Rabu, 24 Januari 2024

Sejarah Bahasa (257): Bahasa Mairasi Teluk Sisir di Kampong Marsi di Kaimana; Nama Lama Kaimana Namatota dan Teluk Bitsjara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Mairasi dituturkan di Kampung Marsi (Sisi), Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Mairasi dituturkan juga oleh masyarakat yang tinggal di sebelah timur, barat, utara, dan utara Kampung Marsi. Bahasa Mairasi berbeda dengan bahasa Kamberau, bahasa Kiwa dan bahasa Irarutu.


Kabupaten Kaimana adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat. Kabupaten Kaimana berdiri 2002 ibukota kabupaten di distrik Kaimana. Secara morfologi Kabupaten Kaimana meliputi wilayah datar hingga berbukit-bukit dan bahkan bergunung yang tertinggi 2.800 M dpl. Kaimana berada di sepanjang pantai berbatasan langsung dengan bukit memanjang sejajar pantai. Jadi pengembangan kota hanya mungkin mengikuti garis pantai. Daftar kecamatan dan kelurahan di kabupaten Kaimana. Distrik Kaimana, ibu kota di Kaimana terdiri 2 kelurahan, yaitu kelurahan Kaimana Kota dan Kelurahan Krooy serta 17 kampung; Distrik Teluk Arguni Atas, ibu kota di Funiara dan terdiri 29 kampung; Distrik Teluk Etna, ibu kota di Kiruru dan terdiri 5 kampung; Distrik Buruway, ibu kota di Kambala terdiri 10 kampung; Distrik Teluk Arguni Bawah, ibu kota di Tanusan terdiri 15 kampung; Distrik Kambrauw, ibu kota di Waho terdiri 7 kampung; serta Distrik Yamor, ibu kota di Urubika terdiri 6 kampung (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Mairasi di kampong Marsi teluk Sisir teluk Bitsjara di Kaimana? Seperti disebut di atas bahasa Mairasi dituturkan di teluk Sisir. Nama Kaimana, Namatota dan teluk Bitsjara tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah bahasa Mairasi di kampong Marsi teluk Sisir teluk Bitsjara di Kaimana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Mairasi di Kampong Marsi Teluk Sisir di Kaimana; Nama Kaimana, Namatota dan Teluk Bitsjara

Jauh sebelum nama Kaimana dikenal, di Kawasan yang sudah terinformasikan adalah selat Moorestraat (selat Moor). Pada peta 1695 diduga adalah selat ini diduga Bitsjara (kini teluk Sisir). Keutaam wilayah sekitar mulai dari teluk Triton di selatan hingga teluk Bitsjara di utara Kaimana karena kedalaman air di teluk cukup dalam. Dengan berlindung di teluk yang aman dari badai juga dapat bersandar ke pantai tanpa khawatir kandas menjadikan kawasan sebagai kawasanpos perdagangan awal.


Nama Moorestraat diduga terkait dengan nama (orang) Moor. Orang Moor adalah pelaut-pelaut ulung dari teluk Mediterania, yang dianggap sebagai pendahulu pelaut-pelaut Portugis ke Hindia Timur. Partner pelaut Moor adalah pedagang-pedagang Aroe di pantai timur Sumatra. Nama Aroe dan nama Moor banyak teridentifikasi sebagai nama geografis mulau dari Sumatra, pantai utara Borneo, Sulawesi, Maluku hingga ke pantai selatan Papua seperti Morotai, Muar, Morehead hingga (Port) Moresby, (pulau) Saparoea, dan pulau Aroe.  Setelah kehadiran Portugis mulai muncul nama-nama tempat yang merujuk Portugis seperti pulau Kei dan mungkin nama Kaimana. Teluk dalam bahasa Portugis adalah Cayo yang bergeser menjadi kai atai kei.

Pada era Pemerintah Hindia Belanda wilayah pantai barat Papua mulai mengeksplorasi perdagangan dengan membangun benteng du Buis di teluk Triton pada tahun 1820. Seperti disebut di atas teluk Triton ini sangat terlindung dari lautan dengan kedalaman rata-rata antara 50-100 meter. Salah satu pulau utama di teluk Triton adalah pulau Maoewara dan pulau Samisarom. Bagaimana dengan di teluk Kaimana, teluk Bitsjaroe?


