*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Sejarawan
kawakan, Sartono Kartodirdjo sudah lama tiada (meninggal di Yogyakarta 7
Desember 2007). Tapi tentu saja masih banyak sejarawan Indonesia. Salah satu
sejarawan Indonesia terkenal masa ini adalah Anhar Gonggong. Lantas apa
keutamaan Anhar Gongong dalam sejarah Indonesia? Tentu saja bukan hanya karena
ahli sejarah Indonesia. Anhar Gongong juga dapat disebut yang mengalami sejarah
masa lampau Indonesia. Pangeran mahkota dari Kerajaan Alitta ini, tidak terlalu
mengenal ayahnya, tetapi sangat mengenal sejarah Indonesia, lebih-lebih di
Sulawesi Selatan.
Dr. Anhar Gonggong, M.A. (lahir 14 Agustus
1943) adalah sejarawan Indonesia (lihat Wikipedia). Menyelesaikan pendidikan
sarjana di Universitas Gadjah Mada, (1976), lalu melanjutkan studi di Universiteit
te Leiden dan mendapat gelar doktor dalam bidang ilmu sejarah dari Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 1990 (pada tahun ini saya diangkat sebagai
asisten peneliti di Universitas Indonesia). Anhar Gonggong pernah menjabat
sebagai Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia (1996-1999); Deputi Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Bidang Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia (2001-2003); dan dosen pembimbing bidang studi sejarah pada
Program Pascasarjana Universitas Indonesia (sejak 1991). Beberapa karya Anhar
Gonggong, diantaranya adalah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (1984); Abdul
Qahhar Mudzakkar: Dari Patriot hingga Pemberontak (1992); dan Amendemen,
Konstitusi, Otonomi Daerah dan Federalisme, Solusi untuk Masa Depan (2001).
Lantas
bagaimana sejarah sejarawan terkenal Anhar Gonggong? Seperti disebut di atas, Anhar
Gonggong adalah salah satu sejarawan Indonesia masa kini. Tentu bagaimana
sejarah beliau sudah ada yang menulisnya. Mungkin itu sudah cukup. Namun
bagaimana latar belakang Anhar Gonggong sehingga menjadi sejarawan tentu saja
belum sepenuhnya digali. Anhar Gonggong, boleh jadi tidak sekadar putra mahkota
dari Kerajaan Alitta di Sulawesi Selatan, tetapi keluarga mengalami peristiwa
sejarah berdarah akibat ulah Kapten Westerling (1946/1947). Bagaimana semua itu
terhubung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.