Sabtu, 18 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (302): Pahlawan Indonesia AE Kawilarang dari Minahasa; KNIL dan Republik Maluku Selatan (RMS)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

AE Kawilarang adalah pahlawan Indonesia. Mengapa disebut begitu? AE Kawilarang ikut aktif berjuang selama perang kemerdekaan Indonesia. Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda kedua (1948) Major Jenderal Abdoel Haris Nasution, komandan Divisi Siliwangi (Jawa Barat) meminta teman lamanya Kolonel AE Kawilarang (komandan Bogor) untuk mendukung TNI di kampong halamannya di Tapanuli Selatan. Kolonel AE Kawilarang mengajak Major Ibrahim Adji (komandan Depok). Keduanya memiliki karir yang bagus di wilayah pertahanan (Divisi II/ BB Sumatra Utara).

Kolonel Alexander Evert Kawilarang (23 Februari 1920 – 6 Juni 2000) adalah seorang perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) masa Revolusi Nasional Indonesia dan mantan anggota KNIL. Pada tahun 1958 ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai atase militer di Amerika Serikat untuk bergabung dengan pemberontakan Permesta. Keterlibatannya dalam Permesta menghentikan karier militernya dengan TNI, tetapi ia tetap populer dan aktif dalam komunitas angkatan bersenjata sampai masa tuanya. Kawilarang lahir di Meester Cornelis (Jatinegara) tanggal 23 Februari 1920. Ia lahir dari sebuah keluarga militer. Ayahnya, Alexander Herman Hermanus Kawilarang, adalah seorang mayor KNIL. Ibunya adalah Nelly Betsy Mogot. Kedua orang tuanya berasal dari Remboken, Minahasa di Sulawesi Utara. Dia juga merupakan sepupu dari Daan Mogot, direktur Akademi Militer Tangerang. Kawilarang mengikuti pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) di Tjandi, Semarang dan Tjimahi dan melanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS Bandung. Kawilarang mengikuti pendidikan militer, di Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL (Corps Opleiding Reserve Officeren, CORO) pada tahun 1940, yang dilanjutkannya ke Akademi Militer Kerajaan (Koninklijk Militaire Academie) darurat di Bandung dan Garut 1940 sampai 1942. Teman-teman sekelasnya termasuk AH Nasution dan TB Simatupang. Setelah lulus, Kawilarang ditempatkan di Magelang sebagai komandan peleton dan kemudian ditugaskan kembali ke Bandung sebagai instruktur (Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah AE Kawilarang? Seperti disebut di atas, AE Kawilarang pernah bersama dengan Abdoel Haris Nasution dan TB Simatoepang di Akademi Militer di Bandeng semasa Pemerintah Hindia Belanda? Lalu mengapa mengundurkan diri dari TNI? Apakah karena Permesta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia AE Kawilarang dari Minahasa: Bersama Abdoel Haris dan TB Simatoepang di Akademi Militer di Bandoeng

Nama A Kawilarang sangat dikenal di Bandoeng. Bukan sebagai pemain sepak bola. A Kawilarang adalah pemain polo air yang berposisi sebagai kiper. A Kawilarang adalah anggota tim Bandoeng Sedangkan ayah belum lama (1938), AHW Kawilarang meminta mengundurkan diri sebagai tentara dengan pangkat terakhir Majoor infantri (lihat De locomotief, 15-02-1938) ,

AE Kawilarang pada tahun 1938 lulus di sekolah menengah HBS lima tahun di Bandoeng. Hal ini didasarkan pada tahun 1936 AE Kawilarang lulus ujian naik dari kelas tiga ke kelas empat HBS V Bandoeng (lihat De koerier, 09-06-1936). Dalam berita ini juga disebutkan di Bandoeng terbit pertama surat kabar Kebangoenan dimana senagao pemmpin redaksi adalah Sanoesi Pane. Anggota redaksi adalah Liem Koen Hian dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Pemimpin umum adalah Mr Mohamad Jamin.   

Setelah lulus HBS, AE Kawilarang lebih mimilih masuk akdemi militer (KMA) di Bandoeng. Ini sesuai bakatnya barangkali pemain polo air yang menggunakan tangan dan sebagai kiper. Pada tahun 1941 AE Kawilatang, sersan milisi di KMA dipromosikan ke tahun kedua untuk pelatihan perwira profesional (lihat De Indische courant, 18-03-1941). Disebutkan dalam korps ini juga ada nama Kartakoesouma, Mas Mohamad Rachmat dan AH Mantiri serta Raden Askari,

Pada bulan Juni seluruh korps yang akan dipromosikan mengikuti pelatihan perwira profesional diumumnkan (lihat  Bataviaasch nieuwsblad, 28-06-1941). Dalam Daftar kumulatif ini, selain nama-nama AE Kawilarang dkk, juga terdapat dua nama Abdoel Haris Nasution dan TB Simatoepang (dari korps yang berbeda). Disebutkan para kadet ini akan memulai pendidikan terhitung pada tanggal 28 Juni 1941. Akademi KMA (Koninklijke militaire academie) sebelumnya diselenggarakan di Breda, Belanda. Sejak Mei 1940 Belanda diduduki oleh militer Jerman, Penyelenggaraan akademi ini dipindahkan sejak tahun 1940 ke Hindia Belanda yang ditempatkan di Bandoeng. Salah satu alumni Breda dalah Majoor Oerip Soemohardjo. Besar dugaan ayah AE Kawilarang juga adalah lulusaan KMA Breda yang belum lama ini pensiun dini. Untuk sekadar catatan, baru kali ini pemuda Tapanoeli diterima di KMA dan bahkan sejauh ini belum ada tentara Hindia Belanda (KNIL) yang berasal orang Batak. Mengapa demikian? Pemerintah Hindia Belanda tidak pernah mengizinkan. Kebijakan ini sudah ada sejak awal pembentukan cabang pemerintah Hindia Belanda di Tapanoeli tahun 1840. Dengan kata lain selama satu abad pemuda, tidak hanya tentara yang dihalangi tetapi juga jabatan bupati juga di wilayah Tapanoeli tidak pernah diberikan (hanya di wilayah Tapanoeli di seluruh Hindia Belanda tidak ada bupati). Besar dugaan ini karena pembetontakan melawan otoritas pemerintah yang terjadi pada tahun 1843 yang mana saat itu Edward Douwes Dekker, Controleur di afd, Natal harus dicopot. Sejak itu hampir separuh penduduk Tapanoeli khususnya Tapanuli Selatan eksodus ke Sumatra Timur dan Semenanjung Malaka (di luar wilayah otoritas Pemerintah Hindia Belanda). Seperti kita lihat nanti pada era perang kemerdekaan (1945-1949), dua pemuda Batak yang masuk KNIL terbukti hipotesis Pemerintah Hindia Belanda? TB Simatoepang menjadi Kepala KASAP dan Abdoel Haris Nasoetion menjadi KASAD (sejak 1950).

Tampaknya AE Kawilarang tidak sempat menyelesaikan pendidikan perwira secara tuntas. Hal ini sejak pertengahan Desember 1941 militer Jepang telah memasuki sisi luar dan membom sasaran di Natuna dan Pontianak. Kemudian kilang minyak Tarakan dan markas militer Tondano sudah hancur. Dalam kondisi ini situasi menjadi panik di Jawa. Besar dugaan semua aktivitas hanya difokuskan untuk menyusun berbagai rencana dalam menghadapi militer Jepang. Semua komunikasi telah terputus dengan luar Hindia Belanda dan juga antara pulau.

Di Bandoeng dibentuk komite untuk menyelamatkan para peladjar asal Minahasa karena komunikasi telah terputus dengan Manado. Kirim uang dari orang tua juga menjadi kendala yang menjadi alasan mengapa komite ini dibentuk. Komite itu awalnya dibentuk di Batavia, lalu kemudian menyusul dibentuk sub komite di Bandoeng. Susunan komiter Bandoeng adalah Mayor AHK Kawilarang, ketua, Mayor B Walangitang, wakil ketua, DP Palar, sekretaris, FH Lapian, bendahara. Anggota terdiri dari J N Tambajong, AJ Senduk dan AT Lumowa. Sebagaimana disebut di atas Majoor AHK Kawilarang adalah ayah AE Kawilarang. Dalam perkembangan yang singkat, tampaknya pensiunan Major Kawilarang telah dipanggil untuk tugas. Major Kawilarang diberitakan melakukan inspeksi di Buitenzorg (Bogor) pada suatu komite palang merah (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 30-01-1942). Dalam berita ini disebutkan AHK Kawilarang berpangkat Overste (Letnan Kolonel). Boleh jadi dengan ditugaskan ini AHK Kawilarang mendapat kenaikan pangkat (pangkat yang tidak pernah diberikan, selama ini pribumi hanya sampai Majoor). Palang merah (Roode Kruis) di Bogor ini dipimpin oleh dokter Zahar dan dokter Napitoepoeloe (sebagaimana di artikel sebelumnya, Napitoepoeloe adalah alumni sekolah kedokeran NIAS di Soerabaja, bersaama Dr GA Siwabessy). Overste AHK Kawilarang menjadi komandan militer di wilayah Buitenzorg (Bogor)  

Akhirnya Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada tanggal 8 Maret 1942 di Soebang.  Sejak saat itu orang Eropa/Belanda dan juga orang pribumi yang memiliki posisi dan pro Belanda diinternir, sebagaimana di Bogor dipusatkan di penjara Paledang. Sementara itu sebagain besar para pemimpin Indonesia dilibatkan Jepang dalam penyelenggaraan pemerintahan (yang mana sebagai pemimpin tertinggi Ir Soekarno dan Drs Mohamad Hatta).

Dalam masa pendudukan militer Jepang ini tidak banyak hal yang terinformasikan. Surat kabar sudah lama banyak yang berhenti terbit. Namun masa pemerintahan militer Jepang ini tidak lama. Kerajaan Jepang menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan dan kemudian dibentuk negara Republik Indonesia.

Pada permulaan Republik Indonesia ini kemudian terbentuk cabang pemerintahan. Gubernur Jawa Barat diangkat Mas Sutardjo Kertohadikusumo yang kemudian digantikan oleh Mohammad Djamin dan kemudian oleh Dr Moerdjani. Untuk bidang keamanan dipimpin oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion (di Bandoeng). Sementara itu Residen di Bogor adalah Raden Ijok kemudian digantikan Raden Barnas lalu Dr Moerdjani yang kemudian digantikan lagi oleh Gaos. Untuk posisi keamanan kemudian di bawah TRI dipimpin oleh Overste AE Kawilarang.

Pada permulaan Republik Indonesia di Buitenzorg/Bogor, pemerintah militer Jepang wait en see, para interniran masih di tahanan, para pejuang melakukan konsolidasi hingga akhirnya kehadiran pasukan Sekutu/Inggris pada bulan Oktober 1945 di Bogor. Tidak lama kemudian Sekutu/Inggris sudah mencapai Bandoeng. Banyak peristiwa yang terjadi hingga kehadiran kembali Belanda/NICA. Dalam hal ini AE Kawilarang di Bogor berada di bawah komando temannya dulu di KMA Bandoeng Kolonel Abdoel Haris Nasution (Komandan Divisi Siliwangi). Pangkat AE Kawilarang sebagai Overste (Letnan Kolonel) seakan penerus pangkat ayahnya di Bogor sebelum pendudukan militer Jepang, Overste AHK Kawilarang. Pada fase ini banyak terjadi pertempuran di wilayah Bogor, perselisihan dengan militer Jepang, tantara Sekutu/Inggris dan kemudian Belanda/NICA.

Apa yang terjadi Buitenzorg/Bogor ini juga terjadi di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Di Minahasa di kampong halaman AE Kawilarang juga terjadi pemberontakan ketika kehadiran Belanda/NICA. Sebaliknya sebagian besar penduduk Minahasa memihak Belanda/NICA yang kemudian terjadi perang antara sesama Minahasa. Boleh jadi itu karena di pihak Belanda/NICA yang datang dari pusat (Batavia) terdapat Dr Tumbelaka dan Dr Tumbelaka. Tentu saja pihak yang dibantu Belanda/NICA yang menang (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 19-03-1946). Para pemimpin pemberontakan akan dihukum berat, Akhirnya sepenuhnya wilayah Minahasa jatuh ke tangan Belanda/NICA. Lalu kemudian di Minahasa dibentuk dewan Minahasaraad (lihat Nieuwe courant, 22-06-1946). Sementara di wilayah Bogor pertempuran/gerilya tidak ada habisnya bahkan hingga Belanda/NICA telah membentuk cabang pemerintahan di Buitenzorg.

Pembentukan cabang pemerintah Belanda/NICA di Buitenzorg dimulai awal tahun 1947 (lihat Algemeen Indisch dagblad. 21-01-1947). Di kota Bogor, militer Sekutu/Inggris telah digantikan oleh militer Belanda/NICA. Dalam berita ini disebutkan di Buitenzorg Belanda/NICA akan melakukan penyelidikan terhadap banyak kejahatan yang terjadi di Buitenzorg dari akhir Agustus 1945 hingga Desember 1946. Dalam hal ini termasuk terbunuhnya Dr Tumbelaka yang diduga dibunuh oleh polisi militer Republik di sekitar Bogor. Diduga pangkal perkaranya, sadar atau tidak sadar, ketika membayar sesuatu Dr Tumbelaka menggunakan uang terbitan Belanda/NICA. Tampaknya Dr Tumbelaka di Bogor berada di tempat dan waktu yang tidak tepat.

Seperti di sejumlah tempat, di wilayah komdandi Bogor (termasuk Soekaboemi dan Tengerang) juga komandan Overste AE Kawilarang mengeluarkan maklumat bagi pihak (para pejabat) yang bekerjasama dengan Belanda/NICA akan dihukum berat (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 08-08-1947). Dalam berita ini juga disebutkan Belanda/NICA sudah memasuki Soekabomi dan akan mengganti Walikota Republik Raden Soeria Oedaja dengan RAA Hilman Djajadiningrat. Pertempuran antara yentara republik dengan militer Belanda/NICA terus berlangsung termasuk di wilayah luar kota Soekaboemi. Dalam perkembangannya dilakukan gencatan senjata.

Hasil perjanjian Renville (akhir Desember 1947 hingga awal Januari 1948) menyebabkan tentara Indonesia harus evakuasi di wilayah komando AE Kawilarang (Bogor, Sukabumi dan Tengerang). Salah satu komando di Tangerang di bawah pimpinan Letnan Loeki dan Letnan Soetpir. Pasukan yang akan evakuasi dari Soekanagara lihat foto (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 06-02-1948). Pasukan AE Kawilarang akan mengungsi ke Jawa Tengah/Djogjakarta di wilayah ibu kota Republik Indonesia di pengasingan

Kelanjutan gencatan ini, sesuai hasil perjanjian Renville, maka semua pasukan Republik yang berada di bawah otritas Belanda/NICA harus evakuasi ke wilayah Republik. Proses evakuasi akan berakhir pada tanggal 7 Februari. Di wilayah timur Jawa dievakuasi ke arah barat di Malang. Evakuasi dari Bandoeng sekitar sudah lebih dahulu ke arah timur di Jawa Tengah/Djogjakarta. Evakuasi terakhir dari Jawa Barat adalah pasukan AE Kawilarang yang dipusatkan di Bogor (lihat  Nieuwe courant, 09-02-1948).

Komisi Teknis hasil perjanjian yang juga yang mengawasi prose evakuasi adalah Menteri (kesehatan) Dr J Leimena (yang berhubungan dengan pihak asing perwakilan Amerika Serikat dan Belanda). Evakuasi di Sumatra juga terjadi menuju wilayah Republik seperti di Tapanuli Selatan (kampong halaman Abdoel Haris Nasution). Di wilayah Indonesia Timur tidak ada proses evakuasi karena seluruh wilayah sudah menjadi otoritas Belanda/NICA termasuk wilayah Sulawesi. Tampakn dalam foto Overste AE Kawilarang mendiskusikan proses evakuasi dengan para komandan militer Belanda/NICA (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 09-02-1948). Tidak disebutkan dimana, tetapi kemungkinan di kota Bogor. AE Kawilarang duduk sebelah kiri. Siapa wakilnya yang duduk membelakangi diduga adalah Major Ibrahim Adji.

Konsentrasi tentara Indonesia di sejumlah tempat menjadi tinggi. Pasukan Siliwangi di bawah komandan Abdoel Haris Nasution yang evakuasi ke Djogjakarta dan sekitar. Pun di wilayah Sumatra bagian utara terkonsentrasi di wilayah Tapanoeli. Komandan Siliwangi tampanya harus membagi pasukan, sebagian dikirim ke Tapanoeli untuk memperkuat pertahanan. Dalam hubungan ini yang dikirim dari bagian Siliwangi ke Tapanoeli Selatan (kampong halaman Abdoel Haris Nasution) dipimpin oleh Overste AE Kawilarang yang dibantu oleh Majoor Ibrahim Adji. Pasukan ini telah dikirim (lihat De Heerenveensche koerier: onafhankelijk dagblad voor Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 06-11-1948).

Salah satu resimen yang terkonsentrasi di wilayah Tapanoeli adalah pasukan di bawah komandan Majoor Maraden Panggabean. Resimen lainnya berada di wilayah Tapanoeli Selatan dan Laboehan Batoe di bawah komando Majoor Bedjo. Satu Batalion ditempatkan di kota Padang Sidempoean di bawah pimpinan Kapten Koima Hasiboean. Rekan kerja Overste AE Kawilarang di Tapanoeli adalah Residen Abdoel Hakim Harahap (yang menggantikan Dr FL Tobing). Wakil Residen adalah Binanga Siregar.

Tidak lama kemudian terjadi Agresi Militer (Belanda/NICA) yang kedua yang dimulai pada tangga 19 Desember 1948. Ibu kota Djogjakarta jatuh, Presiden Soekarno dan PM Mohamad Hatta lebih memilih menyerah. Tidak menggubris permintaan Jenderal Soedirman pemerintah RI untuk mengungsi ke pedalaman. Sebagai konsekuensinya Jenderal Soedirman meminta Majoor Jenderal Abdoel Haris Nasution membawa pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat (Long March) untuk bergerilnya (sementara pasukan Jenderal Soedirman bergerilya ke selatan Jogjakarta dan Kediri.

Agresi Belanda di wilayah Tapanoeli dimulai tanggal 20 Desember 1948. Pasukan tiga matra (darat, laut dan udara) memborbardir kota Sibolga (ibu kota Residentie Tapanoeli). Panglima AE Kawilarang meminta pemerintahan mengungsi. Residen Abdoel Hakim Harahap nengungsi ke Tapanuli Selatan. Sejak itulah nama Abdoel Hakim Harahap disebut Residen Perang (residen yang tidak mau menyerah).

Akhirnyaa setelah perundingan Roem-Royen (April 1949) dilakukan gencatan senjata yang kemudian diikuti dengan persiapan perundingan KMB di Den Haag. Pemerintahan RI di Djogjakarta dipulihkan dengan mengembalikan Soekarno dan Mohammad Hatta serta lainnya dari pengasingan ke Djogjakarta (bulan Juni 1948). Residen Tapanoeli juga kembali dipulihkan. Abdoel Hakim Harahap akan berpartisipasi ke Den Haak sebagai bagian delegasi dari Republik Indonesia. Overste AE Kawilarang promosi menjadi kepala staf di wilayah pertahanan Siumatra bagian utara.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kolonel AE Kawilarang, Mantan KNIL: Republik Maluku Selatan (RMS) hingga Permesta

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar