Minggu, 26 Januari 2020

Sejarah Jakarta (78): Sejarah Kemayoran, Majoor St Martin hingga Jozef Benjamin de Buda; Sejarah Musik Keroncong di Batavia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Ada nama lagu Krontjong Kemajoran. Itu tempo doeloe. Lagu ini dibawakan oleh Miss Netty di bawah label Muziek Vereeniging Jong Java. Namun bukan lagu Krontjong Kemajoran itu yang akan diperhatikan, tetapi tentang sejarah awal Kemayoran dan sejarah musik keroncong di Batavia (kini Jakarta). Tempo doeloe di Kemajoran terdapat tempat pertujukan musik keroncong yang pengunjung harus membayar tiket masuk. .

Lagu Krontjong Kemajoran direkam oleh Delima Recording dalam gramplaat (piringan hitam), Lagu ini dinyanyikan oleh Miss Netty atas pesanan Muziek Vereeniging Jong Java. Kapan tahun beredarnya tidak disebutkan. Namun karena ini dipesan oleh divisi Jong Java (Muziek Vereeniging) maka maka rekaman ini dibuat antara tahun 1915 dan 1929 (didirikan dan dibubarkannya Jong Java). Jika dikaitkan dengan perusahaan rekaman pertama di Batavia (Populair milik Yokintjam di Pasar Baroe) tahun 1927, maka rekaman ini dibuat sekitar 1927-1929. Lantas siapa itu Miss Netty? Tentu saja seorang penyanyi dari grup orschest tertentu (boleh jadi dalam hal ini Delima Orchest). Miss Netty dikenal sebagai seorang penyanyi (lihat De Indische courant, 09-10-1937).  

Tentu saja sejarah Kemayoran sudah pernah ditulis yang lain. Namun tentu saja masih banyak bolongnya. Sementara itu soal sejarah keroncong di Batavia tapaknya belum tergali secara mendalam. Dengan meminjam judul lagu Krontjong Kemajoran artikel ini akan menggali lebih dalam lagi sejarah Kemajoran dan sejarah keroncong di Batavia. Untuk meningkatkan pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Kemajooran, 1750
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Bataviaasch nieuwsblad, 03-05-1924

Siapa Jozef Benjamin de Buda?

Seorang jurnalis pada tahun 1890 menemui seorang bernama Jozep Benjamin de Buda di ujung Gang Kemajoran (jalan Gunung Sahari V/jalan Garuda yang sekarang). Jurnalis tersebut menyajikan laporannya di surat kabar (lihat Bataviaasch handelsblad, 20-04-1890). Jozep mengaku leluhurnya keturunan Portugis yang menjadi awal marga mereka de Buda telah mewarisi rumah dan lahan. Leluhurnya adalah seorang pekerja yang bekerja untuk tuannya. Mantan tuannya memberikan sebuah rumah yang sebelumnya indah dan dengan sejumlah uang semuanya sebagai rasa terima kasih atas pelayanannya yang setia dan kepatuhannya.

Bataviaasch handelsblad, 20-04-1890
Tempo doeloe jalan menuju Kemayoran dari Kota (Stad) Batavia melalui benteng Jacatra (jalan Pangeran Jayakarta dan jalan Industri yang sekarang). Saat itulah Majoor Saint Martin memiliki lahan yang kini disebut Kemayoran. Sementara Cornelis Chastelein sudah lebih dahulu memiliki lahan di dekat benteng Noordwijk. Karena ingin pindah ke Serinsing (kini Serengseng) dan Depok, Chastelein menjual lahannya kepada Justinus Vink. Justinus Vink dalam perkembangannya membangun pasar. Lahan ini kemudian disebut land Weltevreden (Pasar Senen). Majoor Saint Martin meninggal tahun 1698. Penulisan buku botani tujuh volume peninggalan Rumphius tidak selesai oleh Saint Martin dan kemudian diteruskan oleh Cornelis Chastelein. Untuk ukuran saat itu, tiga Prancis ini (Georg Eberhard Rumphius, Saint Martin dan Cornelis Chastelein) adalah ilmuwan di bidang botani.

Siapa yang menjadi tuannya de Buda diduga kuat adalah Majoor Saint Martin. Sebelum kematiannya tahun 1698, Saint Martin tidak bisa mewarisi propertinya kepada keluarga karena semuanya berada di Eropa. Alasan inilah diduga Saint Martin mewariskannya kepada pekerjanya de Buda. Ini tampaknya mirip kisah Cornelis Chastelein yang mewariskan lahannya di (land) Depok kepada pekerjanya.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bagaimana Asal Usul Sejarah Keroncong di Batavia?

Sejarah Kemayoran bermula dari keberadaan Majoor Saint Martin sebagai pemilik land Kemajoran. Keturunan dari pekerja pewaris properti milik Majoor Saint Martin menyebut lingkungan tinggal mereks sebagai Kemajoran. Lantas bagaimana asal usul (musik) keroncong di Kemayoran? Para keturunan pewaris properti Majoor Saint Martin inilah yang meneruskan dan melestarikan musik keroncong di Kemayoran.   

Bataviaasch handelsblad, 20-04-1890
Jurnalis yang telah disebutkan di atas, di dalam artikelnya menyatakan cucu dari Jozep Benjamin de Buda bernama Karel Albert de Buda memiliki bakat yang baik dalam musik yang meneruskan warisan leluhur. Karel Albert de Buda adalah guru musik di lingkungan mereka. Karel Albert de Buda sudah 30 tahun telah meneruskan maestro musik Jozef Benjamin de Buda. Karel Albert de Buda yang memimpin orchest dan tarian dan telah mengisi acara pesta-pesta dari waktu ke waktu termasuk acara para pejabat tinggi Belanda di Batavia.

Istri Karel Albert de Buda adalah seorang perempuan yang lengkap. Seperti halnya Karel Albert de Buda yang memiliki keahlian khusus dalam musik dibanding saudara-saudaranya, istrinya juga memiliki keahlian khusus dalam memasak dan membuat roti yang unggul dibandingkan saudara-saudara perempuannya. Masakan dan roti serta kue-kue buatan Ny. de Buda bahkan sering diorder oleh keluarga Koningsplein (maksudnya keluarga Gubernur Jenderal). Ny de Buda adalah Chef (koki) pada jaman sekarang.

Jozep Benjamin de Buda diduga datang ke Batavia sebagai tawanan perang ketika VOC pada tahun 1641 berhasil mengalahkan Portugis di Malaka. Tentu saja tidak hanya Jozep Benjamin de Buda yang ditawan di Batavia. Masih ada keturunan Portugis lainnya. Mereka yang dibawa dari Malaka telah menikah dengan penduduk setempat (di Batavia) dan telah memiliki keturunan yang banyak seperti Jozep Benjamin de Buda.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

1 komentar:

  1. Apakah saya bisa mendapatkan jawaban ? Kapan Saint Martin lahir dan tahun brapa meninggal - lalu kutika saint martin hidup apakah tempat tinggal nya sudah disebut Kemajoran, lalu apakah ada selembar peta lama yang menunjukan itu kemajoran sudah ada sejak abad 18.. Terimakasih

    BalasHapus