentu saja ada juga pertandingan-pertandingan lain di luar NISB yang diselenggarakan oleh dua perserikatan (bond) atau dua klub yang anjangsana. Namun dalam perkembangannya mulai muncul persaingan antar kota dalam urusan organisasi. Di Jawa Tengah pada tahun 1924 muncul gagasan untuk membentuk federasi sendiri yang terpisah dari federasi NISB. Apa yang menyebabkan timbulnya demikian?

 

De Preanger-bode, 30-08-1924 Kami mengetahui ada rencana di Jawa Tengah untuk membentuk Federasi Catur Jawa Tengah. Tidak begitu jelas bagi kami untuk tujuan apa didirikannya federasi catur kedua. Orang terkadang fokus pada kehidupan catur di Belanda. Untuk memulihkan Hindia Belanda ke tingkat sebelum berdirinya NISB? Siapa yang rela mengeluarkan biaya untuk memusatkan kehidupan catur di Hindia? Tangan ke dirimu sendiri, pemain catur? Dari Jawa Tengah! Tidak ada ruang untuk dua federasi catur disini di Hindia Belanda. Kami memiliki NISB kami, yang menaklukkan tempatnya dibawah matahari dengan berjalan kaki dan merupakan tugas Anda untuk bekerja sama dalam hal ini. Jangan hancurkan dengan kekerasan kasar apa yang telah dibangun orang lain untuk Anda melalui kerja keras’.

Sesungguhnya apa yang tengah terjadi di dunia catur Hindia Belanda? Yang jelas perserikatan semakin bertambah dari waktu ke waktu, demikian juga klub-klub catur juga bertambah di dalam internal perserikatan. Di perserikatan catur Batavia paling tidak sudah ada dua klub catur yang beranggotakan semuanya pribumi yakni klub catur STOVIA dan klub catur Jong Batak. Klub catur SYOVIA sudah eksis tahun 1917 dimana sebagai sekretaris adalah Abdoel Rasjid Siregar. Sementara pelajar/mahasiswa Batak secara khusus telah mendirika klub catur Jong Batak pada tahun 1924.


Sekolah kedokteran di Batavia yang didirikan tahun 1851 yang kemudian disebut Docter Djawa School, pada tahun 1902 kurikulumnya diubah dan Namanya juga diganti menjadi sekolah kedokteran STOVIA. Pada saat itu boleh dikatakan STOVIA adalah satu-satunya di Hindia Belanda yang dikategorikan sebagai perguruan tinggi. Pada tahun 1904 mahasiswa STOVIA sudah membentuk klub sepak bola yang tergabung dan berkompetisi di dalam perserikatan Batavia (Bataviasch Voetbalbonn=BVB). Klub ini sejak tahun 1913 tidak lagi berpartisipasi dalam kompetisi BVB. Dalam konteks inilah kemudian muncul klub catur di lingkungan mahasiswa STOVIA yang digagas oleh Abdoel Rasjid Siregar. Klub STOVIA direncanakan akan bergabung NISB pada tahun 1918 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-10-1917).

Dalam perkembangannya klub catur Jong Batak tidak terdeteksi lagi. Hal ini boleh jadi setelag Kongres Pemuda 1928 organisasi kepemudaan mulai dilikuidasi seiring dengan pembentukan organisasi tungga kepemudaan yang disebut Indonesia Moeda. Tentu saja dal hubungan ini tidak terkait dengan klub catur STOVIA yang bukan organisasi kepemudaan, Lalu pada tahun 1931 para pelajar dan pemuda Batak mendirikan klub catur di Batavia yang diberi nama Satoer Batak.


Bataviaasch nieuwsblad, 28-12-1931: ‘Telah didirikan organisasi catur (Batak vereeniging van Bataksche Schaker). Pendirian ini digagas oleh JH Hoetabarat yang diberi nama "Satoer Batak". Nama orgnisasi ini sesuai dengan lapal di Tanah Batak tentang catur yang desebut satur’.

Klub-klub catur di Batavia yang masih eksis juga termasuk STOVIA. Klub lainnya antara lain adalah Kramat, De Pion dan Schackmat. Dalam klub klub Kramat ini termasuk pemain asal Batak bermarga Harahap. Adanya anak Batak di tim bangsa Belanda karena ada motto dalam dunia catur: ‘gens una sumus’ yang artinya kita semua bersaudara. Belum pernah didengar dalam permainan catur terjadi tawuran—mungkin ini bedanya otak dengan otot. Klub Satoer Batak di Batavia tergabung dalam NISB.


Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 26-03-1932, melaporkan bahwa Ned.-Ind. Schaakbond (NISB) yang dipimpin ketua J.H. Ritman melangsungkan rapat umum. Pimpinan klub yang hadir antara lain, klub dari Ungaran, Jember dan Lawang; klub Djien Gie Lee Tic Sien dari Surabaya, klub ‘Satoer Batak dan klub De Pion dari Batavia; klub Bubble Tower dari Sungei-Gerong; klub Lua Chiao Tsin Nien Hui dari Surabaya; klub dari Plaju, klub dari Padang, klub Mr. Cornelis dari Batavia; klub dari Semarang dan klub dari Bandung serta klub dari Majalengka. Koran ini juga menyajikan struktur organisasi dan bidang-bidangnya yang merupakan hasil kongres pada tanggal 2 April 1931.

Pada bulan April 1932 klub Satoer Batak melakukan pertandingan anjangsana di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 04-04-1932). Disebutkan pada hari Kamis pukul 20:00 di klub Mr. Cornelis di Batavia telah dilangsungkan pertandingan persahabatan antara klub catur "Satoer Batak." dengan tim dari klub "Mr Cornelis". Tim dari klub Mr. Cornelis juga diperkuat beberapa pemain dari Schackmat, Kramat. Dalam pertandingan beregu ini terdapat sebanyak 20 partai (20 vs 20 pecatur).


Berikutnya, koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 05-04-1932, melaporkan pertandingan persahabatan beregu antara klub De Pion dengan klub ‘Satoer Batak’ yang terbagi dua kelompok. Kelompok pertama berakhir imbang, dan kelompok kedua dimenangkan oleh ‘Satoer Batak’. Selanjutnya, koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 12-04-1932 juga kembali melaporkan pertandingan yang dilakoni tim 'Satoer Batak'. Pertandingan pertama antara Schaakmat melawan ‘Satoer Batak’. Tim Satoer Batak memiliki tiga kali dalam kemenangan gemilang. Pertandingan kedua 'Satoer Batak' melawan tim De Pion, yang mana tim 'Satoer Batak' menang dengan skor 15-7.

Klub Satoer Batak melakukan pertandingan anjangsana dengan klub Schaakmat (lihat Soerabaijasch handelsblad, 29-04-1932). Disebutkan pertandingan yang dillangsungkan pada 19 April antara dua klub terkuat di Batavia, yakni Schaakmat vs 'Satoer Batak'. Pertandingan yang diselenggarakan di KSB itu dipadati oleh penonton yang datang berbondong-bondong, yang ingin mengikuti permainan dua klub itu. Pada partai-pertai awal banyak pemain Schaakmat 'dibantai' yang mana tim 'Satoer Batak' leading dengan memimpin 6-0.


Urutan pertandingan dimulai dari jagoan sampai yang lemah (seperti beregu dalam bulutangkis). Namun demikian, hasil keseluruhan berakhir dengan skor 13 1/2 -12 1/2. Pada partai pertama berhadapan juara dari Java Champion WF Werthelm dari klub Schaakmat berhadapan dengan pimpinan klub 'Satoer Batak', JH Hoetabarat. Dalam pertandingan ini pemain Schaakmat yang bertanding diantaranya Ehee, Ritman, Llchtendahl, Frahm, Verstoep, Rumate, Rosmüller, dan Wensveen.

Pada bulan Mei klub Satoer Batak melakukan kompetisi internal untuk menentukan peringkat diantara para anggota (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 02-05-1932). Disebutkan hasil kompetisi internal klub 'Satoer Batak' yang anggotanya sebanyak 52 pemain. Secara keseluruhan, tidak kurang dari 1.326 partai akan diperlukan dalam kompetisi internal ini. Untuk sementara W Hoetabarat berada di peringkat teratas, disusul JSM Hoetabarat dan F Panggabean. W Hoetabarat sudah memainkan 16 partai, sementara JSM Hoerabarat dan F Panggabean, masing-masing baru memainkan 14 partai.


Salah satu pemain yang berpartisipasi dalam kompetisi internal klub catur Satoer Batak ini adalah F Harahap. Dapat dikatakan F Harahap adalah pemain termuda baru berusia 15 tahun duduk di sekolah menengah. F Harahap kelahiran Depok. Frits Harahap adalah anak pemain catur pendeta Emil Harahap di Depok.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar