*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada sejarah surat kabar dan (pers)uratkabaran
di Madura? Nah itu dia. Mari kita sama-sama pelajari. Seperti pernah dikatakan
Dja Endar Moeda, editor surat kabar berbahasa Melayu, Pertja Barat yang terbit
di Padang 1898, bahwa pendidikan dan jurnalitisk sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan
bangsa. Dja Endar Moeda, pensiunan guru, alumni sekolah guru (kweekschool)
Padang Sidempoean. Apa pentingnya sejarah pers di Madura? Karena bahasa Madura
berbeda dengan bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Dalam hal inilah sejarah pers
menjadi penting di Madura sebagai bagian dari narasi sejarah masa kini.
Sejarah Pers di Madura: Dari Gema Madoera Hingga Madoeratna: Penanews.id. Sampang. Masuknya gerakan nasionalis ke pulau Madura ditandai lewat pembentukan Sarekat Islam 1913 di Sampang, punya pengaruh bagi kemunculan pers di Madura. Dua orang guru, Wiryoasmoro dan Kartosudirjo asal Madura di Jawa, memprakarsai organisasi memajukan kesusastraan dan bahasa Madura dan terbentuk 1917 dengan nama Madurasa dimana Sosrodanukusomo dari Sampang ditunjuk kepala yang bermarkas di Bondowoso. Ketika organisasi ini bergabung Perserikatan Guru Hindia Belanda, nama organisasi Madurasa berubah Madoeratna, Pada 1919, organisasi memprakarsai diterbitkannya majalah dengan nama sama, namun gagal. Tahun 1921, sebuah komite orang Madura di Surabaya bernama Masteka Madoera memprakarsai penerbitan majalah berbahasa Madura, namun tak terdengar kelanjutannya. Setahun kemudian muncul pengumuman lain bahwa akan terbit majalah bernama Rosorowan Madoera (Gema Madura). Majalah berbahasa Madura ini akan terbit di Surabaya, namun tak ada jejaknya. Lalu muncul majalah berbahasa Madura bernama Pangodhi, sayangnya hanya dua kali terbit. Dalam Buku Madura karya Kuntowijoyo, baru 1924 terbit majalah berbahasa Madura bernama Posaka Madoera. Majalah ini terbit berkat bantuan Java Instituut diterbitkan di Batavia dengan pengasuh aktivis terkenal R Sosrodanukusomo, M Kartosudirjo dan M Wiryoasmoro dan RA Sastro Subroto. Tahun 1926, organisasi Sarekat Madura menerbitkan majalah bulanan Madhoeratna, hanya berumur pendek. Upaya lainnya orang Madura menerbitkan majalah bernama Soeara Oemoem di Surabaya, terbit dua kali seminggu dan berbahasa Jawa dengan editor Sosrodanukusomo dari Sampang dan Sukaris dari Pamekasan (https://penanews.id/2022/08/15/)
Lantas bagaimana sejarah surat kabar dan pers di Madura? Seperti disebut di atas, sudah ada yang coba menggali sejarah surat kabar dan pers di Madura, namun tampaknya masih diperlukan upaya tambahan bagi semua pihak. Apa keutamaan sejarah pers(uratkabaran)? Pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa. Lalu bagaimana sejarah surat kabar dan pers di Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.