Salah satu warisan era kolonial Belanda yang terbilang sangat terkenal di Semarang adalah Kantor Perusahaan Kereta Api Pemerintah (Het hoofdkantoor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij). Gedung kantor ini kemudian kerap disebut warga sebagai Gedung Lawang Sewu (gedung berpintu seribu). Gedung ini dibangun bukan karena moda transportasi kereta api pertama dibangun di Semarang, dan juga bukan karena trafik lalu lintas kereta trans-Java yang semakin ramai.
Gedung Lawang Sewu eks Kantor NIS (Foto 1909) |
Lantas apa alasan mengapa gedung mewah tersebut dibangun?
Itu pertanyaannya. Secara historis pembangunan moda transportasi selalu dipertimbangkan
secara kritis yang tidak jarang menimbulkan perdebatan yang sengit.
Pertimbangan tersebut mulai dari penetapan jalur (rute) rel, posisi dimana
halte (stasion kecil) dan stasion (stasion besar) dibangun. Yang tak kalah serunya
adalah siapa yang membiayai pembangunan dan siapa pula yang mengoperasikannya. Dari
semua itu, sumber ketegangan pembangunan moda transportasi kereta api terletak
pada aspek keekonomian: Ekspektasi penerimaan/pendapatan harus jauh lebih
tinggi dari biaya investasi yang dikeluarkan.