*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Banyak
siswa asal Hindia (baca: Indonesia) yang melanjutkan studi di Belanda yang
mengambil bidang ekonomi, termasuk Mohamad Hatta. Namun hanya beberapa saja
yang berhasil meraih gelar doktor. Yang pertama adalah Sjamsi Widagda meraih
gelar doctor pada tahun 1926 lalu kemudian Soemitro Djojohadikoesoemo dan Ong
Eng Die.
Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo lahir di Kebumen 29 Mei 1917. Anak sulung dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Ia memulai pendidikan di sekolah Europeesche Lagere School (setara sekolah dasar) dan belakangan Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren di Banyumas. Pada tahun 1935, setelah menyelesaikan pendidikan di Hindia Belanda, Soemitro melanjutkan studinya ke Sekolah Tinggi Ekonomi (Nederlandsche Economische Hogeschool) di Rotterdam. Pada masa itu, karena depresi besar, tidak banyak putra Indonesia bahkan keturunan priyayi yang dapat berkuliah di luar negeri. Ia juga sempat menempuh kursus filosofi dan sejarah di Universitas Paris selama setahun, antara 1937 hingga 1938 setelah ia mendapatkan gelar sarjana dari Rotterdam. Selama studinya, ia turut bergabung dalam organisasi mahasiswa Indonesia yang bertujuan mempromosikan seni budaya Indonesia. Saat Soemitro sedang menyelesaikan disertasinya di Rotterdam, pada bulan Mei 1940, Jerman Nazi menyerbu Belanda. Ia tetap berhasil menyelesaikan disertasinya pada tahun 1943, yang berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie ("Kredit Rakyat di Masa Depresi"), dan ia memperoleh gelar doktor ekonomi. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Soemitro Djojohadikoesoemo studi di Rotterdam meraih gelar doktor ekonomi? Seperti disebut di atas, mahasiswa Indonesia hanya beberapa yang berhasil meraih gelar doctor ekonomi. Yang pertamma adalah Dr Sjamsi Widagda. Lalu bagaimana sejarah Soemitro Djojohadikoesoemo studi di Rotterdam meraih gelar doktor ekonomi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.