Rabu, 02 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (27): Bioskop Tertua di Depok, Inisiatif LE Loen (1934); Awalnya Gemeente Bestuur Malu-Malu Kucing

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Gagasan awal pendirian bioskop di Depok adalah inisiatif  LE. Loen. Ini terjadi tahun 1934. Namun keinginan mendirikan bioskop ditolak dewan Gemeente Depok. Para anggota dewan berdalih, keberatan karena sedang kesulitan. Akan tetapi sebagian besar warga berkeinginan adanya bioskop. Melihat animo masyarakat atas inisiatif ini, Loen membawa lebih 100 tanda tangan warga kepada Bestuur Gemeente Depok (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 18-06-1934).

Het nieuws van den dag voor NI, 18-06-1934
Bioskop pada waktu itu baru ada di Batavia dan Buitenzorg. Di Batavia bahkan sudah sejak 1900 bioskop diperkenalkan dan jumlahnya sudah ada beberapa. Sementara di Buitenzorg sudah terdapat dua buah.

Deadlock antara warga yang diwakili LE Loen dengan Dewan Gemeente Depok akhirnya Asisten Residen Buitenzorg turun tangan untuk menengahi. Hal ini petisi pendirian bioskop sudah berjumlah 120 orang. Namun tetap gagal. Dalam konferensi yang kedua yang diprakarsai Asisten Residen, dalam keputusan akhir, disepakati pendirian bioskop dapat dilanjutkan dengan ketentuan Gemeente Bestuur mendapat lima persen hasil penjualan tiket (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 16-07-1934).

Lokasi bangunan bioskop itu ternyata kemudian dipilih di tempat yang strattegis. Dalam perkembangannya bioskop perdana di Depok ini direnovasi dengan membangun gedung yang lebih baik. Lokasi bioskop ini berada di Kerkweg yang kemudian menjadi Jalan Pemuda. Situs bioskop ini masih tampak pada masa ini.

Kebutuhan bioskop di Depok sudah dirasakan tahun 1929. Hal ini muncul ketika suatu perayaan diadakan anak-anak berpartisipasi untuk membuat pegelaran drama di dalam panggung, namun panggung yang terbuka ini karena hujan membuat pakaian anak-anak menjadi kotor. Meski demikian adanya, penonton yang datang dari berbagai penjuru tetap antusias. Panitia menyatakan bahwa pertunjukan teater ini sukses besar. Hal ini boleh jadi di mana Depok tidak memiliki bioskop permanen (Bataviaasch nieuwsblad, 01-07-1929).

Keinginan adanya bioskop di Depok semakin menguat pada tahun-tahun berikutnya. Seorang pengusaha bioskop keliling (dari Batavia) melihat peluang ini dengan menyelenggarakan bioskop di Depok (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 23-11-1932). Namun muncul kemudian persoalan antara penyelengara dan pengusaha berbeda hitungan dalam hal pemasukan. Pengusaha menganggap bioskop selalu penuh namun menganggap pemasukan dari harga jual tiket tidak sesuai dengan yang dilaporkan. Lalu tenda bangunan bioskop kemudian segera dibongkar atas perintah pengusaha. Laba bersih penyelenggaraan bioskop ini dialoksikan untuk kolonisasi (misionaris Kristen) di Manokwari.   

Bioskop Baru di Depok

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar