Rabu, 12 Mei 2021

Sejarah Padang Sidempuan (17): Para Pionir Penerbangan Sipil Indonesia Asal Padang Sidempuan; Perjuangan dan Kehormatan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini 

Sejarah (Republik Indonesia) bukanlah penuh misteri. Hanya saja banyak yang belum tergali dan belum dipublikasikan. Semua sejarah Indonesia sudah dicatat dan tercatat, Hanya saja kurang terinformasikan pada masa kini. Masalahnya bukan soal data, tetapi bagaimana data yang ada di pilah-pilah dan kemudian dipilih-pilih. Orang Padang Sidempuan tidak begitu mengetahui sejarah kotanya maupun orang-orang yang merantau ke kota-kota lain, terutama di Jawa. Uniknya, tokoh-tokoh Padang Sidempoean di rantau nyaris tak ada yang pulang, hanyut bagai air mengalir sampai jauh. Saya sendiri, baru belakangan ini mengetahui tentang sejarah Padang Sidempuan dan juga tentang orang-orang Padang Sidempoean di masa lampau di perantauan.

Jika sewaktu-waktu Anda berkunjung ke Kota Padang Sidempuan bertanyalah kepada beberapa warga senior: ‘Siapa tokoh terkenal kota Padang Sidempuan yang Anda ingat?’. Jawabannya hanya seputar itu-itu saja, yakni: Willem Iskander (tokoh pendidikan masa kolonial), Abdul Haris Nasution (Jenderal Besar), Marah Halim Harahap (Gubernur Sumatra Utara) dan Nurdin Nasution (Bupati Tapanuli Selatan) dan Adam Malik. Pertanyaan tambahan dapat ditanyakan ‘Siapa tokoh terkenal di Jawa yang Anda ingat?’. Semua menjawab Ir, Soekarno dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Hanya itu yang diketahui. Orang Padang Sidempoean tidak mengenal tokoh-tokoh asal Padang Sidempuan sekaliber Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan, Parada Harahap, Sanusi Pane, Mochtar Lubis, Abdul Hakim Harahap dan Burhanuddin Harahap. Padahal ratusan tokoh-tokoh bersejarah Indonesia asal Padang Sidempoean. Ironis!

Lantas bagaimana sejarah para pionir penerbangan sipil Indonesia asal Kota Padang Sidempuan? Seperti disebut di atas, pasti orang Padang Sidempuan sendiri tidak ada mengetahuinya. Bagaimana dengan pengetahuan di wilayah (daerah) lain. Tentui saja juga tidak mengetahuinya. Ironis! Padahal dua tokoh pertama penerbangan sipil Indonesia berasal dari Kota Padang Sidempoean. Bagaimana bisa, siapa mereka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Tokoh Penerbangan Sipil Indonesia: Ir. Tarip Abdullah Harahap dan Mr. CA Mochtar Nasution

Awal penerbangan sipil di Indonesia dimulai saat pengakuaan kedaulatan Indonesia (dalam bentuk RIS) oleh Belanda (27 Desember 1949). Pada tahun 1950 RIS dibubarkan dan kembali ke NKRI. Salah satu pejabat Indonesia pasca pengakuan ini adalah Ir Tarip Abdullah Harahap yang diangkat sebagai Direktur Penerbangan Sipil.

Sejak era Hindia Belanda, layanan penerbangan sipil dilakukan oleh maskapai KLM.  Sempat terputus selama pendudukan Jepang. KLM kembali beroperasi di Indonesia pada saat terbentuknya Pemerintahan NICA di Indonesia.

Atas dasar keinginan Pemerintah Republik Indonesia, Ir Tarip Abdullah Harahap menjajaki kemungkinan agar KLM mendirikan perusahaan penerbangan Indonesia (GIA). Saat ini CA Mochtar adalah salah satu pejabat di KLM di Belanda. Dengan dibentuknya perusahaan GIA, CA Mochtar ditempatkan di Indonesia sebagai wakil direktur GIA. Mereka berdua inilah yang merancang awal aviation Indonesia. Ir. Tarip Abdullah Harahap dalam bidang infrastruktur dan sistem aviation kebandaraan dan CA Mochtar dalam jasa penebangan.

Tarip Abdullah Harahap diterima di sekolah teknik THS Bandoeng (kini ITB) pada tahun 1034 dan lulus dengan mendapat gelar insinyur teknik sipil tahun 1939. Tarip Abdullah Harahap mendirikan perusahaan konsultan di Bandoeng. Pada saat terjadi Bandoeng Lautan Api (Maret 1946), Ir, Tarip Abdullah Harahap hijrah ke ibu kota RI di pengungsian di Jogjakarta. Ir. Tarip Abdullah Harahap diangkat sebagai Direktur Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia atau disingkat DAMRI. Dengan latar belakang dan pengalaman inilah yang kemudian Menteri Perhubungan Ir.Djoeanda mengangkat Ir. Tarip Abdullah Harahap menjadi Direktur Penerbangan Sipil.

Pada akhir tahun 1954 Pemerintah RI mengakuisisi sepenuhnya GIA. Lalu dibentuk struktur pengurus baru: Untuk posisi direktur sementara (plt) adalah Ir. Soetoto (menggantikan yang warga Belanda Dr. E. v. Konijnenburg). Sementara CA Mochtar menjadi wakil direktur administrasi dan keuangan (posisinya sebelum akuisisi sebagai wakil direktur).

CA Mochtar lulus sekolah HBS di Semarang tahun 1937 (lihat De locomotief, 12-06-1937). CA Mochtar lalu melanjutkan ke sekolah hukum RHS di Batavia. Tidak tamat karena pendudukan Jepang. Mochtar melanjutkan studinya di Belanda dan lulus tahun 1949.  Sejak inilah CA Mochtar bekerja pada maskapai KLM di Belanda (sehubungan dengan proses pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (melalui proses KMB di Den Haag. Mr. Chairoel Anwar Mochtar (Nasoetion) adalah anak angkat alm Prof. Dr. Achmad Mochtar. Bersamaan dengan pengangkatan CA Mochtar sebagai pejabat pada maskai KLM di Belanda, di Indonesia jabatan-jabatan strategis mulai diisi oleh orang Indonesia. Salah satu diantaranya adalah Overste Ir. AFP Siregar gelar MO Parlindoengan sebagai Direktur Perusahaan Sendjata dan Mesiu di Bandoeng (kini PT Pindad). Ini bermula Ir. AFP Siregar lulus sekolah teknik kimia di Universiteit te Delft pada tahun 1942 dan kembali ke tanah air. Segera proklamasi kemerdekaan Indonesia Ir. AFP Siregar, satu-satunya orang Indonesia yang menguasasi teknik kimia, termasuk salah satu dari 17 sarjana yang direkrut oleh Kepala Staf TRI untuk menjabat posisi strategis dengan pangkat Overste (Letkol) untuk mengakuisisi perusahan senjata dan mesiu di Bandoeng dari tangan Jepang. Namun tidak lama kemudian AFP Siregar harus ke Soerabaya untuk mendukung persenjataan republiken dalam melawan Sekutu Inggris (Persitiwa 11 November 1945). Saat kembali Belanda (NICA) AFP Siregar membantu republik di Jawa Timur dan Jogjakarta dalam perang melawan KNIL Latar belakang dan pengalaman inilah Overste Ir. AFP Siregar sebagai direktur Pindad pertama.

Pada bulan Mei 1955 terjadi lagi perubahan komposisi direksi GIA. Ir Soetoto ditetapkan secara formal menjadi Presiden Direktur GIA (lihat Het vaderland, 13-05-1955). CA Mochtar dipromosikan menjadi direktur keuangan (yang selama ini dirangkap oleh Ir.Soetoto.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pembangunan Penerbangan Sipil dan Pengembangan Maskapai GIA

Setelah menyelesaikan masalah urusan penerbangan dan kebandaraan di Jawa, selaku Direktur Penerbangan Sipil, Ir. Tarip Harahap mulai mengembangkan urusan serupa di luar Jawa. Hal yang paling pokok ke barat adalah pengoperasian jalur penerbangan ke Medan (via Palembang). Sementara hal paling pokok ke timur dalam pengoperasian jalur penerbangan ke Makassar (terus ke Ambon). Namun negosiasi dengan militer untuk menjadikan lapangan terbang di Makassar sebagai bandara sipil sangat alot.

Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-05-1951: 'Ir. Tarip Abdullah Harahap di Makasser, Kepala Departemen Penerbangan Sipil Kementerian Perhubungan berdiskusi dengan tentara dan administrasi sipil, menyangkut rencana untuk memulihkan hubungan udara antara Djakarta dan Ambon melalui Makasser.

Bersamaan dengan urusan persiapan pengoperasian penerbangan sipil barat dan timur, Ir Tarip Harahap mulai menasionalisasi pilot, Departemen Penerbangan Sipil, Kemenetrian Perhubungan mulai merintis sekolah pelatihan penerbangan sipil. Sekolah ini dipusatkan di Curug, Tangerang. Sementara pembangunan lapangan terbang di Curug, Tangerang berlangsung departemen penerbangan sipil menyiapkan kurikulum (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-06-1952).

Het nieuwsblad voor Sumatra, 28-07-1952 melaporkan di Medan telah dibentuk sebuah komisi penerbangan (civil aviation) dalam rangka mengevaluasi kelayakan bandara Polonia Medan dan juga untuk melakukan studi persiapan bandara Blang Bintang di Kota Radja (kini Banda Aceh) untuk persiapan pendaratan jenis pesawat Convalrs. Komisi terdiri dari Tarip Abdullah Harahap (ketua).

Sejauh ini Ir. Tarip Abdullah Harahap telah mengoperasikan sebanyak 30 bandara sipil dan sebanyak 20 buah bandara baru yang dibangun, termasuk bandara Curug, Tangerang (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-02-1953). Hari Senin tanggal 2 Maret 1953 secara resmi Sekolah Penerbangan Indonesia dibuka di Kemajoran (lihat De nieuwsgier, 03-03-1953). Dalam peresmian ini dihadiri oleh Menteri Perhubungan Ir. Djoeanda.

Pada bulan Juni 1953 bandara di Indonesia mulai dimodernisasi (lihat De nieuwsgier, 12-06-1953). Disebutkan peralatan kontrol lalu lintas radio yang baru mulai dioperasikan yang pertama di bandara Talang Betutu di Palembang. Unit ini, yang sangat modern, yang tahun lalu oleh Kementerian Perhubungan dipesan di Inggris. Ir Tarip Abdullah Harahap dari kementerian menyatakan kepada PIA bahwa total ada sebanyak 30 unit yang dipesan oleh kementerian di Inggris. Bandara kedua yang akan mendapatkan unit seperti itu setelah Palembang adalah bandara Makassar, demikian menurut Ir. Harahap.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar