Jumat, 05 Januari 2024

Sejarah Bahasa (218): Bahasa Salas di Pulau Seram dan Kampong Gorom Tempo Doeloe: Bula Ibukota Kabupaten SeramBagianTimur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Salas adalah bahasa yang dituturkan di pulau Seram di desa Salas kecamatan Bula, kebupaten Seram Bagian Timur. Penutur bahasa Salas ini berbatasan dengan penutur bahasa Dawan di sebelah timur dan dan bahasa Hoti di sebelah barat serta bahasa Elnama di sebelah selatan. Bahasa-bahasa ini memiliki perbedaan yang cukup besar. Nama desa lainnya di kecamatan Bula adalaj Bula Air Fatolo, Englas, Fattolo, Kampung Gorom, Kampung Wailola, Limumir, Salas, Sesar dan Tansi Ambon.


Morfologi Bahasa Salas. Helmina Kastanya. Kantor Bahasa Provinsi Maluku. Morfologi dalam bahasa Salas dapat diuraikan berikut ini, 1. Kelas Kata. Kelas kata dalam bahasa Salas terdiri atas kelas kata verba, adjektiva, nomina, pronomina, dan numeralia. Semua kelas kata dalam bahasa Salas hanya memiliki bentuk dasar dan tidak memiliki bentuk turunan. a. verba, Verba dalam bahasa Salas hanya terdiri atas verba asal dan tidak memiliki verba turunan. b. adjektiva. Ciri morfologis yang menandai adjektiva dalam bahasa Salas yaitu terdapat morfem lalin di depan morfem dan suku kata tertentu. c. Nominam Promina dan Numeralia. 1. Secara morfologis, nomina dalam bahasa Salas hanya berbentuk kata dasar… (https://www.academia.edu/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Salas di pulau Seram dan kampong Gorom tempo doeloe? Seperti disebut di atas bahasa Salas dituturkan di desa Salah. Bula kini menjadi ibukota kabupaten Seram Bagian Timur. Lalu bagaimana sejarah bahasa Salas di pulau Seram dan kampong Gorom tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Salas di Pulau Seram dan Kampong Gorom Tempo Doeloe: Bula Ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur

Bahasa Salas adalah bahas unik, berbeda dengan bahasa-bahasa lain di pulau Seram. Satu yang terpenting dalam bahasa Salas adalah penyebutan bilangan: mehe=satu, dua=ainlua, lima=ainlima, tujuh=ainhit, sembilan=ainsiwa serta ainfuca (sepuluh). Untuk bilang belasan: tiga belas=fica kelatul, empat belas=fuca kelahata, enam belas=fuca kelanum, delapan belas=fuca kelawal dan sembilan belas=fuca kelasiwa.


Sebutan sistem bilangan belas ini tidak banyak ditemukan, ada dalam salah satu bahasa di Flores, bahasa di Filipina dan juga dalam bahasa Batak: 11=sampulu sada, 12=sampulu dua, dst. Sistem ini bersifat biner, lalu diikuti 21=duapuluh sadam 22=duapuluh dua, 23=duapuluh tolu, dst. Akan tetapi dalam bahasa Salas menjadi 23=futi lua kelatul, 24=futi lua kelahata. Penyebutan belas terdapat dalam bahasa Melayu/Indonesia.

Desa Salas wilayahnya di tenggara, wilayah terjauh dari kota Bula (kini ibu kota kecamatan). Desa Salas ini dari pesisir pantai hingga jauh ke pedalaman. Oleh karena itu di masa lampau nama Salas ini kurang terinformasikan. Hanya nama Bula yang mengemuka. Nama Bula juga adalah nama sungai (lihat Tijdschrift voor nijverheid en landbouw in Nederlandsch-Indie, 1865). Nama Bula kemudian juga terinformasikan sebagai nama kampong/negeri (lihat Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, 1868).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bula Ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur: Penutur Bahasa Kelompok Populasi Kecil

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar