Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini
Klik Disini
Pemerintahan Hindia Belanda menggantikan VOC dimulai
tahun 1800. Namun secara administratif wilayah belum terbentuk. Namun demikian,
Pemerintah Hindia Belanda sudah mengidentifikasi sejumlah kota penting dalam
rangka untuk membangun jalan pos Trans-Java. Kota-kota tersebut adalah Bantam, Batavia, Buitenzorg, Tjisaroa,
Tjiandjoer, Baybang, Bandoeng, Sumadang, Tjieribon, Tegal, Paccalongan,
Samarang, Joanna, Bandjer, Sidaijoe dan Sourabaija (lihat Bataviasche koloniale
courant, 05-01-1810).
|
Stadhuis (Balai Kota) Semarang, 1867 |
Pada tahun 1811 terjadi pendudukan Inggris. Selama
pendudukan Inggris, ibukota Hindia Timur (East India) berada di Buitenzorg yang
secara teknis dipindahkan dari Batavia ke Buitenzorg 1812 dan 1813 secara
permanen. Residentie yang dibentuk Inggris sebanyak 16 residentie (Almanak
1816): Buitenzorg, Preanger, Bantam, Tjeribon, Tagal, Pakalongan dan Kedoe,
Samarang, Soerakarta, Jogjakarta, Djapara dan Joana, Rembang, Soerabaja dan
Bangkalan, Probolonggo, Basoeki dan Panarokan, Passorouang, Grissik, Banjoangi,
dan Somanap. Tambahan: untuk luar Jawa, residentie baru ada di Palembang dan
Bangca, Macassar dan Banjermasing. Namun demikian, tidak semua Residentie
dipimpin oleh Residen. Di Solo dan Chirebon masing-masing setingkat Residen,
sedangkan di Semarang hanya setingkat Vendue Master, yakni Mr. Wickerman (Java
government gazette, 18-12-1813).
Setelah era Inggris digantikan Belanda kembali (1816),
pembagian pemerintahan daerah tidak segera terbentuk seperti di era Inggris.
Pembentukan daerah berproses, dalam arti mengalami perubahan sesuai situasi dan
kondisi yang dihadapi. Bagaimana proses pembentukan daerah Semarang perlu
kiranya untuk ditelusuri.