Sabtu, 05 Desember 2020

Sejarah Riau (23): Raja Ismail Raja Kecil di Siak; Riwayat Bajak Laut di Perairan Pantai Sumatra, Borneo dan Semenanjung Malaya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini 

Nama Radja Ketjil (Ketjik) paling tidak sudah muncul pada tahun 1723 (lihat Daghregister, 6 Maret 1723). Nama Radja Ketjil muncul tidak lama setelah Sultan Djohor wafat pada tahun 1699. Radja Ketjil berasal dari (daerah aliran sungai) Siak di pedalaman Sumatra. Besar dugaan bahwa kedatangan Radja Ketjil ke Djohor dalam rangka mengakuisisi kraton Djohor.

Pada tahun 1684 Gubernur VOC di Malacca Cornelis Van Quaalbergen mengutus eorang Portugis dari Malaka, Thomas Dias untuk berkunjung dan hubungan politik dengan (kerajaan) Pagaroejoeng di (pedalaman) Sumatra. Untuk menuju ke Pagaroejoeng. Thomas Dias tidak melalui pantai barat Sumatra (di Padang), tetapi melalui sungai Siak dan sungai Kampar. Perjalanan Thomas Dias ini dicatat pada Daghregister di Kasteel Batavia. Di dalam laporan Thomas Dias ini Radja Pagaroejoeng marah besar karena Sultan Djohor mengklaim pantai timur Sumatra sebagai wilayah yurisdiksinya. Dalam kunjungan ini Thomas Dias membuat kontrak dengan Radja Pagaroejoeng yang mana pedagang-pedagang VOC diberi ijin membuka pos pedagangan di (daerah aliran sungai) Siak.

Lantas siapa sesungguhnya Radja Ketjik van Siak? Tentu saja tidak hanya Radja Ketjik yang berasal dari Siak tetapi juga ada tokoh berikutnya bernama Radja Ismail. Namun dalam perkembangannya Radja Ismail tersingkir dari Siak dan konon menjadi pengacau untuk urusan VOC. Bagaimana semua bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 04 Desember 2020

Sejarah Singapura (15): Diaspora Nama Daeng di Nusantara; Kisah Aroe Palaka di Macassar dan Daeng Marewa di Djohor

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini 

Pada era VOC (Belanda) banyak nama tokoh atau nama suatu gelar yang  begitu penting dan kerap diinformasikan. Satu nama (gelar) yang kesohor dan banyak dicatat adalah Daeng. Pemilik nama Daeng ini tidak satu dua orang, tetapi lebih dari tiga di era yang berbeda-beda. Namun demikian, nama Daeng haruslah menjadi bagian dari sejarah (yang penting). Tokoh-tokoh yang pemilik nama Daeng ini tidak hanya di Celebes, tetapi juga di Jawa, Borneo dan di Semenanjung Malaya.

Dalam berbagai media salah satu peilik nama Daeng yang dihubungkan dengan kerajaan (kesultanan) Djohor adalah Daeng Marewah. Disebutkan Marewah adalah Yang Dipertuan Muda I dari Kesultanan Johor (Kesultanan Lingga). Setelah memenangkan perang melawan Raja Kecik, Sultan Sulaiman Badrul'alam Syah Sultan Johor pada saat itu, maka ia mengangkat Daeng Marewa sebagai Yang Dipertuan Muda Riau I (1721-1729), bergelar Kelana Jaya Putera. Yang Dipertuan Muda adalah sebuah jabatan yang setingkat dengan Perdana Menteri berkuasa penuh, di mana segala wewenang dan urusan pemerintahan berada dalam kekuasaannya (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah para pemilik nama Daeng ini? Pemilik nama Daeng juga ada yang sejaman dengan nama pemilik Aroe yakni Aroe Palaka (yang bekerjasama dengan Pemerintah VOC). tulah yang akan diselidiki. Lalu bagaimana dengan tokoh Daeng Marewa di Djohor, Semenanjung Malaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.