Sabtu, 25 November 2017

Sejarah Semarang (13): Sejarah Pemerintah Residentie dan Gemeente Semarang; Daftar Residen dan Burgemeester (Wali Kota)

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Pemerintahan Hindia Belanda menggantikan VOC dimulai tahun 1800. Namun secara administratif wilayah belum terbentuk. Namun demikian, Pemerintah Hindia Belanda sudah mengidentifikasi sejumlah kota penting dalam rangka untuk membangun jalan pos Trans-Java. Kota-kota tersebut adalah  Bantam, Batavia, Buitenzorg, Tjisaroa, Tjiandjoer, Baybang, Bandoeng, Sumadang, Tjieribon, Tegal, Paccalongan, Samarang, Joanna, Bandjer, Sidaijoe dan Sourabaija (lihat Bataviasche koloniale courant, 05-01-1810).

Stadhuis (Balai Kota) Semarang, 1867
Pada tahun 1811 terjadi pendudukan Inggris. Selama pendudukan Inggris, ibukota Hindia Timur (East India) berada di Buitenzorg yang secara teknis dipindahkan dari Batavia ke Buitenzorg 1812 dan 1813 secara permanen. Residentie yang dibentuk Inggris sebanyak 16 residentie (Almanak 1816): Buitenzorg, Preanger, Bantam, Tjeribon, Tagal, Pakalongan dan Kedoe, Samarang, Soerakarta, Jogjakarta, Djapara dan Joana, Rembang, Soerabaja dan Bangkalan, Probolonggo, Basoeki dan Panarokan, Passorouang, Grissik, Banjoangi, dan Somanap. Tambahan: untuk luar Jawa, residentie baru ada di Palembang dan Bangca, Macassar dan Banjermasing. Namun demikian, tidak semua Residentie dipimpin oleh Residen. Di Solo dan Chirebon masing-masing setingkat Residen, sedangkan di Semarang hanya setingkat Vendue Master, yakni Mr. Wickerman (Java government gazette, 18-12-1813).

Setelah era Inggris digantikan Belanda kembali (1816), pembagian pemerintahan daerah tidak segera terbentuk seperti di era Inggris. Pembentukan daerah berproses, dalam arti mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi. Bagaimana proses pembentukan daerah Semarang perlu kiranya untuk ditelusuri.

Residentie Semarang

Ketika Pemerintah Hindia Belanda memulai pemerintahan di Semarang tidak mudah. Pasca kepergian Inggris, di berbagai daerah muncul ketegangan termasuk di Semarang, Soerakarta dan Djogjakarta. Puncak ketegangan ini terjadi Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perang Jawa ini berlangsung antara 1825-1830.

Stadhuis Semarang, 1895
Menjelang berakhirnya Perang Jawa, pada tahun 1829 di Semarang diangkat seorang Asisten Residen (Javasche courant, 03-03-1829). Ini menandai pemerintahan di Semarang telah dimulai. Tugas pertama pemerintah di Semarang adalah memungut pajak. Residentie Semarang terdiri dari afdeeling-afdeeling afdeelingen Semarang, Salatiga, Kendal en Grobogan. Asisten Residen Residentie Semarang adalah JG Goldman.

Pada tahun 1836 beberapa residentie yang teridentifikasi adalah: Cheribon, Semarang, Soerakarta, Djokjokarta, Kadoe, Bagelen, Banjoemaas. Pekalongan, Japara en Jonna, Tagal dan Rembang (Javasche courant, 08-10-1836). Selain itu terdapat Residentie Madioen, Kedirie, Soerabaja, Pasoeroan dan Basoeki.

Di Sumatra baru beberapa residentie yang terbentuk yakni: Palembang en Banca, Padangsche Benelanden, Padangsch Bovenlanden, Bencoelen (1834) dan Residentie Tapanoeli (1840).

Residentie Semarang sendiri terdiri dari: Kotta Semarang; District Oegaran, Salatiga dan Ambarawa; Regentschap Demak, Poerwadadi, Grobogan dan Kendal (lihat Javasche courant, 22-10-1836). Asisten Residen di Salatiga; di Demak dan Grobogan.

Residen Semarang

Asisten Residen pertama Residentie Semarang adalah J van Gigh yang memulai tugas pada tahun 1822. J van Gigh  meninggal tahun 1824 lalu digantikan oleh van Gulik Gulik kemudian digantikan oleh JG Goldman pada tahun 1829.

Status Asisten Residen Semarag kemudian ditingkatkan menjadi Residen.  Dalam hubungan ini sejumlah asisten residen ditempatkan di Residentie Semarang seperti di Salatiga, Grobogan dan Kendal.

Residen selanjutnya adalah HS van Son, GL Baud, Jhr T. Van Capelle, Keuchenius, Van der KAA, Van der Hell, PF Wegener, G Kuster dan JM van Vleuten. Residen Semarang pada saat dibentuk gementee adalah HCAG. de Vogel. Residen selanjutnya adalah J. H. Nieuwenhuis. AH Maas Geesteranus, J Bijleveld dan AM Pino. Residen Semarang yang terakhir adalah JFA van Bruggen (yang diangkat tahun 1940).
.
Gemeente dan Burgermeester Semarang

D. de Jongh
Secara fisik, Semarang sebagai wilayah kota sudah diidentifikasi paling tidak pada tahun 1836. Namun secara administratif Kota Semarang sebagai kota (Gementee) baru dibentuk pada tahun 1906 (lihat Stadblads No. 120 tahun 1906). Pembentukan gementee ini diikuti dengan pembentukan dewan kota (gementeeraad).

Gementeeraad terdiri dari orang-orang Eropa/Belanda, Tionghoa dan pribumi (yang diwakili oleh pemimpin lokal). Gementeeraad bekerjasama dengan Asisten Residen. Wali Kota (burgemeester) belum diangkat secara definitif.

A Bagchus
Penetapan Burgemeester (Wali Kota) Semarang secara definitif baru terjadi pada tahun 1916. Wali Kota Semarang yang pertama adalah D. de Jongh seorang insinyur (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-06-1916). Pada tahun 1926 D. de Jongh mengusulkan desain baru pelabuhan Semarang (Bataviaasch nieuwsblad, 10-02-1926). Wali Kota D. de Jongh kemudian digantikan oleh A Bagchus pada tahun 1927, yang sebelumnya adalah Wali Kota Buitenzorg (Bogor). A Bagchus juga terbilang sebagai wali kota Semarang yang sukses dan karena itu cukup lama menjabat hingga tahun 1935. Sebagai pengganti A Bagchus adalah HE Bolssevain hingga berakhirnya era kolonial Belanda.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar