Sabtu, 26 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (15): Kesadaran untuk Berbangsa dan Pergerakan Politik; Lahirnya Pahlawan-Pahlawan Nasionalis Sukabumi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Pahlawan Sukabumi tidak hanya satu, tapi banyak. Pahlawan Sukabumi tidak hanya masa kini tetapi juga sudah ada di masa lampau. Pahlawan Sukabumi lahir di tengah ketidakadilan. Pahlawan Sukabumi bangkit di atas kesadaran berbangsa. Pahlawan Sukabumi berani menentang para penjajah apakah itu bangsa Belanda atau bangsa Jepang atau bangsa sendiri yang berperilaku layaknya penjajah. Pahlawan Sukabumi sangat sadar arti berbangsa, membangun persatuan dan kesatuan bangsa dalam format pergerakan politik, apakah di tingkat lokal maupun di tingkat nasional.

Dalam garis continuum inilah lahirnya pahlawan-pahlawan Sukabumi. Ada yang sangat terkenal seperti R Sjamsoedin dan ada yang tidak dikenal. Ada yang lahir di era pergerakan politik dan era perang kemerdekaan, juga ada yang lahir di era koffiestelsel (era tanam paksa). Tentu saja ada yang lahir di era VOC. Semua pahlawan lintas generasi tersebut adalah pahlawan Sukabumi. Sebaliknya, tentu saja ada penghianat, ada yang mendzalimin penduduk, dan bahkan ada yang berusaha untuk menyingkirkan pahlawan Sukabumi demi untuk melayani tuannya: para penjajah. Barisan ini tidak perlu dikenang. Kenanglah Pahlawan Sukabumi, pahlawan yang benar-benar melindungi kepentingan penduduk dan pahlawan yang benar-benar menentang para penjajah. Ke dalam daftar ini juga dapat dimasukkan individu-individu yang aktif berpartisipasi untuk menigkatkan kesejahteraan penduduk seperti dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan keagamaan. 

Bagaimana sejarah kepahlawanan di Sukabumi? Nah, itu dia. Kita hanya mengenal beberapa orang saja seperti R Sjamsoedin. Lantas bagaimana mereka berjuang? Nah, itulah tugas kita generasi sekarang. Kita sudah waktunya mendaftarkan semua pahlawan, garis perjuangannya, meski tidak dikenal namanya tetapi paling tidak mengetahui bagaimana mereka berjuang. Setiap era pasti ada pejuang, dan pasti pula ada pejuang di Sukabumi. Untuk menambah pengetahuan kita, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sejarah Perjuangan Bangsa: Lahirnya Pahlawan-Pahlawan Sukabumi

Perjuangan penduduk pada tahun

Kesalahan berbangsa adalah kesalahan yang melupakan perjuangan para pahlawan. Kesalahan para sejarawan (ahli sejarah) adalah mengidentifikasi pejuang pada diri satu dua orang dan bahkan melebih-lebihkannya hingga mengkultuskannya. Kebenaran sejarah adalah kebenaran yang menempatkan setiap pejuang secara tetap di dalam konfigurasi (daftar) para pahlawan. Kebenaran para sejarawan adalah menulis apa adanya (sesuai fakta), tidak mengikuti pesanan, apakah dari diri sendiri atau pesanan dari pihak lain. Sejarah adalah sejarah, sejarawan bukan politisi. Kita, sebagai peminat sejarah mendukung setiap langkah sejarawan yang menulis sejarah adalah sejarah, yang menulis apa adanya: tidak membesar-besarkan satu hal dan juga tidak mengerdilkan hal lain.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Berakhirnya Era Kolonial Belanda

Begitu lama Belanda menguasai Hindia (baca: Indonesia), begitu lama Belanda berada di Soekaboemi. Hanya para militer Jepang yang mampu membungkam Belanda dan menyeretnya ke kamp konsentrasi (kamp interniran). Orang-orang Eropa/Belanda di Soekaboemi diinternir di penjara Soekaboemi, penjara yang telah dibangun sendiri oleh nenek moyang mereka sekitar seabad yang lalu. Uniknya, jumlah penjara yang tersedia cukup bagi seluruh orang Eropa/Belanda yang masih ada di Indonesia (sementara semua orang pribumi telah dibebaskan). Ini ibarat rumah kontrak, pengontrak lama diusir untuk ditempati oleh pengontrak baru.

Selama era pendudukan militer Jepang, para interniran Eropa/Belanda secara fisk kondisi kesehatan mereka terus menurun. Satu per satu berita duka dapat dibaca pada surat kabar di Belanda. Berita duka dikirim dari Soekaboemi. Mereka yang diberitakan meninggal di Soekaboemi selama pendudukan Jepang antara lain Knaud, perancang gedung Gemeentehuis (gedung Balai Kota) Soekaboemi.


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar