*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Jumlah
orang Cina studi di Belanda dari waktu ke waktu terus meningkat, bahkan telah
melampaui orang pribumi. Meski demikian, dua organisasi orang berasal dari
Hindia (Indische Vereeniging/Perhimpoenan Indonesia dan Chung Hwa Hui) tetap
dengan baik berinteraksi (saling mengundang). Dalam perkembangannya antara dua
pihak ini menjadi bersifat asimetris di mata orang-orang Belanda yang studi di
Belanda. Orang Belanda benci kepada orang Cina, Orang pribumi benci orang
Belanda. Dalam konteks inilah muncul nama Tan King Hong di Belanda sebagai
ketua Chung Hwa Hui.
Organisasi orang pribumi yang studi di Belanda dibentuk tahun 1908 yang dinisiasi oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Saat pembentukan di kediaman Soetan Casajangan di Leiden hanya 15 orang yang hadir karena alasan yang berbeda-beda. Meski demikian ke-15 orang yang tengah studi di Belanda sepakat membentuk organisasi yang diberi nama Indische Vereeniging. Secara aklamasi diangkat ketua Soetan Casajangan dengan sekretaris Raden Soemitro. Tiga tahun kemudian orang Cina yang studi di Belanda membentuk organisasi yang diberi nama Chung Hwa Hui. Dalam pembentukan organisasi itu hadir sebanyak 14 orang. Ketua Chung Hwa Hui terpilih adalah Yap Hong Tjoen. Soetan Casajangan lahir di Padang Sidempoean, Yap Hong Tjoen lahir di Jogjakarta. Entah kebetulan, pada era Perang Kemerdekaan Indonesia di dua kota ini terjadi perlawanan yang heroik terhadap Belanda.
Lantas bagaimana sejarah Tan Kiang Hong? Seperti disebut di atas, Tan Kiang Hong melanjutkan studi ke Belanda dan kemudian menjadi ketua Chung Hwa Hui. Lalu bagaimana sejarah Tan Kiang Hong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.