Di Teluk Bitsjaroe tidak ada nama tempat yang diidentifikasi. Nama yang diidentifikasi di sisi barat semenanjung teluk adalah kampong Kaimana. Dua nama kampong lain yang diidentifikasi adalah Siaue dan Matoea bagian barat semenanjung Simora. Di bagain dalam teluk Bitsjara diidentifikasi lanskap Sisiandang. Sementara di jalan masuk ke teluk diidentifikasi nama pulau Nematota.

Sejak 1898 Pemerintah Hindia Belanda mulai membentuk cabang pemerintahan di wilayah Papua dengan membentuk dua afdeeling; yang mana di afdeeling Zuid en Wesr Niwuw Guinea dengan ibu kota di Sorong yang terdiri tiga onderafdeeling: Sorong, Kokas (Semenanjung Onin dan Teluk Bintuni) dan Fakfak (wilayah selatan Semenanjung Onin hingga teluk Triton). Pedagang-pedagang yang mencapai wilayah selatan adalah pedagang Arab. 


Pada tahun 1901 satu ekspedisi pemerintah berangkat dari Dabo (Aroe) dan kemudian mendarat di kampong Kaimana dimana terdapat pedagang Arab (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 24-05-1901). Disebutkan pedagang Arab ini yang bisa sedikit berbahasa Kaimana menjadi penerjemah untuk bertemu penduduk. Penduduk asli berada di bagian dalam teluk di muara sungai. Pejabat bernama van Dissel disebutkan segera mulai menyusun daftar kosa kata dan merasakan bahwa bahasa Kaimana hampir tidak ada kemiripan dengan bahasa Fak-Fak (Semenanjung Onin). Van Dissel mulai berpikir bahasa jumlah bahasa di Papua tidaklah sendikit. Setekah di Kaimana ekspedisi dengan menggunakan kapal Japara ini melanjutkan ke pulua Aidoema (di arah tenggara pulau Kajoe Merah dan pulau Lakahia). Disebutkan bahasa Lakahia juga berbeda dengan bahasa teluk Pisang (Semenanjung Onin).

Secara perlahan-lahan wilayah Papua bagian barat ini diperluas cabang pemerintahan hingga di Merauke (untuk membatasi masuknya pedagang-pedagang Inggris dari Australia).


Dalam perkembangannya dilakukan reorganisasi yang mana onderafdeeling Kokas dilikuidasi yang dimasukkan ke onderaf. Fakfak, sementara dibentuk onderaf yang baru (Inanwatan). Berdasarkan Stbls 1937 di wilayah Fakfak terdiri dari distrik-distrik: Fakfak, Kokas, Kaimana dan Mandiwa (teluk Triton, Kajoe Merah dan Lakahia).

Distrik Kaimana bermula dari nama kampong Kaimana. Suatu kampong yang dijadikan nama wilayah yang sekaligus menjadi sebagai ibu kota distrik. Pada masa ini distrik Kaimana menjadi wilayah kabupaten Kaimana yang mana wilayah distrik Kaimana yang sekarang meliputi teluk Kaimana, teluk Bitsjara dan teluk Triton.


Nama Kaimana, paling tidak pertama kali terinformasikan pada tahun 1891 (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 29-10-1891). Disebutkan tanggal 18 Februari dari Namatotta yang mana pejabat setingkat Controleer berangkat dari Dobo (Aroe) ketika tiba kapal di Namatotta diserang dan dikejar oleh penduduk asli, Kapal dimusnahkan dan kemudian dibongkar dan dibakar di Caimana. Lalu kemudian semua penduduk desa yang bersalah telah melarikan diri hukumannya beralih ke pembakaran dan penghancuran rumah-rumah kebun dan pohon buah-buahan. Boleh jadi sejak inilah pemerintah menjadikan Kaimana sebagai kedudukan pejabat di pantai barat Papua. 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Kaimana, Namatota dan Teluk Bitsjara: Sejak Era Navigasi Pelayaran Perdagangan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar