*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Setiap
wilayah adat di Indonesia memiliki tradisi yang diwariskan dan terus
dilestarikan. Bahasa adalah unsur kebudayaan yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Namun dalam perjalanannya bahasa dapat berubah karena ada pengaruh
kebudayaan lain. Adanya aksara adalah bentuk lebih lanjut dari tradisi
berbahasa. Pada lingkungan komunal terdapat musik tradisi dan tarian tradisi.
Lebih luas dari itu, pada basis komunal terbentuk sistem pemerintahan tradisi Bahasa.
Pada masa ini penelitian bahasa adalah bagian dari penyelidikan sejarah bahasa.
Bahasa Lampung (cawa Lampung) terdiri dua atau tiga ragam bahasa Lampung, yaitu: Lampung Api (juga disebut Pesisir (dialek A), Lampung Nyo (Abung, dialek O), dan Komering (ragam Lampung Api atau bahasa sendiri terpisah dari bahasa Lampung). Kontak bahasa selama berabad-abad telah mengaburkan batas antara bahasa. Klasifikasi Isidore Dyen 1965, menempatkan bahasa Lampung ke "Malayic Hesion" bersama bahasa-bahasa Malayan (Melayu, Minangkabau, dan Kerinci), Aceh dan Madura. Berndt Nothofer (1985) memisahkan bahasa Lampung dari kelompok "Malayic", memasukkannya ke dalam "Javo-Sumatra Hesion" bersama bahasa-bahasa Melayik, Sunda, Madura, dan, dengan tingkat kekerabatan yang lebih jauh, bahasa Jawa. Malcolm Ross (1995) menempatkan Lampung ke dalam kelompoknya independen yang tidak terkait bahasa manapun dalam Melayu-Polinesia. Penggolongan ini diikuti oleh Karl Adelaar (2005), yang tidak memasukkan bahasa Lampung ke dalam kelompok Melayu-Sumbawa yang ia usulkan—kelompok ini meliputi bahasa Sunda, Madura, dan cabang Malayo-Chamik-BSS (mencakup Melayik, Chamik, dan Bali-Sasak-Sumbawa). Anderbeck dan Hanawalt menggunakan nama "Api" untuk Pesisir dan "Nyo" untuk Abung; kedua kata ini bermakna "apa" dalam masing-masing dialek.[8] Terdapat beberapa perbedaan leksikal antara dialek-dialek ini, tetapi keduanya identik dalam hal morfologi dan sintaksis. Walker (1976) membagi Abung lebih lanjut ke dalam dua subdialek: Abung dan Menggala, serta memecah kelompok Pesisir ke dalam empat subdialek: Komering, Krui, Pubian, and Selatan. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Lampung di selatan Sumatra, bahasa Sunda di barat Jawa? Seperti disebut di atas, bahasa terawal di Lampung adalah bahasa Lampung. Wilayah bahasa paling selatan di Sumatra yang bersebelahan dengan wilayah bahasa Sunda di Jawa bagian barat. Bagaimana hubungan bahasa Lampung dan bahasa Komering di Sumatra. Lalu bagaimana sejarah bahasa Lampung di selatan Sumatra, bahasa Sunda di barat Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.