Minggu, 26 November 2017

Sejarah Semarang (14): Sejarah Sepak Bola di Semarang Bermula 1899; PSIS Semarang Sedari Doeloe Terkenal, Riwayatmu Kini

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Sejarah sepak bola di Semarang adalah permainan yang terbilang tua, sudah sejak dari dulu ada Sebagaimana di kota-kota lain, di Kota Semarang permainan sepak bola sangat disukai warganya. Tidak hanya oleh warga Eropa/Belanda tetapi juga warga Tionghoa dan penduduk asli (pribumi). Sepak bola Semarang adalah bagian dari sepakbola Indonesia sejak era kolonial Belanda.

Klub Vios Batavia di Semarang, 1914
Artikel ini ditulis ketika tengah berlangsung pertandingan antara PSMS Medan dan PSIS Semarang dalam liga sepak bola Indonesia level kedua (Liga-2) pada babak partai semifinal [skor masih 0-0]. Pemenang dari pertandingan malam ini (25 November 2017) akan otomatis promosi ke Liga-1 tahun depan (Liga-1 Tahun 2018). Mari kita tunggu klub mana yang muncul sebagai pemenang.

PSIS Semarang adalah klub terkenal di Kota Semarang, suatu klub yang dibentuk dari perserikatan sepak bola di Semarang pada tahun 1993. Perserikatan Sepak Bola Semarang sendiri adalah suatu perhimpunan seluruh sepak bola di Semarang yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1932. Munculnya perserikatan sepak bola ini sebagai respon dari dinamika sepak bola yang ada di Semarang yang jauh sebelumnya telah diperkenalkan oleh orang-orang Eropa/Belanda.

Bagaimana perjalanan sejarah sepak bola di Semarang tentu menarik untuk diperhatikan. Hal ini tidak saja karena PSIS tengah berjuang untuk naik kelas dari Liga-2 ke Liga-1 dan tradisi PSIS Semarang yang moncer di masa sebelumnya, tetapi karena sepak bola Semarang, komunitas sepak bola dimana PSIS Semarang lahir sudah sejak lama memiliki kompetisi yang bermula di kalangan orang-orang Eropa/Belanda. Mari kita telusuri.

Sepak Bola di Semarang Bermula 1899

Hingga tahun 1895 di Semarang belum ditemukan adanya permainan sepakbola (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-06-1895).

Tidak lama setelah Batavia memiliki Gymnastiek Vereeniging (Perhimpunan Senam), juga menyusul perhimpunan sejenis di Medan. Pada bulan Mei 1888 di Medan dilaporkan bahwa telah didirikan suatu perhimpunan senam (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-05-1888). Perhimpunan senam ini merupakan bagian dari salah satu organisasi social. Perhimpunan Deli Wedren memiliki perhimpunan senam yang diberi nama Gymnastiek-club (lihat Algemeen Handelsblad, 23-03-1890). Dalam perkembangannya, klub senam Medan ini tidak hanya menghimpun peminat-peminat senam, tetapi juga tennis, kriket dan sepakbola serta balap sepeda. Pada akhir tahun 1893 (tahun baru 1894) dilaporkan ada pertandingan sepakbola antara klub Deli dengan tim dari Penang (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 02-01-1894). Setelah Medan, sepakbola dilaporkan di Batavia (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-05-1896): ‘Pertandingan sepak bola, kemarin siang dari pukul 5-6 di sudut Koningsplein Gang Scott [kini Tugu Air Mancur Lapangan Monas] antara Bataviasche Sportclub dan Batavia-Cricket-Club, dimenangkan oleh yang pertama dengan 1 melawan 0 goal’.

Sesungguhnya permainan sepakbola belumlah lama berkembang bahkan di Eropa sendiri. Meski demikian, sepak bola di Nederlandsch Indie (baca: Indonesia) dengan cepat menyebar. Awalnya dimulai di kalangan militer (di dalam garnisun) kemudian diadopsi oleh klub (sosial) olahraga. Setelah dilaporkan adanya sepakbola di Medan dan Batavia, sepak bola muncul di Soerabaja. Di Semarang sendiri adanya sepakbola kali pertama dilaporkan tahun 1899. Ini bermula ketika Semarangschr voetbalclub melakukan pertandingan dengan tim Soerabaja (Soerabaijasch handelsblad, 22-05-1899).

De locomotief, 26-10-1899
De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 26-10-1899): ‘Een nieuwe Vereeniging. Sebuah Vereeniging baru. Kemarin malam beberapa warga Semarang pada prinsipnya memutuskan untuk mendirikan, dengan partisipasi masyarakat yang cukup, dibentuk suatu kesatuan yang bertujuan: a. Pembibitan jenis kuda; b. Menjaga ras dan pacuan kuda, yang akan diatur sedemikian rupa sehingga partisipasi bisa dijangkau oleh banyak orang; c. Konstruksi dari landasan pacu, yang mana medannya sangat cocok telah ditemukan; d. Promosi latihan tubuh lainnya di udara terbuka seperti bersepeda, sepak bola, liga rumput, kriket, dll., yang kursus dan ladangnya akan dibangun di atas lapangan lomba; e. Untuk mengadakan pameran setiap tahun jika memungkinkan. Jika serikat pekerja yang bersangkutan terbentuk, maka kehidupan di Semarang akan dapat menawarkan variasi yang lebih banyak, yang benar-benar diperlukan. Uang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana ini; Biarkan semua orang berkontribusi pada kemampuannya atas keberhasilan rencana ini. Dewan terdiri dari: Residen PF Sythof dan Jenderal HCT de Bruyn sebagai pembina; Oei Tjie Sien dan Oei Tiong Ham sebagai donatur kehormatan; G. Hogenraad sebagai presiden; GC Zeverijn, wakil presiden; G Haye, bendahara; HUS Boerma, sekretaris; Anggota terdiri dari Bupati Semarang, P. Buwalda, GW. Baron van Heeckeren, JGL Houthuysen, RWJ Koopmans, GA Penning, Oei Tiong Bing, FH Soesman, JW Stewart dan IJssel de Schepper’.

Di kalangan pribumi, sepakbola di Deli terbilang yang pertama. De Sumatra post edisi 24-05-1899 melaporkan bahwa di Medan telah diselenggarakan pertandingan sepakbola dengan tajuk pergaulan bersahabat (verbroedering): ‘Kemarin sore yang berada di lapangan Esplanade (kini Lapangan Merdeka) di Medan terlihat tontonan yang menggembirakan. Sejumlah orang Eropa berada di pertandingan sepak bola tersebut dengan warga Tionghoa dan kaum pribumi. Hidup persaudaraan!!’.

Kompetisi Sepak Bola Semarang

Pertandingan sepak bola pertama di Medan. Dua kesebelasan kerap bertanding di Medan, yakni: kesebelasan Medan (Belanda) dan kesebelasan Penang (Inggris). Inggris dan Belanda adalah dua negara yang penduduknya sangat menyukai sepak bola saat itu (gibol). Dua kesebelasan bertetangga ini menandai awal dipopulerkannya sepak bola di Asia Tenggara. Kebelasan Medan ini kemudian menjadi Medan Sportclub (yang didominasi oleh orang-orang Belanda). Lalu pada tahun 1901 didirikan klub di Langkat (Sumatra Post 20-12-1901). Klub Langkat ini didominasi oleh orang-orang Inggris yang disebut Langkat sprotclub. Dua klub ini kemudian kerap bertanding dan menjadi rivalitas.

Walau pertandingan sepak bola sangat seru di Medan, namun kompetisi sepak bola justru dimulai di Batavia. Di Batavia sejumlah klub bermunculan. Beberapa klub yang sudah ada di Batavia melakukan kompetisi dalam bentuk turnamen (beker). Kompetisi ini (terdeteksi) dimulai pada tahun 1904. Ada enam klub yang berpartisipasi: yakni: VIOS, Bataviasch Voetbal Club (BVC), Oliveo, Hercules, Vooruit dan Docter Djawa School (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 18-07-1904).  

Sepak bola semakin populer. Klub-klub didirikan di berbagai kota: Medan, Batavia, Soerabaja, Bandoeng dan Semarang. Popularitas sepak bola sudah mulai mengimbangi popularitas kriket dan pacuan kuda. Melihat dinamika sepak bola ini, surat Algemeen Handelsblad di Batavia menerbitkan majalah olahraga pertama dengan nama Indische Sport: Weekblad voor Sport in Indie (lihat De Sumatra post, 13-03-1905). Laporan utama majalah olahraga pertama edisi perdana adalah mengetengahkan sepak bola di Medan.

De Preanger-bode, 31-03-1904 melaporkan suatu pertandingan sepak bola antara anak-anak Bandoengsche melawan Bataviasch Voetbal Club (BVC)  di aloon-aloon (Bandung) atau Pietersplein (Pieters Park). Inilah awal pertandingan sepak bola di Bandoeng. Pada tahun berikutnya VIOS yang bermarkas di Meester Cornelis juga bertandang ke Bandoeng untuk melawan tim Bandoeng (UNI) dan tim Tjimahi (Sparta).

Klub pribumi pertama telah didirikan di Bindjei dan di Medan (De Sumatra post, 02-06-1905). Klub tersebut yakni: Tamansafakat Bindjei (anak-anak Melayu) dan Letterzetters Medan (anak-anak Tapanoeli). Dua klub ini saling menyambangi untuk melakukan pertandingan. Di Batavia juga bermunculan klub pribumi (Bataviaasch nieuwsblad, 24-07-1905). Nama-nama klub pribumi di Batavia ini antara lain Gang Salitude, Gang Timboel, Norbek dan Gang Petjenongan. Klub-klub ini juga melakukan turnamen yang mana piala (beker) disediakan (surat kabar) Bintang Hindia. Catatan: klub Docter Djawa School sejatinya adalah klub pribumi, namun lebih berafiliasi dengan kpmpetisi orang-orang Eropa/Belanda di Batavia. Docter Djawa School adalah sekolah kedokteran yang dikhususkan untuk golongan pribumi.

Setelah di Batavia, kompetisi menyusul diadakan di Medan (De Sumatra post, 02-12-1905). Ada tiga klub yang berkompetisi: Medan club (Belanda), Langkat Sportclub (Inggris) dan Toengkoe (pribumi). Pada tahun 1906 (Sjarikat) Tapanaolie voetbal club didirikan (Sumatra post, 19-03-1906). Pada tahun 1907 kompetisi sepak bola di Medan sangat berwarna: Belanda, Inggris, Tionghoa, Melayu dan Tapanoeli. Kompetisi tahun 1907 bahkan dibagi ke dalam dua divisi (De Sumatra post, 02-10-1907). Tahun ini merupakan awal pembentukan perserikatan sepak bola di Medan yang disebut Deli Voetbal Bond menyusul bond yang telah didirikan di Batavia (Bataviasch Voetbal Bond) tahun 1905. Sementara di Batavia kompetisi tetap terbelah: Eropa/Belanda (termasuk Docter Djawa School) vs pribumi. Menariknya pada tahun ini (1907), ketika kompetisi jeda di Batavia, klub-klub Eropa/Belanda bertandang ke Bandoeng dan Semarang, klub Dokter Djawa School justru melakukan lawatan ke Medan untuk bertanding dengan klub Tapanoeli Voetbal club (sebagai tuan rumah). Lawatan ke Medan ini dipimpin oleh Kapten Tim Docter Djawa School, Radjamin Nasoetion. Perserikatan sepak bola kemudian menyusul dibentuk tahun 1908 di Soerabaja dengan nama Oost Java Voetbal Bond (Soerabaijasch handelsblad, 20-11-1908). Sarikat yang berbasis di Soerabaja ini termasuk klub-klub di Malang. Catatan: Dr. Radjamin Nasoetion (eks kapten Tim Docter Djawa Club) tahun 1926 mendirikan bond baru di Medan dan kemudian pada tahun 1934 menjadi pembina bond sepak bola Soerabaja. Radjamin Nasution kelak dikenal sebagai Wali Kota pribumi pertama di Kota Soerabaja.

Sementara sepak bola sudah berkembang di Batavia, Medan, Soerabaja dan Bandoeng, di Semarang juga sepak bola semakin semarak. Pada tahun 1906 di Semarang dilakukan pertandingan segitiga antara Hippies Sport Vereeniging di Pontjol, Go A Head dan tim dari Semarangsch Voetbal Vereeniging (Soerabaijasch handelsblad, 07-03-1906).

Klub sepak bola di kalangan militer di Ambarawa di benteng Willem I yang diberinama Ambarawa Voetbal Club (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-02-1910). Klub Ambarawa ini sering disambangi klub Sparta (militer) dari Tjimahi yang berkompetisi di Bandoeng Voetbal Bond. Catatan: di Batavia juga ada klub Sparta (militer) yang berpartisipasi dalam kompetisi Bataviasch Voetbal Bond.

Sejak didirikannya Sport Vereeniging di Semarang (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 26-10-1899), keberadaan Semarangsch Voetbal club terus eksis. Pada tahun 1911 sepak bola Semarang bergabung ini sehubungan dengan dileburnya SVV dan Semarangsch Ruine (Algemeen Handelsblad, 04-12-1911) yang kemudian ditandai pertandingan antara antara Handelsclub dengan Go A Head. Kesebelasan dari Oost Java Voetbal Bond melakukan pertandingan di Semarang melawan tim SVV (Algemeen Handelsblad, 04-12-1911). Sejak bergabungnya perhimpunan olahraga/sepakbola di Semarang nama Semarang kerap muncul di kancah persepakbolaan. De Sumatra post, 25-05-1912 melaporkan Tim Semarang melawan DOC dari Tjimahi. Lalu pada bulan Desember 1912 klub dari Batavia bertanding di Semarang dengan klub Semarangsch Voetbalclub TVV  (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-12-1912).

Kejuaraan Antar Perserikatan Se-Jawa Pertama di Semaramg 1914

Meski sepak bola Semarang dan perserikatan sepakbola Semaramg telat muncul namun penetapan tempat Kejuaraan Antar Perserikatan di Jawa (Java Kampioneschap) justru dipilih di Semarang. Pegiat sepak bola di Semarang menyambuat baik usulan tempat kejuaraan antar perserikatan seja Jawa  tersebut di Semarang tahun 1914. Meski demikian, inisiatif kejuaraan dan pemilihan tempat muncul dari West Java Voetbal Bond te  Weltevreden (kini Gambir).

Pada akhir tahun 1912 statuta West Java Voetbal Bond atau de statuten der vereeniging West Java Voetbal Bond te  Weltevreden (Bataviaasch nieuwsblad, 06-11-1912). West Java Voetbal Bond telah mengajukan usulan ke dewan kota untuk pembebasan pajak karena dianggap bersifat public (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-11-1912). Dari rapat yang dilakukan di bioskop Gobe di Batavia baru-baru ini West Java Voetbal Bond mengusulkan diadakan kejuaraan sepakbola se-Jawa (Java Kampioneschap) dimana dipusatkan (semi final dan final) di Semarang dan untuk mensukseskan acara pengurus akan melakukan kerjasama dengan Semarang, Bandung dan Surabaya. Batavia sendiri dibuat terpisah dari West Java sehingga kejuaraan itu nantinya akan diikuti oleh empat tim (lihat De Preanger-bode, 24-05-1913).

Dalam berita tersebut disebutkan bahwa tiap-tiap wilayah melakukan prakualifikasi dan mengirmkan tim juara untuk mewakili ke Semarang dan akan dilaksanakan pada bulan Agustus 1914. Hadiah utama disediakan untuk pemenang dan juga kepada tim yang mewakili wilayahnya. Untuk tim dari luar Semarang pembiayaan ditaksir sekitar f4.000 yang meliputi biaya perjalanan pp dan akomodasi selama di Semarang untuk jumlah 60 orang (pemain dan official). Oleh karenanya setiap wilayah harus berkontribusi sebesar f1.000 untuk dana pusat yang mana anggaran ini nanti akan digunakan untuk biaya penyelenggaraan dan stadion serta piala. Kejuaraan ini diselenggarakan di bawah tanggung jawab West Java Voetbal Bond (untuk sementara, inisiatif Batavia dan belum ada rapat antar bond).

Juara antar kota di Semarang 1914: Vios dari Batavia
Akhirnya kejuaraan sepakbola se-Jawa terselenggara di Semarang pada bulan Agustus 1914. Pada pertandingan itu, tim Jakarta mengalahkan tim Bandung dengan skor 5-0 (De Preanger-bode, 30-08-1914).

Tim Jakarta diwakili oleh VIOS plus. Tim berangkat dengan kereta api dari Batavia hari Jumat sore, selama 13 jam dan tiba subuh (2.30) di Semarang. Pada hari Sabtu, 29 Agustus mengalahkan tim Bandung. Pada hari Minggu Semarang mengalahkan Surabaya 3-0. Final dilangsungkan hari Senin antara Jakarta dan Semarang. Pada turun minum 2-0 dan akhirnya Jakarta menang 3-0. Kapten Stom menerima piala. Resident atas nama warga mengucapkan terimakasih, tim Jakarta telah memberikan tontonan yang menarik. Para pemain kedua tim menerima medali emas (Jakarta) dan perak (Semarang).

Bataviaasch nieuwsblad, 02-09-1914 melaporkan tadi malam tim Jakarta di Kemayoran Mr Van Btiuren, presiden WJVB (West Jazwa Voetbal Bond) menjamu para pemain, pelatih dan ofisial dan memberikan karangan bunga. Banyak yang hadir, termasuk pimpinan Indsich Sport. Dengan demikian, Jakarta adalah juara se-Jawa

Lapangan Aloon-Aloon disulap jadi stadion di Bandung, 1918
West Jawa Voetbal Bond di Batavia terbilang bentuk perkembangan organisasinya yang maju. Kejuaraan perserikatan kedua diadakan tahun 1915 di Batavia, kemudian di Soerabaja tahun 1916. Pada tahun 1916 supra bond West Jawa Voetbal Bond di Batavia ini telah mempersatukan sepakbola di Jawa dan sukses menyelenggarakan kejuaraan sepakbola se-Jawa sebagaimana sudah dimulai tahun 1914. Semarang kembali menggelar kejuaraan perserikatan tahun 1917 lalu tahun berikutnya diadakan di Bandoeng. Sejak kejuaraan antar perserikatan di Bandoeng 1918, muncul gagasan untuk mendirikan federasi sepak bola Nederlandsch Indie. Federasi ini disebut NIVU dan bergabung dengan FIFA pada tahun 1919.

PSIS Semarang di Era Perserikatan dan Liga Indonesia

Meski disebutkan PSIS lahir tahun 1932, namun secara teknis nama PSIS baru populer pada tahun 1950 (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 25-07-1950). Ini terkait dengan pembukaan stadion Kridosono di Djogja yang mana tiga kesebelasan (perserikatan) berpartisipasi dalam turnamen setengah kompetisi: PSIS Semarang, Persis Solo dan PSIM. Tim PSIS Semarang terdiri dari P. van Dunk, Kornis Lic, Tiong Tat, Siomg Koei, Tik Djwan, Béng Gwee, Kik Sioe, Soenarto, Hok Tjwan, Soepardi, Soegiono, Said, Kamdi, Kee Sien, Ngo Liok, Tjin Hiap dan Kian Djiang.

Sepak bola bergairah kembali setelah era kolonial Belanda berakhir tahun 1942. Pada era pendudukan Jepang pertandingan sepak bola tidak terdeteksi dan baru muncul kembali di akhir perang kemerdekaan, Pada pasca kedaulatan RI (1949) pertandingan pertama dilaporkan di Djogja ini.

PSIS Semarang mengalahkan PSIM Djogja dengan skor 3-0 (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 29-07-1950). PSIS mengalahkan Persis Solo dengan skor 3-1 (De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 31-07-1950). Oleh karena PSIM dan Persis Solo berakhir imbang (0-0) maka PSIS Semarang yang menjadi juara. Sejak itu nama PSIS Semarang kerap dibicarakan, tidak hanya di Midden Java tetapi di seluruh Java dan bahkan Indonesia.

Uniknya, PORI mengusulkan dan mengklaim pertandingan turnamen di Djogja ini sebagai prakualifikasi Kejuaraan Nasional Antar Perserikatan. PSIS Semarang sebagai pemenang dari Midden Java (Jawa Tengah) akan dipertemukan dengan juara dari West Java dan Oost Java. Dinyatakan juara dari Macassar dan Medan tidak bisa hadir (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 31-07-1950). Akhirnya juara nasional kejuaraan perserikatan dimenangkan oleh Persebaja Soerabaja.

PSIS tetap aktif berpartisipasi namun hasilnya kurang memuaskan sebagai wakil dari Midden Java. Persebaja Soerabaja yang menjadi juara pada tahun 1950, juga berhasil menjadi juara pada tahun 1951 dan 1952. Dalam tiga tahun pertama ini yang menjadi runner-up adalah Persib Bandoeng dan Persidja Djakarta.

Oleh karena adanya suhu politik yang tidak menentu (munculnya pemberontakan di beberapa daerah), kejuaraan perserikatan tidak dilaksanakan tahun 1953. Pada kejuaraan tahun 1954 tim luar Jawa ikut berpartisipasi yang diwakili oleh PSMS Medan. Pada kejuaraan ini PSMS Medan sebagai runner-up yang mana sebagai juara baru adalah Persidja Djakarta. Pada tahun berikutnya kembali kejuaraan nasional perserikatan dibatalkan karena adanya pemilu 1955. Kejauaraan baru dilanjutkan tahun 1957 yang mana sebagai kampiun adalah PSM Makassar dengan runner-up PSMS Medan. Baru beberapa tahun kemudian, 1967 PSMS Medan menjadi kampiun. Pada tahun 1968 format baru kejuaraan diperluas dan ditata sedemikian rupa dan dimulai pada tahun 1969. Kompetisi ini berakhir pada tahun 1971 yang mana sebagai kampiun adalah PSMS Medan. PSMS Medan kembali menjadi juara pada tahun 1983 dan menjadi juara lagi pada kejuaraan berikutnya tahun 1985. Dalam final yang dilangsungkan di Stadion Senayan Jakarta ini PSMS Medan mengalahkan Persib Bandung. Saya turut hadir menonton di stadion Senayan.

PSIS Semarang baru menjadi juara Kejuaraaan Nasional Perserikatan pada kompetisi 1986/1987. Dalam final ini saya juga turut hadir yang mana PSIS Semarang mengalahkan Persebaya Surabaya. Saat itulah prestasi PSIS terbilang memukau. Namun sayang sekali, PSIS hanya sekali itu namanya tercatat manis dengan tinta emas dalam sejarah Kejuaraaan Nasional Perserikatan sepak bola Indonesia. Setelah itu nama PSIS Semarang hanya terdengar sayup-sayup. Kini, dalam semi final Liga-2 PSIS Semarang bangkit [kebetulan nama pelatihnya Subangkit] ingin kembali ke liga tertinggi sepakbola Indonesia. Kita tunggu saja. Semoga PSIS dari Kota Semarang benar-benar bangkit dan akan menghiasi kembali kancah persepakbolaan nasional.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

4 komentar: