*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini
Seiring dengan penulisan Sejarah Indonesia, sebanyak 10 jilid dan akan diumumkan ke publik pada tanggal 17 Agustus 2025, akan ditampilkan serial artikel Sejarah Indonesia dalam 10 jilid. Setiap artikel ditulis secara random dengan memberi nomor untuk identifikasi artikel yang dimaksud masuk ke jilid berapa. Artikel pertama Sejarah Indonesia diberi judul: Pra Sejarah Penulisan Sejarah Indonesia; Data Membentuk Judul vs Judul Mencari Informasi. Artikel nomor Jilid 1-1 adalah kode navigasi artikel pertama di Jilid 1.
Kerangka Konsep Penulisan “Sejarah Indonesia”. Dasar Pemikiran: Setiap generasi menulis sejarahnya sendiri. Selama ini telah terbit dua buku “sejarah resmi” yaitu SNI (6 Jilid) dan IDAS (8 Jilid). SNI terbit pertama kali 1977. IDAS dirintis pada tahun 2002. Kini setelah 12 tahun sejak IDAS, dianggap suatu kebutuhan untuk menulis ”baru” buku sejarah Indonesia dan dianggap perlu dan segera untuk menulis (kembali) perjalanan sejarah Indonesia dalam suatu buku resmi (official history), yang didanai oleh pemerintah c/q Kementerian Kebudayaan R.I. bekerjasama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI). Konseptual: “Keindonesiaan” akan diamati dalam proses pembentukannya sejak masa awal hingga kontemporer. Format penulisan dengan lebih menonjolkan peran orang Indonesia. Perspektif atau cara pandang “Indonesia-sentris” menjadi pegangan penulisan, tanpa mengabaikan perspektif lainnya yang akan memperkaya pembentukan “keindonesiaan”. Tujuan: untuk menghasilkan buku yang merupakan “Sejarah Resmi” (official history) dengan orientasi dan kepentingan nasional, untuk meningkatkan rasa kebangsaan (nasionalisme) dan cinta tanah air tanpa bersifat “nasionalistik”. Buku ini akan ditulis sebanyak 10 (sepuluh) jilid oleh sejarawan Indonesia sendiri secara kolektif.
Lantas bagaimana sejarah pra sejarah penulisan Sejarah Indonesia? Seperti disebut di atas, kini sedang dipersiapkan buku Sejarah Indonesia sebanyak 10 jilid. Penulisan Sejarah Indonesia itu berarti sejarah Indonesia yang ditulis setelah Indonesia ada (17 Agustus 1945). Penulisan Sejarah Indonesia sebelum itu dianggap pera sejarah penulis Sejarah Indonesia. Dalam teknik penulisan sejarah adalah dua pendekatan yang bertentangan: data membentuk judul vs judul mencari informasi. Lalu bagaimana sejarah pra sejarah penulisan Sejarah Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah penulis sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.
Pra Sejarah Penulisan Sejarah Indonesia; Data Membentuk Judul vs Judul Mencari Informasi
Sejarah penulisan “Sejarah Indonesia” sebenarnya belum lama. Penulisan “Sejarah Indonesia” dalam era Republik Indonesia, dapat dikatakan baru dimulai dengan terbitnya tahun 1977 buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) sebanyak enam jilid. Buku Indonesia dalam Arus Sejarah (9 jilid) dikatakan hanyalah sebagai pelengkap SNI. Dengan demikian, penulisan Sejarah Indonesia sudah terbentuk. Lantas bagaimana dengan sebelumnya?
Sanoesi Pane. Sedjarah Indonesia. Djilid. IV. Zaman
pendjadjahan baroe hingga kedatangan balatentara Dai Nippon. Djakarta 1945. Zahari.
Sedjarah Indonesia. Djilid I. Pematang Siantar 1946. Sanoesi Pane. Sedjarah
Indonesia. Tjetakan ke-3. Djakarta 1950. M Rasjid. Sedjarah ringkas. Sedjarah
Indonesia. Groningen-Djakarta 1950-1952. Rangkuti. Sedjarah Indonesia. 1951.
Mohamad Kasim. Sedjarah Indonesia. 1951. Mohamad Jamin. Prea Sedjarah
Indonesia. 1951.
Penulisan Sejarah Indonesia dimulai pada tahun 1945 dengan terbitnya buku yang ditulis oleh Sanoesi Pane dengan judul Sadjarah Indonesia. Buku tersebut terdiri dari empat jilid. Djilid IV buku Sanoesi Pane tersebut tentang periode zaman pendjadjahan baroe hingga kedatangan balatentara Dai Nippon (Jepang). Keempat jilid buku tersebut kemudian disatukan dalam satu buku. Pada tahun 1950 (setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda), buku tersebut sudah dicetak tiga kali.
Sanoesi Pane. Sedjarah Indonesia. Tjetakan ke-5. Djakarta 1952. Sedjarah Indonesia untuk sekolah ada beberapa, antara lain: Hidajat. Sedjarah Indonesia untuk anak sekolah. Djilid ÏI. Tamat. Bandung 1951. Sundoro. Sedjarah Indonesia untuk sekolah landjutan. Djakarta 1952. Buku Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Sanoesi Pane tampaknya diterima umum, Ini terbukti bahwa buku tersebut sudah dicetak lima kali hingga tahun 1952.
Pada tahun terjadi polemik
dalam penulisan Sedjarah Indonesia. Ini sehubungan dengan diterbitkan buku
Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Amater dan A Silaun yang diterbitkan untuk
sekolah oleh penerbit Versluys (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-09-1952). Disebutkan Front
Muballigh Islam Pusat di Makassar dalam sebuah pertemuan yang diadakan bersama
ormas Islam lainnya membuat kesimpulan bulat bahwa halaman 55 hingga 60 buku tersebut
khususnya memberikan penjelasan tentang Islam dan sejarahnya yang bertentangan
dengan fakta. Pertemuan tersebut memutuskan untuk memprotes buku ini dan
merekomendasikan kepada pemerintah untuk menariknya dari peredaran dan
melarangnya untuk digunakan di sekolah, sepanjang isinya belum disesuaikan
dengan sejarah dan doktrin Islam yang sebenarnya.
Bagaimana hasilya tidak terinformasikan. Hingga
sejauh ini buku Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Amater dan A Silaun tidak dapat
dilacak. Boleh jadi setelah mendapat protes, lalu pemerintah meminta buku
tersebut ditarik dari peredaran. Seperti disebut di atas, ada beberapa penulis
buku Sedjarah Indonesia untuk sekolah: Sedjarah Indonesia untuk anak sekolah
oleh Hidajat diterbitkan di Bandung 1951 dan Sedjarah Indonesia untuk sekolah
landjutan oleh Sundoro diterbitkan di Djakarta 1952. Besar dugan buku Sedjarah
Indonesia yang diprotes tersebut diterbitkan di Makassar.
Polemik sejarah adalah satu hal karena perbedaan interpretasi. Keseragaman penulisan adalah hal lain lagi. Dalam penyelenggaraan Kongres Kebudayaan yang akan diadakan Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional yang akan diadakan di Solo tanggal 19 hingga 22 September akan disampaikan tujuh usulan kepada pemerintah (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 09-09-1954). Dua diantara usulan tersebut adalah (1) agar susunan dan kegiatan "Panitia Sedjarah Indonesia" hendaknya ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, pemerintah didesak untuk segera menerbitkan buku-buku sejarah Indonesia yang lebih seragam dan berlandaskan pada unsur nasional. (2) sehubungan dengan usulan sebelumnya, secara umum pemerintah diusulkan untuk memulai dari basis nasional ketika menyusun buku-buku pelajaran dan, selanjutnya, membatasi keragaman yang sangat besar baik dari segi jenis maupun isi.
Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 16-02-1955: ‘Menteri Mohamad Jamin akan memberikan kuliah umum. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Pendidikan Agama, Mohamad Jamin, akan memberikan kuliah umum bagi para mahasiswa dan tamu undangan pada Sabtu pagi pukul sembilan di "Bumi Siliwangi" (dulunya Villa Isola), tempat berdirinya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru. Dengan topik "Pantja Parwa Sedjarah Indonesia" (Lima Periode dalam Sejarah Indonesia). Kuliah umum ini sedianya akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun lalu bertepatan dengan peresmian gedung "Bumi Siliwangi", namun harus ditunda karena kesibukan Menteri’. De nieuwsgier, 15-03-1955: ‘RRI Djakarta akan menyiarkan pada tanggal 18 Maret dan 25 Maret pukul 20.45 pada program RI (pukul 41.25 dan 91.54) kuliah umum oleh Mohamad Jamin tentang Pancasila dan Sejarah Indonesia, yang disampaikannya di Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Bandung’.
Bagaimana usulan dari Badan
Musyawarah Kebudayaan Nasional pada tahun 1954 tidak terinformasikan. Tidak
diketahui apakah direspon pemerintah atau tidak. Boleh jadi bagi pemerintah
tidak masalah karena penulisan sejarah itu hak setiap penulis. Soal ada polemik
dalam penulisan, pemerintah akan turun tangan dan dapat meminta buku tersebut
ditarik dari peredaran (seperti kasus tahun 1952).
Pemerintah, melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
dan Pendidikan Agama, Mohamad Jamin, tampaknya lebih fokus dan terbatas pada
perlunya penyeragaman periodesasi sejarah Indonesia. Buku yang ditulis oleh
Mohamad Jamin berjudul Prea Sedjarah Indonesia yang diterbitkan di Djakarta
pada tahun 1951 tidak terinformasikan lagi.
Sementara itu, buku Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Sanusi Pané
masih dicetak di Djakarta pada tahun 1965.
Tampaknya buku Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Sanusi Pané menjadi pembatas antara penulisan Sedjarah Indonesia (awalnya empat jilid) yang lama dengan penulisan buku Sejarah Indonesia yang baru yang dimulai dengan terbitnya buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) sebanyak enam jilid tahun 1977. Bagaimana dengan penulisan Sejarah Bahasa Indonesia?
Penamaan Bahasa Indonesia belum lama (pada Kongres
Pemuda 1928). Selanjutnya sejarah Bahasa Indonesia mulai ditulis pada tahun
1938 oleh Sanusi Pane. Dalam Kongres Bahasa Inodnnesia 1938, Sanusi Pane
bertindak sebagai pengarah dimana sebagai ketua kongres ditunjuk Dr Poerbatjaraka.
Sebagai pemateri, Sanusi Pane mendapat kesempatan pertama pada hari dimulai
yang mana materi kongres disampaikan pada hari kedua kongres (26 Juni 1938). Dalam
Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938, Sanusi Pane membawakan makalah yang sesuai
perannya dan sesuai urutan materi-materi. Makalah yang disampaikan Sanusi Paner
berjudul: Asal-Oesoel dan Sedjarah Bahasa Indonesia (lihat De locomotief,
21-06-1938). Sementara itu, kamus berjudul Kamus Indonesia disusun oleh Emil St
Harahap diterbitkan pada tahun 1942. Itu berarti pada masa pendudukan militer
Jepang di Indonesia. Kamus tersebut terus dicetak dan diperjualbelikan (lihat
Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 05-03-1947). Sedjarah
Bahasa Indonésia door beelden genomen. E. St. Harahap, 1947, pag. 20 (lihat De
huisvrouw in Indonesie; officieel orgaan van de Vereniging van Huisvrouwen te
Batavia, jrg 2, 1949, No. 4, 01-08-1949). Kamus Emil St Harahap berjudul Kamus
Indonesia yang diterbitkan pada tahun 1942 menjadi penting dalam fase awal
kamus Bahasa Indonesia. Emil St Harahap bukanlah awam dalam hal perkamusan.
Emil St Harahap memulai karir sebagai guru di Depok. Pada tahun 1915 Emil St
Harahap bersama rekanya yang juga guru di Depok menyusun kamus bahasa Melayu
dengan judul Arti Kitab Logat Malajoe (lihat Bataviaasch nieuwsblad,
26-01-1915). Buku Sejarah Bahasa Indonesia terbaru ditulis oleh Akhir Matua
Harahap yang diterbitkan tahun 2024 oleh penerbit Deepublish (xxii, 574 halaman).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Data Membentuk Judul vs Judul Mencari Informasi: Sejarah adalah Narasi Fakta dan Data, Siapa Saja Boleh Menulis Sejarah
Sejarah penulisan Sejarah Indonesia belum lama. Seperti disebut di atas, yang pertama menulis Sejarah Indonesia adalah Sanoesi Pane pada tahun 1945. Tentu saja, Sanoesi Pane juga merujuk kepada sumber dari penulisan sejarah pada masa Pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu, penulisan Sejarah Indonesia masa kini dapat dikatakan kelanjutan dari penulisan sejarah sebelumnya, yang notabene, seperti kita lihat nanti, para kontributornya orang Eropa/Belanda. Lalu sejak kapan penulisan Sejarah Indonesia di masa lampau?
Orang Belanda mulai menulis Sejarah Indonesia, sebagai Sejarah Hindia, dimulai pada tahun 1598. Buku pertama (d'eerste boeck) ditulis oleh Willem Lodewijcksz yang diberi judul Historie van Indien, waer inne verhaelt is de avontueren die de Hollandtsche schepen bejeghent zijn (Sejarah Hindia, di mana petualangan yang menimpa kapal-kapal Belanda diceritakan) yang diterbitkan oleh Cornelis Claesz di Amsterdam pada tahun 1598. Pada sampul buku disebut buku pertama tentang sejarah Hindia. Di halaman pertama Willem Lodewijcksz membuat ringkasan. Buku ini setebal 200 halaman terdiri dari 43 bab plus satu lampiran. Sumber utama penulisan buku Willem Lodewijcksz pada intinya log dari laporan pelayaran Belanda pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman, 1595-1597 (Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent). Bagaimanapun, sesuai keinginan Willem Lodewijcksz sendiri bahwa buku inilah buku pertama tentang Sejarah Hindia (baca: Sejarah Indonesia).
Apakah klaim Willem Lodewijcksz tentang Sejarah Hindia pertama tidak mengundang keberatan dari para penulis-penulis sejarah Portugis? Satu yang jelas, seorang penulis sejarah Belanda, Pieter vander Aa menerjemahkan buku Joao de Barros (dua jilid) dari bahasa Portugis ke dalam bahasa Belanda. Jilid pertama dengan judul De doorlugtige scheeps-togten der Portugysen na Oost-Indiën, mitsgaders de voornaamste gedeeltens van Africa en de Roode-Zee dan jilid kedua berjudul Staatsugtige scheeps-togten en krygs-bedryven ter handhaving van der Portugysen opper-bestier in Oost-Indien, door Don Lopo Vaz de Sampayo, gedaan in 't jaar 1526. Kedua jilid buku Joao de Barros diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1706.
Joao de Barros termasuk salah satu sejarawan Portugal di masa awal.
Bagaimana dengan Willem Lodewijcksz? Yang termasuk sejarawan awal Belanda
adalah Pieter vander Aa (lihat Repertorium van geschiedschrijvers in Nederland
1500-1800: samenstelling (disusun) oleh EOG Haitsma Mulier en GAC van der Lem
yang diterbitkan Nederlands Historisch Genootschap, Den Haag 1990). Lantas
mengapa Pieter vander Aa menerbitkan buku Willem Lodewijcksz? Pieter vander Aa lahir tahun 1659
di Amsterdam, meninggal 26 Agustus 1733. Sejak tahun 1677 Van der Aa menjadi
anggota serikat penjual buku Leiden dan pada tahun 1694 ia mendaftar di Album
Studiosorum universitas sebagai pencetak Walloon College. Pada tahun 1715 ia
menjadi penerbit akademik kota sampai tahun 1730 ketika dia pensiun.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar